Mari kita telusuri gejala-gejala ditimbulkan oleh kemacetan kota Jakarta ini yang semakin hari tiada habisnya menguras ruang dan waktu tertahan dalam perjalanan setiap harinya:
*Overdosis dan Obesitas kendaraan: inilah kiranya kondisi yang tepat menyikapi kuota yang berlebihan kendaraan yang memadati jalanan ibukota Jakarta dengan dominasi kendaraan pribadi semakin bertambah melebihi perkembangan jalan-jalan itu sendiri. Seolah-olah angkutan umum sudah tidak menjadi pilihan baik untuk mobilitas sehari-hari. Maka perlu direvisi sistem transportasi umum ini untuk kembali diminati masyarakat Jakarta dan sekitarnya dalam bepergian. Tak ketinggalan pula berbagai fasilitas kendaraan terkesan individualis, baik yang berasal dari instasi maupun pribadi yang seharusnya bisa dirampingkan penggunaannya dalam berbagai kepentingan.
*Disosiasi AORTA(Arus Orientasi Tatanan Angkutan) Akut: Dengan era globalisasi yang pesat menekankan mobilisasi dan hedonisme pada kota yang menjanjikan pekerjaan lebih dari kota-kota lain, maka arus urbanisasi pun tak terhindarkan menjadikan kota ini sebagai tujuan utama mengadu nasib dari berbagai penjuru negeri. Terdampak sebagai ibukota negara, maka Jakarta pun banyak menjadikan pula berbagai arus kepentingan baik domestik maupun mancanegara tiada henti turut memadati kota ini.Â
Dengan data dari Dinas Perhubungan DKI mencatat 46 kawasan dengan 100 titik simpang rawan macet di Jakarta. Dengan kondisi jalan yang tidak seimbang, pemilahan jalur busway yang hanya sebatas membagi badan jalan justru malah menjadi arus terobosan para warga Jakarta yang nekad memakai jalur khusus busway di antara kemacetan yang mana arus lalu-lintas menjadi semakin semrawut. Kemudian sungai-sungai  maupun kanal-kanal di Jakarta sangat disayangkan sekali jika hanya difungsikan sebagai tempat pembuangan limbah, sampah atau sebagai pengatur banjir saja. Sehingga jalur-jalur transportasi Jakarta memang perlu diperbaharui demi tercapainya arus lalu-lintas yang menyehatkan, baik untuk demand maupun supply.
Nah, seperti kalau kita mampir di warung tegal (warteg) atau angkringan selepas pulang kerja atau saat bepergian mencari penawar dahaga maupun lapar sembari melepas penat, semisal memesan wedang kombinasi STMJ (Susu Telur Madu Jahe). Tidak sekedar lagi melepas dahaga, tapi juga menegukkan asupan yang menghangatkan dan menyehatkan tubuh. Maka, di sini saya coba tawarkan sebuah konsep STMJ lain untuk sekiranya mengobati dahaga jalanan Jakarta yang semakin kepanasan macet dan terpolusi oleh pemborosan waktu, energi, maupun emisi BBM (Bahan Bakar Minyak), adalah STMJ... yang merupakan singkatan dari Sistem Transportasi Modular Jakarta.Â
Dengan semakin pesatnya perkembangan dan kemajuan teknologi, maka berbagai sarana dan prasarana pun terdiaspora mengikuti persebaran ranah digital ini dalam gelombang modernisasi. Berkaitan dengan hal itu, STMJ ini memang diarahkan untuk mengkombinasikan hal itu. Di bidang tranportasi pula, digitalisasi sudah semakin mendominasi berbagai fungsi transaksionalitasnya. Apalagi dalam konsep kendaraan carter atau taksi maupun ojek pun kini mulai banyak bermunculan pelayanan jasanya dengan sistem online.Â
Peluang era digital inilah seharusnya bisa lebih meminimalisir penggunaan kendaraan pribadi. Terkait dengan konsep ride sharing, konsep STMJ ini sangat sejalan untuk mengatasi kemacetan jalanan di Jakarta dan sekitarnya. Memaksimalkan fungsi digital dan alat transportasi menuju Jakarta kota yang indah dan bebas dari polusi dan kemacetan. Â
Point yang pertama adalah menciptakan alat transportasi yang multifungsi memenuhi berbagai kebutuhan dengan satu kendaraan. Maka rancangan yang ada untuk kendaraan ini paling tidak adalah tipe modular: memuat banyak orang atau banyak barang dan dapat dikondisikan fungsinya dalam kesinambungannya mengarungi rutenya. Semisal dengan menciptakan alat transportasi umum bertingkat dengan bagian bawah untuk cargo barang atau bagasi sedangkan  bagian atas untuk penumpang yang keseluruhan beratnya telah disesuaikan dengan kondisi jalanan Jakarta menahan bebannya serta jalur trayek tujuan yang sama untuk barang dan penumpangnya.Â
Untuk transportasi udaranya paling tidak jika bukan pesawat mini cargo atau perintis untuk mengangkut penumpang, jenis helikopter yang sering digunakan untuk mengangkut pasukan terjun payung pun bisa dijadikan alternatif sebagai moda transportasi udara yang bisa memuat banyak penumpang untuk area Jabodetabek. Kemudian dari transportasi air ada baiknya suatu perahu kano, mini boat, atau kapal mini praktis dan multifungsi yang bisa memenuhi beberapa kebutuhan sekaligus memuat barang (bagian bawah) dan penumpang (bagian atas).
Kemudian dengan STMJ, pihak  jasa transportasi online ini pada aplikasinya, misalnya fitur join atau ride sharing bisa menggabungkan warga dalam suatu area tertentu yang memiliki tujuan yang sejalur dan waktu yang relatif sama sebagai penumpang dalam satu kendaraan yang telah disiapkan di titik tersebut. Begitupula jika ada layanan delivery bisa dikombinasikan dengan keadaan tersebut.Â
Untuk lebih menjangkau tatanan arus mobilisasi ini, pihak jasa transportasi online bisa mengadakan kerjasama program berlangganan dengan institusi, instansi atau perusahaan baik yang belum maupun yang sudah memiliki fasilitas kendaraan invetaris untuk disatukan perjalanan para karyawan-karyawatinya atau siswa-siswinya dengan tarif yang kompetitif atau terjangkau. Sehingga paling tidak dapat mengurangi kuota kendaraan yang berlebihan pada waktu bersamaan.
Dengan keberhasilan itu, setidaknya perairan Jakarta ini bisa lebih terintegrasi sampai dengan kepulauan Seribu. Sehingga bagi warga Jakarta dan sekitarnya yang tidak tinggal di area pesisir bisa melalui sungai atau kanal di wilayah mereka. Sehingga paling tidak bisa mengurangi arus ke arah pelabuhan di jalan darat.Â
Kemudian pengadaan jalur udara antar kota, dengan bandara mini untuk pendaratan helikopter-helikopter penumpang di titik-titik strategis area Jabodetabek. Karena dengan helikopter paling tidak bisa lebih praktis pendaratannya serta menghemat ruang landasan dan lebih terjangkau di berbagai medan. Misalnya pada area yang padat dan terbatas lahannya, pihak Uber bisa mengadakan kerjasama dengan pihak gedung-gedung strategis seperti Mall, hotel, atau perkantoran dengan pengadaan Helipad di atas gedung dengan kontribusi sewa parkir. Tentunya yang tidak ketinggalan adalah penempatan pihak-pihak terkait dengan membangun peron di jalur keluar-masuk ke gedung dan helipad tersebut untuk tetap menjaga kualitas keamanan agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti pembajakan helikopter. Untuk arus lalu-lintasnya mungkin bisa seperti jalur pesawat komersil lainnya atau terkombinasi mengikuti alur jalan raya di bawahnya dengan kombinasi semacam GPS(Google Position System) untuk jarak terbaik seperti yang sudah diterapkan Uber dalam armada  kendaraan bermotornya, agar tidak terlalu jauh atau saling bertumbukan semrawut di udara. Â
Jika sistem jalan kereta KRL dua jalur ditambah dengan monorel masih belum efektif, selain memakan tempat di lahan-lahan pembangunan yang sudah semakin sempit, maka pengadaan jalur subway kereta bawah tanah memang cukup efektif dengan menghubungkan jalur-jalur yang strategis antara sirkulasi penumpang maupun barang. Akan tetapi setidaknya, jalur monorel seharusnya juga bisa dimultifungsikan untuk pengadaan jalur kereta gantung dengan rel di atas gerbong seperti yang sudah ada di Jepang. Jika di perlukan lagi, tentunya dengan mengurangi persinggungan jalan pada jalur kereta api di titik-titik keramaian dengan jalan layang atau ceruk terowongan jalan.
Di mana lalu-lintas yang lancar dan multifungsi, arus tranportasi Jakarta bisa lebih memaksimalkan ruang dan waktu yang digunakan. Sehingga arus kemajuan masa mendatang pun, sistem transportasi ini bisa dimodularisasi sesuai kondisi dan kebutuhan tanpa harus kembali menata dan merubah dari awal. Semoga warga Jakarta pun mau kembali menggunakan kendaraan umum lebih daripada kendaraan pribadi mereka. Dengan kemajuan teknologi, kiranya kemacetan tidak lagi jadi tragedi... salam hangat.
Frankincense (Purwokerto, 5 November 2017)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H