Mohon tunggu...
Franhky Wijaya
Franhky Wijaya Mohon Tunggu... Arsitek - pemerhati bidang properti

seseorang yang ingin berbagi pengalaman karena sudah lama bekerja di bidang properti, terutama bidang perencanaan, mulai dari pengembangan landed houses, komersial, pergudangan sampai bangunan apartment.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Catatan Kaki: Properti di Tengah Pandemi

10 Juni 2020   17:17 Diperbarui: 11 Juni 2020   04:10 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Efek domino yang disebabkan oleh Covid-19 juga sampai ke sektor properti, walaupun secara tidak langsung. Di sini saya hanya mau sharing saja apa yang tengah kita alami di tengah pandemi ini.

Saya bekerja di sektor properti dan sekarang sedang membangun gedung apartemen. Sejak terdengar adanya covid-19 di Jakarta sekitar bulan Maret 2020, semua orang merasa was-was dan pemerintah DKI pun setelah itu melakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) guna menghentikan penyebaran virus. Slogan "stay at home" terus didengungkan. Dan tidak beberapa lama dari saat itu, banyak mall besar yang tutup.

Seperti yang sering kita lihat, promosi penjualan properti lebih banyak dilakukan di mall-mall. Event-event yang sudah direncanakan sebelumnya terpaksa dibatalkan. Selain itu, pembagian brosur ke calon konsumen pun nyaris tidak bisa dilakukan. Otomatis bisa ditebak, promosi kurang, penjualan pun mengalami penurunan.

Dalam keadaan pandemi seperti ini membeli rumah mungkin bukan menjadi prioritas dibandingkan dengan kebutuhan hidup yang lain. Yang membeli rumah adalah orang-orang yang memang butuh sekali tempat tinggal, tapi bagi para investor mereka masih bisa menunda sampai keadaan sudah mulai membaik.

Para sales yang biasanya mempunyai pekerjaan di event atau pameran, sekarang sudah tidak terlihat lagi. Mereka bekerja dan menghubungi konsumen hanya lewat online. Membeli rumah memang bukan seperti beli sayur di pasar. Banyak pertimbangan yang harus dipikirkan karena menyangkut harga yang cukup besar.

Biasanya konsumen sebelum membeli rumah, seringkali melihat rumah contoh yang sudah disiapkan developer. Jadi calon konsumen punya pandangan, rumah atau unit apartemen seperti apa yang bakalan mereka dapat dari developer.

Tapi dengan adanya pandemi ini, calon konsumen tidak bisa lagi melihat rumah contoh secara langsung. Hal ini kita siasati dengan menggunakan VR (Virtual Reality). Teknologi ini memang sudah lama digunakan untuk menjajakan properti di luar kota.

Walaupun mereka tidak bisa melihat langsung rumah contoh, tetapi setidaknya mereka bisa punya bayangan. Sekarang teknologi ini, calon konsumen dapat melihat rumah contoh walaupun mereka ada di rumah.

Di saat pandemi, di mana rata-rata sektor ekonomi melambat, kita punya banyak waktu untuk berpikir, produk apalagi yang bisa dijual di pasar setelah keadaan mulai membaik. Seperti mata uang, ada sisi buruk dari pandemi, tetapi ada juga sisi baiknya.

Kita punya banyak waktu untuk memikirkan dan merencanakan beberapa produk yang siap di launching. Sebut saja product rumah compact luasan kecil untuk keluarga muda dan kaum milenial yang baru memulai karir serta rukan dengan konsep yang berbeda dengan yang sudah ada sebelumnya.

Walaupun kita semua bekerja dari rumah sesuai dengan arahan pemerintah, tetapi pekerjaan saya secara pribadi tidak terlalu berpengaruh. Apa yang saya kerjakan di kantor selama ini memang bisa saya kerjakan di rumah. Jadi sama saja sibuknya.  

Secara berkala kita mengadakan meeting melalui aplikasi dan di sana kita membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan produk baru. Patut saya syukuri, di masa pandemi ini kita bisa menghasilkan dua produk baru. Menurut saya, apa yang kita kerjakan selama stay at home ini cukup baik. 

Kita bekerja semuanya secara digital. Mulai dari market survey terhadap produk serupa di area sekitar sampai menghubungi konsultan-konsultan yang biasa bekerja sama dengan kita, semuanya dilakukan secara online. Dalam hal ini, kita harus bersyukur terhadap perkembangan teknologi. 

Saya tidak terbayangkan bagaimana jadinya kalau kecepatan internet tidak mendukung, pasti semuanya tidak bisa berjalan dengan baik. Ternyata bekerja secara online, di mana masing-masing dari peserta entah ada di mana, tetapi kita dipertemukan dalam meeting aplikasi, adalah cara meeting yang cukup efektif. 

Dan yang menariknya, yang biasanya kalau meeting konvensional banyak yang datang terlambat, tetapi dengan meeting online rata-rata muncul tepat waktu. Saya rasa, meeting online ini bisa menjadi trend ke depan walaupun keadaan sudah normal. Atau bahkan ada trend untuk bekerja dari rumah. 

Ternyata bukan saja front office yang melambat, tapi juga pekerjaan konstruksi bangunan apartemen di lapangan juga mulai melambat. Vendor-vendor yang sering kali lalu lalang menawarkan produk sudah mulai berkurang. 

Jika membutuhkan barang sudah tidak bisa secepat dulu lagi. Bahkan para pekerja baru untuk lapangan pun tidak bisa sembarangan diterima. Dikhawatirkan akan membawa virus dan menyebarkan ke yang lainnya. 

Tetapi yang tidak bisa dihindari adalah para pekerja lapangan yang bekarja saling berdekatan. Mereka pasti tidak bisa jaga jarak antar mereka sendiri, karena pekerjaan konstruksi bukanlah pekerjaan yang bisa dilakukan seorang diri, melainkan harus bersama-sama. Yang bisa dilakukan oleh kontraktor adalah menjaga lingkungan tempat mereka tinggal dengan baik. Setiap waktu secara berkala ada penyemprotan disinfektan. 

Biar bagaimanapun konstruksi harus tetap jalan, karena keterlambatan proyek bisa membawa dampak yang kurang bagus, baik dari sisi developer maupun dari kontraktor. Jadi walaupun pergerakan lambat di lapangan, tetap ada progress dan target-target yang harus dicapai. 

Pekerjaan lapangan erat hubungannya dengan kerjasama antar berbagai pihak engineering. Biasanya kalau ada meeting para engineering lapangan dan konsultan, ruang meeting 3x6 m dirasakan terlalu kecil karena kalau meeting yang hadir bisa 20 orang. Dalam masa pandemi ini, kerumunan orang banyak diusahakan untuk dihindari. 

Akhirnya walaupun dalam lokasi yang sama, meeting online tetap dilaksanakan. Awalnya memang terasa aneh dan bingung, karena tidak terbiasa. Tetapi setelah berjalannya waktu, semuanya bisa menerima dengan baik. Dan manfaat meeting online tidak kalah dibandingkan meeting tatap muka. 

Kita tidak tahu ke depannya seperti apa, tetapi kita yakin, ekonomi akan bangkit lagi. Tetapi cara hidup kita mungkin sudah berubah. Begitu pula cara kita kerja di kantor, mungkin yang kita jalani sekarang, akan menjadi hal yang normal dilakukan, seperti meeting online antar berbagai pihak. Atau nanti cara promosi properti sudah lewat berbagai aplikasi dan online. Entahlah. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun