Hai penampak terkompak laknat
Apa kabar dirimu mengucur penat
Sekiranya temu kita dalam jumawa tak kasat
Munafikah tembang tegur sapa disenyum yang terjerat
Tak terperikan pada hampa di hati yang menyekat
Setidaknya jemu kita terselam rawa tak terlihat
Meregukkan kata-kata yang semakin ditenggelamkan pekat
Hingga akhirnya tersinggah pada gerbang kebisuan mendekat
Tanya dulu hatimu... Indahkah suara dalam kumparan mengikat
Hai penebar benih raung sesat
Apa kobar dirimu menyabung sengat
Sekiranya tamu kata dalam bahasa pemikat
Filsafah ambang gugur kenapa dikulum sang hakekat
Tak terirama pada lajuan siapa di balik tongkat
Setidaknya diramu berjuta salam titipan tersaji agregat
Menundukkan harga raga yang miskin diancaman penggugat
Hingga akhirnya tersanggah pada lubang kepalsuan merekat
Tanya dulu hatimu... Lidahkah prahara dalam lemparan hujat
Hai pembinal logika tiada pepat
Apa nazar dirimu menjunjung umpat
Sekiranya jamu lawak dalam tumbukan damprat
Merekah hebat bumbungan rasa sedap mencegat
Tak tersudikan pada kebrutalan yang didebat
Setidaknya dipoleskan emas kebenaran berkarat tanpa cacat
Menimpukkan hamburan dakwa yang teryakin bak plakat
Hingga akhirnya tergugah semua gelora angkara melesat
Tanya dulu hatimu... Setankah berkuasa dalam dirimu sobat
Frankincense (Purwokerto, 17 Agustus 2017)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H