Mohon tunggu...
frandika permana
frandika permana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Urban Design UGM

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dualisme Arsitektur: Timur-Barat

27 November 2014   18:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:42 2790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN...

Dewasa ini perkembangan pembangunan semakin pesat dirasakan oleh masyarakat Indonesia. Setiap kota di Indonesia juga turut mengalami lonjakan dalam perkembangan pembangunan. Salah satu kota yang memiliki perkembangan cukup pesat adalah Yogyakarta. Perkembangan kota di Yogyakarta diikuti dengan perkembangan bangunan komersil yang makin marak berdiri di sepanjang koridor jalan kota Yogyakarta. Bangunan komersil tersebut memiliki ciri khas yang berbeda antara satu dengan yang lain. Hal ini dimaksudkan supaya setiap bangunan dapat mempromosikan produknya melalui bentuk bangunan yang ditempatinya. Mulai dari bentuk bangunan bernuansa modern, tropis, tradisional, bahkan kolonial pun menjadi favorit bagi pemilik bangunan.

[caption id="attachment_356393" align="aligncenter" width="300" caption="Ambarukmo Plaza Yogyakarta"] [/caption]

[caption id="attachment_356394" align="aligncenter" width="300" caption="Hotel Tentrem Yogyakarta"]

14170578502111863909
14170578502111863909
[/caption]

Perkembangan pembangunan yang semakin inovatif ini membuat citra kota Yogyakarta menjadi pudar kekhasannya. Arsitektur Jawa yang dulu merupakan langgam original kota Yogyakarta, kini telah memudar dan digantikan dengan langgam asing yang terkadang tidak teratur. Bahkan salah satu langgam asing tersebut yang setia menghiasi kota Yogyakarta adalah langgam kolonial yang dimiliki oleh bangunan zaman modern. Hal ini tentu menjadi pertanyaan besar mengapa bangunan di zaman modern (zaman kemerdekaan) saat ini dengan sengaja menerapkan langgam kolonial ke area kota Yogyakarta.

DUALISME ARSITEKTUR TIMUR DAN BARAT

1. Langgam Arsitektur Timur

Langgam arsitektur timur atau sering dikenal dengan arsitektur Vernakular merupakan salah satu peninggalan dari nenek moyang Austronesia. Davidson (2002) dalam Indonesian Heritage menjelaskan pada zaman nenenk moyang Austronesia, langgam arsitektur vernakular memiliki ciri khas (1) bangunan berdiri pada pondasi batu (2) atap di bagian ujung bangunan diperpanjang (3) ujung dinding depan dihiasi ukiran.

[caption id="attachment_356395" align="aligncenter" width="448" caption="Arsitektur Vernakular Nias"]

14170579771263499152
14170579771263499152
[/caption]

Dalam perkembangannya, arsitektur Vernakular semakin berkembang pesat. Di Indonesia langgam tersebut diaplikasikan di setiap kawasan/suku yang berbeda kebudayaannya. Mulai dari suku Jawa, Sunda, Toraja, Nias, Batak Karo, Batak Toba, Minangkabau, Mentawai, dan lain sebagainya. Perbedaan suku tersebut mempengaruhi bentuk dari langgam arsitektur vernakular.

2. Langgam Arsitektur Barat

Langgam Arsitektur barat memiliki ciri yang berbeda dari arsitektur timur. Ciri khas tersebut salah satunya ditunjukkan melalui permainan bentuk pada fasad bangunannya. Langgam Corithian misalnya, memiliki ciri khas kolom langsing berkepala penuh ukiran. Sumalyo (1996) menjelaskan bangunan berlanggam arsitektur barat dengan aliran Corinthian juga memiliki kekhasan pada ujung kiri dan kanan bangunan. Pada kedua ujung tersebut terdapat penonjolan dengan kolom-kolom pada sudut-sudutnya membentuk pandangan yang simetris. Sumalyo (1996) berpendapat bahwa ciri tersebut juga dimiliki oleh langgam arsitektur barat beraliran Baroque.

[caption id="attachment_356397" align="aligncenter" width="420" caption="Langgam Arsitektur Barat: Baroque Rococo "]

14170583521117192570
14170583521117192570
[/caption]

Sumalyo (1996) menjelaskan bahwa selain bentuk pada kolom-kolom, ciri khas arsitektur barat juga dapat dikenali melalui penataan jendela/bukaan pada fasadnya. Ciri khas arsitektur barat adalah memiliki fasad yang dipenuhi dengan jendela sangat lebar berbentuk setengah lingkaran dari material baja dan kaca. Jendela tersebut selain berfungsi sebagai bukaan untuk sinar matahari dan udara, juga berfungsi sebagai hiasan/lambang perkereta-apian berupa roda kereta api dengan adanya elemen-elemen seperti jari-jari. Jendela yang memenuhi fasad tersebut disusun berderet dan monoton.

[caption id="attachment_356398" align="aligncenter" width="432" caption="Langgam arsitektur barat yang memiliki ciri khas pada bukaan setengah lingkaran"]

14170585481327983570
14170585481327983570
[/caption]

2.3 Masuknya Langgam Barat ke Timur

Langgam arsitektur timur dan barat, keduanya memiliki ciri khas yang berlainan. Ketika dipertemukan, maka akan terjadi akulturasi langgam. Contoh konkret akan peristiwa ini terjadi ketika bangsa barat (kolonial) mulai menjajah Indonesia. Dengan masuknya bangsa kolonial ke Indonesia berarti kebudayaan barat juga ikut masuk dan berbaur dengan kebudayaan Indonesia. Salah satu kebudayaan kolonial yang berbaur di Indonesia dan masih berdiri hingga saat ini adalah bangunan-bangunan heritage peninggalan Belanda. Di Yogyakarta beberapa bangunan heritage yang terkenal dan masih berfungsi hingga saat ini adalah kantor pos Indonesia, Bank BNI, dan BI.

[caption id="attachment_356399" align="aligncenter" width="461" caption="Salah satu contoh bangunan heritage di Yogyakarta: Bank BI"]

14170587161283473721
14170587161283473721
[/caption]

Setelah zaman kolonial berakhir, tentunya bangsa Indonesia memiliki hak untuk mengembangkan kebudayaan lokalnya. Salah kebudayaan lokal yang dapat dikembangkan adalah kebudayaan mengenai langgam rumah adat Indonesia. Langgam tersebut memiliki peluang untuk diekspose di era modern, namun pada kenyataannya beberapa bangunan yang dibangun di zaman modern justru didirikan dengan berbasis langgam kolonial (barat). Hal ini kemudian menjadi dualisme mengenai langgam arsitektur timur yang diperhadapkan dengan langgam arsitektur barat.

STUDI KASUS

3.1 Bakpia Pathok 75 di Jl Magelang

Kasus penerapan langgam arsitektur barat di era modern terjadi di beberapa bangunan di Jl Magelang. Salah satu diantaranya adalah Bakpia Pathok 75 yang beralamat di Jl. Magelang KM 4,5 Yogyakarta. Menurut situs http://travel.kapanlagi.com/ bangunan tersebut merupakan cabang ke-3 dari toko Bakpia Patuk 75 di Yogyakarta. Dibandingkan dengan cabang lainnya, toko yang terletak di depan TVRI ini memiliki desain cukup megah dengan gaya renaissance. Gaya renaissance ini terlihat dari bentuk dan susunan kolom yang berukuran besar dan menonjol. Selain itu langgam arsitektur barat nampak pada patung-patung gaya romawi yang diletakkan di bagian atas bangunan dan di ujung kolom.

[caption id="attachment_356401" align="aligncenter" width="357" caption="Lokasi Bakpia Pathuk Jogja"]

[/caption]

[caption id="attachment_356402" align="aligncenter" width="418" caption="Fasad Bakpia Pathok 75 Jogja"]

14170592351258965497
14170592351258965497
[/caption]

Selain dilihat dari fasad, unsur Renaissance di bangunan ini juga dapat dilihat dari interiornya. Ruang display bakpia yang kaya akan ornamen dengan kolom-kolom besar gaya Corinthian menghiasi pelingkup dinding interiornya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun