Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Peristiwa 10 November, Memikat Adolf Hitler untuk Dimakamkan di Kota Pahlawan?

10 November 2017   19:53 Diperbarui: 7 Januari 2018   11:13 11239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Shutterstock.com

Dalam pertempuran mempertahankan kemerdekaan, Kota Surabaya paling krusial di antara beberapa kota lain melawan kesewenangan NICA Belanda dan pasukan Sekutu Inggris yang berusaha merusak kedaulatan Indonesia. Semenjak dikumandangkannya Proklamasi kemerdekaan Indonesia oleh Ir. Soekarno, ini adalah pertempuran pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing. 

Hal ini pun menjadi satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia dalam eksistensi perlawanan Indonesia melawan kolonialisme dan imperialisme. Peristiwa berdarah ini pun akhirnya menjadikan Brigjend Sekutu Aubertin Mallaby tewas dari perlawanan ganas Bung Tomo dan arek-arek Suroboyo. 

Pada waktu yang bersamaan, pasca perang dunia II, kemerdekaan dan perjuangan pertahanan Indonesia ini pun memicu semangat juang negara-negara lain di Asia-Afrika yang juga tertindas oleh imperialisme bangsa Barat. Akan tetapi agak aneh, Benarkah jika Adolf Hitler yang di duga mati bunuh diri dalam bunker-nya di Jerman, ternyata justru memilih makamnya di Kota Pahlawan, Surabaya? Apakah peristiwa 10 November juga memiliki makna mendalam bagi Adolf Hitler?

frankincense69.wordpress.com
frankincense69.wordpress.com
Jika ditelusuri, ternyata konsep ideologisnya yang tertuang dalam gerakan Partai Nazi itu memiliki kedekatan yang sangat banyak dengan perabadan masa lampau di Nusantara. Pertama, bisa kita lihat paling jelas dari simbol "Swastika" yang paling terkenal dari masa Reich Ketiga Hitler. Swastika sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu "svastika" yang artinya "kondusif untuk kebaikan/kesejahteraan". 

Sekalipun berasal dari bahasa Sansekerta, namun Nazi mau menggunakannya karena bahasa tersebut menurut teori yang mereka anut adalah termasuk dalam kelompok bahasa-bahasa Indo Eropa, bahkan merupakan yang tertua. Kelompok bahasa ini menurut ahli bahasa dari Jerman abad ke-19, Fredrich Max Muller "memiliki sifat kearyaan", sehingga Hitler dan Nazi yang mengkultuskan "kearyaan" bangsa Jerman punya alasan kuat untuk mengadopsinya. Yang mana berawal dari seorang penyair dan ideolog nasionalistik Jerman bernama Guido von List yang pada tahun 1910 menyarankan pemakaian Swastika untuk organisasi atau gerakan anti-Yahudi. 

Ketika Adolf Hitler membentuk Partai Sosialis Nasional (Nazi) tahun 1919-1920, simbol rasial Jerman-Nazi ini pun diadopsinya, dan setelah Nazi berkuasa, simbol yang sama diresmikan sebagai bendera nasional Jerman pada 15 September 1935. Sejak itu pula gambar Swastika terpampang dalam seragam partai dan militer, serta berbagai atribut kendaraan tempur Nazi yang berlalu-lalang di jagat perang dunia II hingga saat takluk pada Mei 1945.

Kedua, dengan kaitannya Adolf Hitler membawa embel-embel "Kearyaan" dalam politik Nazi itu sendiri berasal dari genetikal Ayahnya. Selain banyak sebagaian orang-orang Arya yang berkelana, hijrah dan menetap di Eropa, ayahnya adalah salah satu keturunan India dari orang-orang Arya tersebut. Bangsa Arya sendiri, merupakan bangsa yang diyakini sebagai bangsa tertua, di mana saat perabadan Atlantis yang runtuh menyebabkan bangsa ini berdiaspora ke seluruh dunia. 

Kemudian akhirnya, bangsa ini berkembang pesat bersama bangsa Dravida di India. Maka tidak lain dari segala kemungkinan, salah satu lokasi yang disebut-sebut sebagai tempat persembunyian Hitler adalah Indonesia. Legenda Atlantis sendiri sangat dekat dengan kepercayaan Nazi: Thule. Oleh sebab itu sejak lama Hitler memang mencari-cari lokasi perabadan besar nenek moyangnya.

Dengan simbol  Swastika dan kebangsaan ras Arya-nya membangun Jerman-Nazi, serta bersembunyi di Indonesia. Artinya Adolf Hitler tahu bahwa Swastika (sebelum ke Hinduisme India) aslinya adalah berasal dari konsep perabadan leluhur bangsa Sundaland (Nusantara/Indonesia) yang juga disebut bangsa Lemurian (Yhule, 250.000 BC) di mana Swastika adalah simbol "Opat Ka Lima Pancer" dan simbol "Dulur Opat" (sedulur papat, Jawa) adalah akar budaya/perabadan Sundaland yang meresap ke bangsa Jerman melewati bangsa Tibet yang di pimpin Dalai Lama. 

Hal ini pula di mana Hitler mencari-cari lokasi perabadan Atlantis yang hilang sampai ke Tibet. Bisa jadi dari semua itu, akhirnya perjalanan Hitler sampai ke Nusantara. Ia menemukan Eden in The East (dalam ranah psikospiritual pribadinya, maupun ranah kemanusiaannya/pertobatannya). Dia telah menemukan leluhur Yahudi yang baik di Indonesia (Jawa/Bani Jawa).

Sebelum ke Indonesia itu sendiri, Hitler diduga pun turut mendukung Jepang sebagai salah satu grup Axis-nya untuk menduduki Indonesia, agar terhindar dari dominasi penguasaan Sekutu yang mereka perangi. Di sisi lain ia juga diduga turut membantu perlawananan kolinialisasi Indonesia pada Soekarno. Sahabat dekat Soekarno, Horst Henry Geerken, mengungkapkan bahwa pemimpin Nazi Jerman, Adolf Hitler pernah bekerjasama dalam hal persenjataan. Hitler pada tahun 1940-an pernah mengirim senjata lewat kapal selam. 

Pada kurun waktu 1942-1945, senjata-senjata tersebut di kirim langsung ke Jakarta, Surabaya, dan Sabang di Pulau Weh dari Jerman lewat laut Atlantik kemudian menyusuri selatan Benua Afrika dengan menggunakan total 57 buah kapal selam. Hitler mau membantu Soekarno waktu itu karena ia juga tidak senang kolonisasi Belanda di tanah leluhur bangsa Arya, Indonesia. 

Dari sini pun terjalin komunikasi persahabatan antara Soekarno dan Hitler lewat perantara warga Jerman  yang tinggal di Indonesia. Hingga akhirnya Hitler kalah perang, dan mengamankan diri ke Indonesia dalam perlindungan militer Jepang yang saat itu masih bercokol di Indonesia.

Maka yang saya ilhami dari pertempuran 10 November 1945 di Surabaya ini, sekaligus meyakini Adolf Hitler ingin dimakamkan di Surabaya pun dengan melihat perjuangan nyata leluhur bangsa Arya semenjak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melawan garis keras agresi kolonial Belanda dan Sekutu-nya pasca perang dunia II, yang mana pada perang dunia I dan II diyakininya didalangi oleh para kaum hartawan yang ternama dalam gerakan Zionisme. 

Indonesia sendiri sebagai pelopor gerakan negara non-blok dan anggota Asia-Afrika yang tidak ada hubungannya dengan dunia Barat, yang kemudian melandakan efek perang dingin-nya pada dunia. Antara percaya dan tidak sang Fuhrer Nazi wafat dan dimakamkan di Indonesia, berdasarkan seperti alasan tadi, Indonesia sebagai salah satu tempat aman bagi pelarian ex-nazi dilihat dari letak geografis dan ideologi politik Indonesia. 

Ya mungkin memang perlu kiranya dibuktikan lebih lanjut secara ilmiah dengan test DNA tentang kebenaran keberadaan makam sang Fuhrer Nazi di Indonesia. Akan tetapi, sebelum di makamkan di Kota Surabaya tahun 1970, di duga Adolf Hitler menjalani masa tenangnya di pulau Sumbawa semenjak tahun 1954 sebagai seorang dokter bernama Poch. Mengapa ia memilih daerah itu untuk sisa hidupnya?

Menurut pengamatan saya, selain karena penduduknya saat itu tidak ramai  seperti di Jawa, dan beberapa pulau lainnya, daerah Sumbawa ini juga berkaitan dengan penelusuran Atlantis Hitler pada keberadaan salah satu Bani Israel yang hilang di masa lampau dan di duga hijrah ke wilayah area Nusa Tenggara Timur itu. 

Karena ia tidak mengetahui pastinya yang sesungguhnya ia cari ada di pulau Rote, maka ia menetap di Pulau yang paling besar di situ, yaitu Pulau Sumbawa. Karena dari situ kemungkinan besar, ia bermaksud membangkitkan leluhur Yahudi yang baik, yang ia temukan untuk menumpas pergerakan Yahudi Eropa lalim yang berbahaya itu. Namun pada akhirnya, ia hanya ingin menjalani masa tenang pasca Perang Dunia II. 

Walau hal itu kadang sering membangkitkan kemarahannya atau makiannya terkait unsur perang dunia tersebut, sehingga pada keberadaanya di Indonesia saat itu ia seringkali dicap memiliki kepribadian ganda di sisi lain keramahannya dalam menjalani kesehariannya sebagai seorang Dokter di Sumbawa.

Kenapa sang Fuhrer benci kaum Yahudi? Karena dari yang ia alami dan rasakan pada Perang Dunia I yang berdampak pada kekalahan Jerman dan rekanan lainnya, ia melihat peranan Yahudi Zionis di belakang semua itu.  Hitler menganggap bahwa Yahudi adalah ras yang berbahaya bagi Jerman dan seluruh dunia. 

Karenanya Sang Fuhrer memutuskan untuk membersihkan kaum tersebut tak tersisa dengan berbagai cara. Sebenarnya agak sulit waktu itu membuktikan bahwa kaum Yahudi itu berbahaya, namun sekarang kita dapat melihat dan membuktikan bahwa Yahudi yang tergabung dalam Zionisme memang benar-benar cukup mengancam perabadan dunia, termasuk keberagaman antar umat beragama...

"Selamat Hari Pahlawan"

Frankincense (Purwokerto, 10 November 2017)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun