Mohon tunggu...
frandika permana
frandika permana Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Urban Design UGM

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dualisme Arsitektur: Timur-Barat

27 November 2014   18:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:42 2790
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_356404" align="aligncenter" width="300" caption="Interior toko Bakpia Pathok 75 Jogja"]

14170593741391134176
14170593741391134176
[/caption]

2 Laboratorium Pramita di Jl Cikditiro

Laboratorium Pramita merupakan Laboratorium kesehatan yang didirikan sejak tahun 1987. Berdasarkan web resmi dari http://www.pramita.co.id/ , Lab Pramita memiliki pelayanan kesehatan berupa Laboratorium Klinik, Bioteknologi, Radiologi, Ultrasonografi (USG), Elektromedis, dan Medical Checkup. Laboratorium ini memiliki cabang di kota Surabaya, Bandung, Cirebon,  Jakarta, Medan, Yogyakarta, Palembang, dan Semarang. Di kota Yogyakarta sendiri, Laboratorium Pramita terletak di Jl. Cik Ditiro no 17 Yogyakarta.

[caption id="attachment_356405" align="aligncenter" width="300" caption="Lokasi Lab Pramita Jogja"]

14170594851128560620
14170594851128560620
[/caption]

Apabila diamati dari segi langgam bangunannya, maka bangunan Laboratorium Pramita memiliki unsur Renaissance yang sangat kuat. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kolom-kolom besar yang menjulang tinggi dan bentuk bukaan yang identik dengan gaya Renaissance.

[caption id="attachment_356406" align="aligncenter" width="300" caption="Fasad Lab Pramita"]

14170595921793645908
14170595921793645908
[/caption]

PEMBAHASAN

Berdasarkan studi kasus mengenai langgam arsitektur Bakpia Pathuk 75 dan Laboratorium Pramita maka dapat disimpulkan bahwa kedua bangunan tersebut adalah bangunan berlanggam barat yang dibangun di era modern.

Langgam bangunan dari toko Bakpia Pathuk 75 sengaja dibuat bergaya Renaissance diperkirakan memiliki tujuan untuk menarik banyak pelanggan. Tampilan fasad yang megah dengan angka 75 di bagian atas bangunan merupakan salah satu unsur penarik perhatian (attraction) bagi para pelanggan. Selain itu kesan yang berbeda/lain dari pada yang lain juga terlihat dari langgam bangunan di sekitar toko Bakpia Pathuk 75 yang cenderung berlanggam arsitektur timur/lokal.

[caption id="attachment_356408" align="aligncenter" width="300" caption="Angka 75 menjadi penanda/branding image untuk promo Bakpia Pathok"]

1417059788614222238
1417059788614222238
[/caption]

[caption id="attachment_356409" align="aligncenter" width="300" caption="Langgam Arsitektur Barat pada Bangunan Bakpia Pathuk 75 yang Terlihat Kontras dengan Bangunan di sebelahnya"]

14170598671217357461
14170598671217357461
[/caption]

Sama halnya dengan Laboratorium Pramita. Salah satu tujuan pemilik Lab tersebut diperkirakan adalah untuk menarik perhatian customer. Selain itu, dengan menampilan wujud sebagai bangunan Renaissance, Laboratorium Pramita akan tampak kontras dengan bangunan sekitarnya. Hal ini disatu sisi dapat menjadi nilai positif secara bisnis karena dapat menarik perhatian pengunjung, namun jika dilihat dari segi perkotaan, fenomena tersebut akan menimbulkan ketimpangan dalam konteks budaya di kota Yogyakarta

Kasus penerapan langgam barat di era modern pada Laboratorium Pramita tidak hanya terjadi di kota Yogyakarta. Langgam tersebut juga menjalar hingga kota Bandung dengan gaya Renaissance yang kental. Apabila dilihat dari fasadnya gaya tersebut sangat mirip dengan Laboratorium di Kota Yogyakarta. Ciri khas yang tampak pada Laboratorium tersebut adalah terdapat kolom tinggi-besar-vertikal dan deretan jendela yang berjajar.

PEMBELAJARAN

1 Pembelajaran dari Bangunan Pertokoan Bakpia Pathuk 75 dan Laboratorium Pramita

Berdasarkan pembahasan di atas maka dapat diambil sebuah pembelajaran bahwa permasalahan mengenai langgam barat yang diaplikasikan di era modern pada bangunan komersil diperkirakan memiliki tujuan untuk menarik perhatian para customer. Hal ini juga dapat menjadi media promosi bagi owner sehingga produk yang diperjualbelikan dapat dikenal oleh masyarakat. Pernyataan ini adalah suatu pemikiran positif jika dilihat dari sudut pandang bisnis dengan orientasi untuk meningkatkan penjualan.

Di satu sisi, aplikasi tersebut memberikan citra buruk dalam ranah perkotaan. Kota Yogyakarta yang identik dengan bangunan budaya/lokal, tiba-tiba menjadi luntur akibat pembangunan komersil berlanggam barat/kolonial.

Langgam barat telah cukup menghiasi kota Yogyakarta melalui peninggalan bangunan pada masa penjajahan yang kini dikenal dengan bangunan heritage. Bangunan tersebut memiliki nilai seni yang sangat tinggi dibandingkan dengan bangunan “heritage modern” yang dimiliki oleh bangunan pertokoan Bakpia Pathuk 75 dan Laboratorium Pramita. Hal ini disebabkan karena bangunan heritage telah didirikan bertahun-tahun yang lalu dengan kisah sejarah yang panjang sedangkan bangunan “heritage modern” didirikan di masa kini dengan tujuan yang mungkin untuk meningkatkan omzet penjualan.

2 Arsitektur Kontekstual Sebagai Solusi akan Dualisme Langgam Arsitektur Timur dan Barat

Dalam konteks penataan kawasan, penerapan langgam arsitektur barat di era modern pada bangunan komersil dinilai kurang tepat. Antoniades (1992) mengatakan arsitektur kontekstual merupakan salah satu prinsip perancangan dalam arsitektur yang mempertimbangkan permasalahan desain dalam beberapa atau kesatuan bidang konteks arsitektural. Antoniades (1992) juga berpendapat bahwa kontekstual merupakan suatu hubungan antara arsitektur dan sitenya. Keduanya akan saling  berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang berkesinambungan dimana masyarakat,budaya, area, dan materialnya berasal dari tempat dimana arsitekturitu akan dibangun.

Pengertian arsitektur kontekstual juga diperkuat oleh Brolin (1978) yang menjelaskan bahwa kontekstual dalam arsitektur adalah perencanaan dan perancangan arsitektur yang memperhatikan permasalahan kontinuitas visual antar bangunan baru dengan nuansa lingkungan yang ada disekitarnya. Dengan kata lain, bangunan modern yang akan dibangun harus memperhatikan kondisi lingkungan di sekitarnya baik itu dalam aspek fisik maupun non fisik

3 Pembelajaran dari Mal Malioboro Sebagai Contoh Aplikasi Kontekstualisme dalam Arsitektur

Berbeda dengan bangunan Mal Malioboro, bangunan ini sekalipun berfungsi sebagai shopping center yang mewadahi aktivitas masyarakat dan turis, namun tetap mempertahankan nilai-nilai budaya lokal di Yogyakarta. Hal ini terbukti melalui bentuk fasad yang sengaja didesain dengan konsep gunungan yang berasal dari kisah pewayangan

[caption id="attachment_356411" align="aligncenter" width="300" caption="Mal Malioboro yang mempertahankan nilai-nilai budaya lokal terlihat dari bentuk fasad yang melambangkan bentuk gunungan"]

14170600585147826
14170600585147826
[/caption]

Bagian utara dan selatan dari fasad Mal Malioboro memiliki perlambang yang kuat akan makna gunungan. Perlambang Gunungan menurut http://id.wikipedia.org/wiki/Gunungan adalah sebuah pintu istana/kerajaan yang terbuka saat acara pewayangan mulai digelar.

Berdasarkan uraian di atas, Mal Malioboro mampu menjadi contoh/panutan dalam aspek arsitektur kontekstual. Bangunan yang diperuntukkan bagi wisatawan asing dan lokal terbuktu mampu mempertahankan langam arsitektur timur dengan konsep gunungan.

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan mengenai penerapan langgam arsitektur barat di era modern pada bangunan komersil, maka dapat disimpulkan bahwa dalam konteks bisnis tindakan tersebut bertujuan untuk menarik perhatian para customer supaya omzet pada toko tersebut bertambah. Selain itu hal tersebut juga bertujuan untuk menjadikan bangunan sebagai tetenger dalam suatu kawasan.

Dalam aspek perancangan kota, bangunan dengan langgam arsitektur barat yang dibangun di era modern dinilai melanggar kaidah arsitektur kontekstual. Oleh karena itu dalam sudut pandang tata kota, bangunan toko Bakpia Pathuk 75 di Jl Magelang km 4.5 dan Laboratorium Pramita di Jl Cikditiro no 17 dinilai melanggar kaidah arsitektur kontekstual.

Lain halnya dengan Mal Malioboro, sekalipun memiliki fungsi sebagai shopping center yang kerap kali dikunjungi oleh wisatawan asing dan lokal, namun bangunan ini tetap dapat menjaga kontestualnya dengan menampilkan fasad bermakna gunungan. Mal Malioboro ini dapat menjadi contoh yang konkret bahwa untuk dapat mengembangkan sebuah bisnis, nilai dan kaidah kontekstual tetap dapat dijaga.

Referensi

1)Antoniades, Anthony C.( 1992) Poetics of Architecture: Theory of Design New York: Van Nostrand Reinhold,

2)Bentley, (1988). Lingkungan Yang Tanggap, Abdi Widya, Bandung

3)Brolin, Brent C, (1978). Architecture In Context,Van Nostrand Reinhold, New York,

4)Davidson (2002). Indonesian Heritage, Grolier International

5)Sumalyo, Y. (2005) Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX, Gajah Mada University Press

6)http://www.malmalioboro.co.id/?page_id=7, 11 Mei 2014

7)http://travel.kapanlagi.com/yogyakarta/belanja/makanan/36322-bakpia-patuk-75-foto.html, 11 Mei 2014

8)https://id.foursquare.com/v/bakpia-patuk-75-jl-magelang-yogyakarta/4d1c0492c68aa1cd4e7b9fe2/photos , 11 Mei 2014

9)http://www.pramita.co.id/index.php/yogyakarta, 11 Mei 2014

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun