Mohon tunggu...
Frando Nainggolan
Frando Nainggolan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berkarya Tanpa Batas

Semakin Keras Kamu Bekerja Untuk Sesuatu, Maka Semakin Besar Pula Perasaanmu saat Mencapainya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Pertobatan dan Hidup Baru

10 Februari 2021   10:46 Diperbarui: 10 Februari 2021   11:30 4473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Frando Nainggolan

Pertobatan menandai suatu permulaan hidup baru, secara sadar bertekad membuang perilaku yang lama, yang berdosa menjadi perilaku yang baru. Pertobatan itu sendiri adalah sesuatu transisi yang radikal, yang secara dramatis merubah. Tidak seperti penyucian sendiri yang merupakan suatu proses.

Pertobatan itu memiliki dua makna kata yaitu; Perkataan yang pertama artinya menyesal, perkataan kedua berarti kembali, meninggalkan jalan yang dilalui, meninggalkan pekerjaan yang dijalankan. Memang inilah kedua unsur dari tobat, yaitu tahu, melihat bahwa hidupnya sekarang salah.

Di dalam Perjanjian Baru, juga ada dua perkataan bagi "tobat", yang pertama metanoia yang berarti pandangan tentang hidupnya sendiri berubah, dan yang kedua epistrophe yang artinya kembali, berputar, meninggalkan jalan sekarang (dosa) dan berniat untuk menjalankan hidup yang baru.

Pertobatan atau penyesalan dengan arti harafiah "mengubah pikiran", dalam konteks Alkitab mengacu pada perubahan pikiran mengenai dosa dan kejahatan. Tobat atau pertobatan adalah suatu proses yang berlangsung terus sampai mati.

Paulus menegaskan bahwa orang-orang yang mengikut Kristus dengan iman yang tulus dan sejati dapat diikut-sertakan kedalam kehidupan Kristus sendiri, dengan Kristus, maka berlakulah kehidupan manusia yang baru. Pertobatan adalah sebuah jalan masuk menuju Kerajan Allah. Sebagai sebuah jalan masuk, ada banyak langkah dan upaya yang bisa dilakukan oleh manusia untuk bertobat.

Salah satu langkah dan upaya yang besar pengaruhnya adalah puasa. Dengan berpuasa, manusia dapat memperbaiki diri dan membangun hidup menjadi lebih baik. Dengan demikian, manusia pada satu sisi dapat hidup dalam Kerajaan Allah dan pada sisi lain ia dapat pula memperluas wilayah Kerajaan Allah itu melalui cara hidup dan cara kerjanya setiap hari.

Pertobatan menjadi suatu tema penting dalam Kitab Suci. Pertobatan diseruhkan oleh para nabi sejak zaman Perjanjian Lama. Pertobatan adalah jawaban kongkret atas tawaran keselamatan Allah. Gereja mengajarkan bahwa kultus atau upacara keagamaan, termasuk sakramen-sakramen, tak bisa dipisahkan dengan sikap dan perbuatan sehari-hari. 

Keterkaitan ini tampak juga dalam perjanjian lama, termasuk dalam hal pertobatan. Pertobatan dalam Perjanjian Lama mengandung aspek yang berkaitan dengan batin serta sikap hidup atau perbuatan. Salah satu bentuk ungkapan pertobatan umat Israel adalah dengan melakukan ritus pertobatan. Israel mengenal hari pendamaian atau hari tobat yang disebut dengan Yom Kippur.

Di hari itu, Israel didamaikan dengan Allah dan diampuni dosanya. Dalam ritus tersebut, mereka bertobat dengan sepenuh hati, menyesali dosa, menyerahkan diri kepada perlindungan Allah, dan memperbaharui niat untuk kembali kepada Allah. Ada suatu tindakan yang melambangkan pertobatan, dalam kehidupan umat Allah pada konteks perjanjian lama yaitu; Berpuasa dan menyampaikan korban bakaran (Im 16).

Pada Hari Pendamaian, Allah menyuruh umat Israel untuk berpuasa dan menyampaikan korban bakaran di Kemah Pertemuan sebagai penghapus dosa. Puasa merupakan ungkapan kerendahan hati Dalam perkembangannya, puasa bisa bermakna kesedihan, kepasrahan, penyiksaan diri dan dikaitkan dengan amal kasih[1]

Dalam arti ini, puasa merupakan suatu wujud dan langkah penting untuk mengyahati makna sprtualitas pertobatan dalam hidup manusia. Puasa dalam artian adalah meninggalkan hal-hal yang tidak baik atau kebiasaan buruk dalam kehidupan, dan berjalan menuju hal-hal yang baik, itulah pertobatan tersebut. Jalan uatama untuk mengubah hidup menjadi manusia baru adalah kesucian atau kemurnian, serta menerima Yesus hadir didalam hatinya[2].

Hidup baru adalah suatu pekerjaan Allah di dalam diri kita, dengan melalui iman kepercayaan kita dengan Yesus Kristus dan selanjutnya kita mampu melakukan pembaharuan di dalam hidup kita di dalam Dia. Penerimaan kita terhadap Tuhan dan firman-Nya, maka kita akan diperbaharui. 

Konsep pertobatan dapat kita kaitkan dengan hidup baru dimana orang yang telah memulai hidup baru adalah orang yang telah bertobat yaitu orang yang berpaling dari dosa dan berjalan kembali kepada Tuhan. Pertobatan terjadi pada waktu seseorang menjawab panggilan Allah, saat itu dikenang sebagai pengalaman pertobatan. Hal tersebut ditandai dengan perubahan cara hidup atau disebut dengan hidup baru.

Hidup baru dapat kita kaitkan juga dengan kasih, dimana berkaitan dengan hukum kasih, Paulus dapat melakukan orientasi pada Kristus sehingga kasih dapat ditandai dengan ciri-ciri Kristus. Hal ini sama saja artinya dengan "hidup sesuai dengan kehendak Yesus Kristus", dan kasih itu dapat menguasai dan dapat menggerakkan hati kita untuk hidup yang lebih baik/hidup yang baru.

Jadi dapat kita simpulkan bahwa hidup baru adalah meninggalkan hidup lama (berdosa) dan memulai suatu hidup baru (bertobat) di dalam Kristus dan Kristuslah yang memerintah dan memimpin serta memerdekakan. Maka dengan demikian, percaya akan Allah (iman) adalah hidup yang baru.

Pertobatan menyangkut sikap orang yang merindukan kasih Allah yang mendasari pembangunan hidup. Baptisan adalah tanda keterlibatan dengan penderitaan, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus dalam hidup menggereja. Dengan baptisan tersebut orang dilabatkan dalam kehidupan iman dalam gereja.

Dengan pertobatannya, seseorang berani meninggalkan masa lalu dan hidup baru bersama Yesus Kristus. Kerinduan untuk menerima tawaran Allah, mengarahkan perilaku setiap seseorang terhadap rahmat yang ditawarkan Allah untuk membarui kehidupan. Pertobatan adalah keputusan untuk kembali pada sumber karahiman Allah atau mengikuti perintah Allah sendiri sebagaimana ditawarkan oleh Yesus Kristus dalam pengaran-Nya menyampaikan warta Kerajaan Allah[3]. 

Proses pertobatan yang terus-menerus inilah yang dapat memerdekakan seseorang dari dosa, sebab dengan pembaharuan pikiran seseorang mengenal kebenaran dan dengan mengenal kebenaran itu, maka seseorang dibebaskan dari perhambaan dosa. Perhambaan dosa artinya tindakan yang tidak tepat seperti yang Allah kehendaki.

Dari proses inilah se-seorang diubah untuk memiliki pola hidup yang baru, yaitu pola hidup anak-anak Allah yang mengenakan kodrat Ilahi. Inilah buah pertobatan yang benar. Kekudusan inilah yang menjadi tujuan pertobatan. Tentu kekudusan di sini menggunakan ukuran Tuhan. Itulah sebabnya Ia berkata: Kuduslah kamu sebab Aku kudus (1Ptr. 1:16).

Kekudusan di sini memiliki arti yang sangat luas, yaitu lebih menekankan sikap batin atau sikap hati atau manusia batiniah seseorang, bukan sekadar kebenaran moral dalam standar etika umum. Dalam ayat ini, Tuhan menghubungkan kekudusan-Nya dengan kekudusan kita. Ini berarti, Ia menghendaki kita memiliki kekudusan standar Tuhan.

Dari pertobatan manusia bisa mendapatkan berkat melalui hidup baru. Hidup baru berarti memulai kehidupan dalam Kristus. Hidup baru berarti suatu keadaan dimana kehidupannya sudah berubah tidak sama seperti sebelumnya.

Sebagai manusia yang hidup baru, manusia harus sadar akan dosanya, melakukan pertobatan dan memiliki iman yang besar dalam Tuhan, dan juga harus memiliki sifat yang baik, tujuan hidup yang lebih baik dan lainnya.

Oleh sebab itu, setelah kita  mengalami pertobatan secara berkesinambu-ngan, model atau gaya hidup kita pasti berbeda dengan model atau gaya hidup manusia pada umumnya. Gaya hidup yang baru inilah yang akan membuat seseorang memancarkan sebuah pe-sona yang akan membuat orang mengenal jalan keselamatan yang benar.

Orang akan melihat bahwa kita telah keluar dari kegelapan atau keluar dari model dan gaya hidup anak dunia kepada model atau gaya hidup anak-anak Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun