Mohon tunggu...
Frankincense
Frankincense Mohon Tunggu... Administrasi - flame of intuition

bukan pujangga yang pandai merangkai kata, hanya ingin menumpahkan inspirasi dengan literasi menguntai pena. Kata dapat memburu-buru kita untuk menyampaikan perasaan dan sensasi yang sebenarnya belum kita rasakan. Tetapi, kata juga bisa menggerakkan kita. Terkadang, kita tidak mengakui kebenaran sebelum mengucapkannya keras-keras. Salam hangat Kompasianers... Blog: franshare.blogspot.com Web: frame.simplesite.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Lari Pagi, Setidaknya Bukan Lari dari Kenyataan

5 November 2017   07:24 Diperbarui: 8 Januari 2018   03:17 2367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
franshare.blogspot.com

Olahraga lari, menurut saya adalah olahraga yang paling murah dan luar biasa dari berbagai alternatif penghiburan. Bagaimana tidak, baik para remaja maupun orang dewasa terkadang dalam suatu problema, mereka lari dari kenyataan dengan konsumsi minuman-minuman keras atapun obat-obatan terlarang. Konseptual hedonisme di zaman modernisasi ini pun tak terelakkan lagi demi melepaskan diri dari himpitan elegi dalam kumparan harta-tahta-wanita. Bahkan penawaran berbagai fasilitas relaksasi akan label "dunia hiburan" yang justru akhirnya lebih merusak dalam menghibur mereka, para problematik. 

Berkomunitas seperti itu pun bukan jaminan mengembalikan jati diri, jika akhirnya selain menjadi terpuruk dan ternistakan oleh pihak-pihak tidak  bertanggung jawab. Bagaimanapun kenyataan itu semakin ironis, jika dalam pergaulan yang hakikatnya mencerahkan justru sebagai sumber kegelapan kehidupan itu sendiri. Sebagaimana jika anda justru akan digoda pada penawaran menggiurkan, yang malah akhirnya justru melanggar norma atau aturan yang ada itu sendiri.

Selain membaca, olahraga lari menjadi bagian yang banyak mengisi kehidupan saya dalam melepas penat dan mencoba menyegarkan diri. Dari berbagai kenangan yang ada, olahraga lari sudah banyak mengisi dan menemani keseharian saya, lebih daripada olahraga yang lain. Olahraga yang paling sederhana dan merupakan nenek moyang dari berbagai cabang olahraga yang menjadikan lari lebih variatif dan beragam seperti: Basket, Sepak bola, kriket,kasti, dan berbagai cabang olahraga lainnya. Bahkan dalam Atletik pun, olahraga lari ini dibagi menjadi beberapa alternatif seperti: lari sprint,lari estafet sampai lari marathon.

Awalnya saya begitu dekat dengan olahraga lari ini adalah saat saya memasuki Sekolah Dasar (SD) yang selain senam pemanasan, para guru biasanya juga meletakkan olahraga lari dalam tahapan pemanasan sebelum memulai olahraga inti yang diagendakan. Dengan sekedar mengitari lapangan atau bahkan lebih jauh dengan lari mengitari kompleks area sekitar sekolah.Bahkan olahraga lari ini pun juga mendominasi sebagai agenda yang menyeluruh dalam suatu waktu sebagai pemanasan dan olahraga inti untuk para guru mengambil penilaian. 

Dalam momen-momen inilah, saya sering merasakan olahraga ini tak kalah asyiknya dengan olahraga yang lain. Di mana saya dan yang lain berlomba untuk lebih cepat dan terdepan sampai pada rute jarak atau periode putaran yang telah ditentukan, entah itu hanya sebagai pemanasan atau untuk penilaian. Tanpa saya sadari saat itu, mungkin olahraga lari ini pun telah banyak memotivasi saya untuk lebih baik lagi dari sebelumnya. 

Dari yang mana sebelumnya saya begitu kepayahan berlari, tetapi senyatanya begitu mengasyikan jika dinikmati melewati semua itu. Dan awal itu pun akhirnya mulai membuahkan hasilnya, dari sebelumnya saya lari sprint 100 meter saja menghabiskan waktu sekitar 20 detik bisa meningkat sampai menjadi 10 detik, sampai suatu kali dalam kondisi fit saya pernah di adu beberapa kali suatu saat  dengan rival teman sekelas  pada pengambilan nilai final , saya dan dia bisa menjadi waktu sekitar 9 detik hanya beda selisih angka di belakang koma. Saya sendiri kala itu benar-benar tidak menyangka bisa mencapainya, dan itu menjadi waktu tercepat yang pernah bisa saya raih dalam olahraga lari.

Jika hasil itu dikaitkan dengan rutinitas di luar sekolah, mungkin motivasi terbesar saya dalam olahraga ini adalah saat musim bermain layangan di sekitar tempat tinggal saya. Bagaimana tidak, jika saya tidak mempunyai dan tidak bisa membelinya saat itu... ya saya mengejar layang-layang putus yang saat itu  tertangkap mata. Maka saya pun menjadi sering berlari sambil termotivasi untuk mendapatkan layang-layang putus lebih dulu daripada para pengejar yang lainnya. Entah kenapa dengan lari itu saya begitu lega sekali, seolah-olah saya merasa lebih ringan dari sebelumnya saya sering mendapat masalah kehidupan. 

Bagai terlepas begitu saja tekanan yang membebani saya dari berbagai perseteruan  yang timbul di rumah. Jarak pun bukan lagi rintangan, di mana saja dapat semakin jauh mengejar untuk mendapatkan layang-layang putus itu. Bahkan yang namanya "nekad" pun sering menjadi suatu penyemangat diri saat terkadang layang-layang itu sulit dijangkau mendapatkannya. Seperti menyebrangi sungai dan jalan ramai atau melewati pemukiman dengan cepat, memanjati pohon bahkan menerobos pagar pembatas...

Dari berbagai pengejaran layang-layang serta dalam mata pelajaran di sekolah, saya menjadi berevolusi secara perlahan-lahan menyatu dengan olahraga lari dalam kehidupan sehari-hari. Terkadang pun saya sering rutin mengadakan lari pagi setiap hari libur (biasanya hari Minggu pagi), entah itu bersama teman-teman maupun seorang diri. Terakhir saya mencoba menghidupkan kembali kerutinan olahraga lari ini saat mendapat kesempatan pekerjaan baru di Yogyakarta. Darimana saya sebelumnya sering mendapatkan depresi luar binasa dalam kehidupan, sehingga terkadang olahraga lari lebih terabaikan daripada saya menyalurkan kepenatan melalui membaca, menulis,dan menggambar untuk mengobatinya. 

Dari awal tahun 2017, Saya pun secara bertahap menjajal rute-rute yang ada di sekitar tempat saya tinggal saat itu, di Cupuwatu, Kalasan. Dari awalnya saya mencoba berlari mengitari kompleks Cupuwatu 1 - selokan Mataram, kemudian melebar lagi, mengitari UKRIM (Universitas Kristen Marantha) -- BULOG- RSI (Rumah Sakit Islam) Kalasan -- selokan Mataram atau Cupuwatu -- SMP N 1 Kalasan (utara Candi Kalasan) -- selokan Mataram untuk pelarian ke arah timur. Untuk ke arah utara, saya berlari mengitari selokan Mataram dan menjelajahi kompleks situs Candi Sambisari. Kemudian ke arah barat saya berlari mengitari lewat selokan Mataram hingga ke ring road timur atau utara Yogyakarta -- Maguwo- kompleks bandara Adisucipto dan jalan Solo.

Saya mencoba melakukannya pada pagi hari sebelum berangkat bekerja atau sore hari setelah bekerja. Sinergi yang ada sangat saya rasakan sekali perbedaannya, di mana saya lakukan pagi hari lebih nikmat dan lebih ringan rasanya, sehingga saya bisa menempuh jarak-jarak yang jauh. Sedangkan saat saya lakukan sore hari saya merasa lebih sesak dan berat, sehingga jarak lari saya lebih pendek daripada yang saya lakukan pagi hari. 

Karena memang udara pagi lebih segar dan tenang suasananya, serta awal hari menjalani kehidupan masih belum berdampak dari berbagai aktifitas, tekanan dan problema yang didapati dalam kehidupan sehari-hari. Dari olahraga lari ini pula, saya lebih terhindar dari penawaran pergaulan akan "dunia hiburan" untuk melepas penat dengan mengarahkan pada minuman keras ataupun obat terlarang maupun dunia gemerlap lainnya pada erotisme kaum hawa. Karena dengan olahraga lari inilah selain membaca buku saya lebih merasa terpilih untuk merasa lega pada penawaran kehidupan untuk tidak sekedar melepas kepenatan.

Mungkin karena pengaruh hedonisme dan budaya Barat seperti penawaran label "dunia hiburan", olahraga lari hanya akan menjadi sesuatu yang melelahkan dan membosankan sekedar untuk menghibur diri. Padahal olahraga lari tidak sekedar itu saja dari berbagai manfaat dan keunikan yang terkandung di dalamnya. Dengan rutin olahraga lari pagi, secara tidak langsung akan lebih mengaktifkan berbagai sel dalam tubuh yang dapat mempengaruhi tunjangan kinerja dan aktifitas kehidupan sehari-sehari. Selain itu juga mengganti sel-sel kulit mati dan mengeluarkan toksin dari keringat ataupun dalam deru nafas yang dihasilkan. 

Selain murah dan sederhana, olahraga lari mempunyai keunikan yang jarang di dapat daripada olahraga lain, yaitu lebih universal, karena dapat di lakukan secara tunggal (sendirian) maupun jamak (bersama-sama) dan terkadang tidak membutuhkan tempat khusus seperti olahraga sepak bola atau basket. Semua area geografis di sekitar tempat tinggal praktis untuk bisa digunakan sebagai lahan untuk jalur olahraga lari. 

Baik menggunakan sepatu dan berbagai perlengkapan perlindungan maupun dengan nyekeratau tidak memakai alas kaki akan sama nikmatnya dari kerutinan yang ada untuk olahraga lari. Walau memang terkadang di jaman sekarang berlari tanpa alas kaki harus cukup hati-hati memilih jalurnya, agar terhindar dari dampak bahaya yang tidak diinginkan. Setidaknya, dengan berbagai kondisi yang ada untuk melakukan olahraga lari, jangan lupa melakukan peregangan atau pemanasan sebelum berlari.

Tapi entah kenapa, saya sedikit terkecoh juga peregangan pemanasan antara lari dalam hobi dan masalah berada dalam kondisi mendadak. Coba anda pikir, bagaimana peregangan pemanasan sudah tidak  lagi berarti dalam kondisi itu? Bagaimana saat anda dikejar-kejar anjing, atau saat anda dijitak teman anda dan langsung mengejarnya, apakah akan melakukan pemanasan terlebih dahulu? Bahkan seperti saat saya mengejar layang-layang putus pun tidak terpikirkan untuk peregangan pemanasan terlebih dulu, selain mengambil jarak terdekat untuk mengejarnya. 

Nah, pada akhirnya penempatan fungsi peregangan pemanasan atau strechingatau warming up ini menjadi berbeda dalam kondisi lebih kepada respon daripada saat akan menjalaninya sebagai hobi atau masalah. Lepas dari semua itu, dari aktifitas lari saya bisa mendapatkan keunikan lain sebagai mulfifungsionalitas yang terkadang mengabaikan peregangan pemanasan, karena lari tidak sekedar dilakukan dalam hobi saja bukan? Maka, aktifitas lari ini memang tidak bisa terlepas dari kehidupan meskipun dalam berbagai keadaan atau kondisi yang berbeda. Lari tetap dibutuhkan manusia, entah dalam kondisi genting maupun tidak. Entah sebagai jalur kegemaran, kesehatan, maupun penyelesaian masalah.

Hingga kini, pengalaman yang saya dapat dari kegiatan aktifitas lari sungguh luar biasa. Selain kelegaan, kepuasan, juga dapat menambah berbagai pengalaman dan pertemuan dalam sejarah kehidupan. Dari lari mengejar layang-layang hingga lari pagi, setidaknya bukan untuk lari dari kenyataan elegi.

 Karena justru dari semua itu untuk menyongsong dan melewati kenyataan ber-elegi sekalipun. Karena dengan aktifitas lari, kesederhanaannya tidak sebatas hobi saja tapi dalam suatu masalah sebagai pelarian yang lebih sejajar kenyataan itu sendiri mengatasi. Beranjak dari suatu keterbatasan hidup, olahraga lari inilah rekanan terbaik anda baik jiwa maupun raga untuk berada pada lalu-lintas diri. Hal yang tidak akan anda dapatkan dalam suatu interaksi atau komunikasi lainnya seperti: curhat atau ngerumpi/ngegosip sekalipun. 

Karena untuk melebur dalam konteks lalu-lintas diri, adakalanya tidak hanya bersinggungan antara individu maupun kelompok, tapi pada individu itu sendiri. Karena terkadang individu lain atau kelompok justru lebih berpontensi mengaburkan lalu-lintas diri menemukan suatu estimasi pada ketenangan atau rekondisi tertentu. Maka, jika dalam rohaniah ada suatu zikir, devosi atau perenungan, dalam jasmaniah yang saya temukan adalah lari pagi.

Frankincense (Purwokerto, 4 N0vember 2017)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun