Mohon tunggu...
Fran Jonathan
Fran Jonathan Mohon Tunggu... -

web: www.husadareiki.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Sesat Pikir Penolak Reklamasi Teluk Jakarta

18 April 2016   15:24 Diperbarui: 18 April 2016   15:37 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Di jaman romawi kuno, ada istilah kaum proletar dan kaum borjuis. Jika yang pertama identik dengan kaum pekerja, yang harus bekerja untuk mencari nafkah, istilah yang berikutnya identik dengan kaum berduit, orang-orang kaya yang duitnya bekerja untuk mereka. Kaum buruh, petani dan pekerja, semuanya masuk ke golongan proletar,sedangkan pebisnis dan investor termasuk dalam golongan borjuis.

Terus terang saja, mau di jaman manapun, dari Romawi kuno sampe entah jaman star trek di tahun 3000 an misalnya, orang kaya dan miskin selalu saja ada, memang itu sudah dari sononya. Mau di buat system apapun, pada akhirnya juga akan ter bentuk dikotomi kaya dan miskin. Sebetulnya, masih enak hidup di jaman sekarang, karena orang miskin, tapi bernasib baik dan punya etos kerja yang bagus, bisa punya peluang untuk naik kelas menjadi orang kaya. Sedangkan di jaman romawi kuno, sekeras apapun kerja anda, tetap tidak bisa naik kelas. Kelas sosial sudah ditentukan sejak lahir.

Kembali soal reklamasi, bagi saya bukan soal saya mendukung Ahok atau tidak, ktp saya bukan ktp dki, tapi ini masalah sesat pikir dari orang-orang yang menolak reklamasi karena alasan tidak mendukung rakyat miskin. Karena, justru yang menolak reklamasi adalah orang-orang yang tidak mendukung rakyat miskin.

Coba mari kita telaah dari sisi perputaran uang dari proses reklamasi. 

1. Uang modal trilliunan dari pengembang.

2. Masuk ke kaum buruh dan pekerja reklamasi, masuk juga ke penyewaan alat-alat berat,para supplier, masuk juga ke warung-warung kecil penyedia makanan buat buruh dan pekerja reklamasi.

3. Selanjutnya para pekerja menggunakan uangnya, masuk kemana coba? 

Selanjutnya ketika pulau sudah di penuhi gedung dan bangunan mewah, harga tak terjangkau, uang siapakah yang masuk?

4. Tentu uang investor kakap dari luar negeri dan dalam negeri, yang notabene uang nya selalu di bank, sekarang uang mereka keluar dari bank.

5. Masuk ke supplier dan lagi lagi kaum pekerja.

Sekarang, berapa banyak kerugian ekonomi yang hilang bila reklamasi tidak dilanjutkan?

Hanya satu alasan, yang masuk akal bila reklamasi dihentikan, yaitu soal lingkungan, itu saja.

Kaum proletar dan kaum borjuis akan selalu ada, tapi itu bukanlah yang terpenting, yang terpenting adalah kaum borjuis selalu mengeluarkan uang dan kaum proletar selalu dapat uang dalam perputaran uang.

Saya kira, sudah saatnya, kita berhenti iri hati pada kaum kaya, membenci kenikmatan hidup yang mereka nikmati, mulailah kita berpikir secara holistik. Bahwa semuanya harus ada, sehingga roda kehidupan berputar.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun