Kering menggelitik rongga kerongkong
Dahaga kehidupan ini kian melolong
Letupan bengong pun mengisi teriknya siang bolong
Menyemburkan aurat pandangan kosong
Menggiurkan lelehan-lelehan tanda tanya menodong
Merdeka... ayo kita menyonsong...
Akan tetapi, siapa yang merdeka dengan ini ...
Merdeka... ayo kita bergotong-royong...
Namun, apa yang merdeka dengan itu ...
Mereka bilang...
Merdeka itu, kita telah bebas dari kolonial
Penjajah telah tunggang-langgang seperti kuda binal
Sebagai gantinya kita isi dengan wadah yang kekal
Melukiskan perjuangan otonomi yang kolosal
Tergantungnya mahakarya emas, bukan oriental, bukan pula ocidental...
Tetapi dari dari keduanya, kembali hadir fondasi kita yang fenomenal
Panggung keladi masa kecil yang kurang nakal
Birokrasi sebagai tanda penggenal
Bingkainya rombongan kekerabatan singgasana
Di situlah, kami terpajang untuk kamu kenal...
Lalu, kalian bilang...
Merdeka itu, kami yang telah menjadi bendera revolusi
Penjajah bukan lagi menyerang secara frontal, maka kami...
Sebagai gantinya lauk-pauk hidangan orasi
Mengenyangkan ruang-ruang telinga berbudi
Keuntungan dari sistem yang kami rebut dan perbaharui,
Bukan lagi asalnya sosialis bergaung demokrasi
Tetapi dari komunisme itu, kembali hadir kami sebagai atap berdikari
Naungan parodi masa kecil yang kurang gizi
Kapitalisme sebagai gelaran acara resepsi
Kalau ada api, tentu ada yang disundal
Hati-hati di dekat kami, menggoda sekali...
Wow...Jadi, MERDEKA itu...
MEReka DEngan KAlian...
Frankincense (Purwokerto, 20 Agustus 2018)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI