Pencak Silat merupakan kata yang tidak asing bagi lagi bagi masyarakat Indonesia. Pencak silat merupakan suatu ilmu bela diri berbasis seni yang berasal dari bumi nusantara. Menurut Thomas A green dalam bukunya yang berjudul An Encyclopedia of History and Innovation Martial Arts of the World: An Encyclopedia of History and Innovation, pencak merupakan olahraga yang mengunggulkan unsur seni dan keindahan gerakan, sedangkan kata “silat” berarti ajaran bela diri dalam sebuah pertarungan. Olahraga pencak silat merupakan bela diri tradisional yang sangat populer dari kepulauan nusantara. Gerakan-gerakan yang ada berasal dari hal-hal disekitar yang diadaptasi lalu dimanfaatkan untuk bertahap hidup pada situasi dan kondisi alam tertentu. Misalnya saja terdapat gerakan kera, burung elang, ular dan lain sebagainya.
Pada era modern ini, silat digunakan bukan hanya menjadi bentuk bela diri tetapi juga karya seni yang dipertontonkan melalui acara ataupun film-film internasional. Adapun nama-nama yang telah memperkenalkan pencak silat pada beberapa tahun ke belakang ini seperti Iko Uwais, Joe Taslim, Cecep A. Rahman dan lain sebagainya. Beberapa film yang terkenal yang mengandung banyak unsur pencak silatnya yaitu “The Raid” bahkan hingga fim Hollywood seperti “Star Wars: The Force Awakens”.
Melalui artikel ini saya mencoba membongkar dengan menelusuri berbagai jurnal serta artikel yang berkaitan tentang dengan penelitian pencak silat yang dilakukan oleh pada Indonesianist.
Salah satu yang terkenal adalah Donald Frederick Draeger yang merupakan seorang pengajar serta pratikisi bela diri yang berasal dari Jepang. Beliau menulis buku yang berjudul tentang Weapons and Fighting Arts Of Indonesia (1972), bela diri Pencak Silat memiliki kaitan erat dengan olah tubuh hal ini karena adanya 157 gaya yang tercatat secara resmi dari Pencak Silat yang karakteristiknya berasal dari kemampuan fisik daerah tertentu dan perilaku budaya masyarakat. Karakteristik ini berbeda karena terdapat ketimpangan kekuatan sosial ekonomi daerah bumi nusantara saat itu dan wilayah geografis yang memunginkan lahirnya gaya tempur yang unik dan bermacam-macam.
.
Menurut AryWibowo (2010) Terjadinya konstruksi dan reproduksi kebudayaan merupakan proses penegasan identitas budaya yang dilakukan oleh bermacam-macam pertemuan kebudayaan yang menegaskan eksistensi kebudayaannya. Hal ini menyebabkan kebudayaan yang ada di Indonesia hadir melalui dekonstruksi dan pertarungan yang menegaskan kehadiran identitas kelompok di dalamnya,
Melihat itu jika kita mengulik lebih dalam Pencak silat sendiri awalnya bukan produk asli Indonesia tetapi menurut Dranger, pencak silat merupakan produk budaya adaptasi sehingga ditemukan beberapa pengaruh asing serta artikulasi budaya seperti musik Nepal, senjata Hindu, senjata Arab dan senjata China. Melihat itu adanya akulturasi budaya yang dimana setiap kelompok di Nusantara saat itu merepresentasikan pencak silat sesuai dengan kondisi alam, dan sosial saat itu, tetapi secara gamblang dapat disimpulkan bawa dasar konstruksi dan reproduksi kebudayaan disebabkan oleh adanya usaha untuk menghadirkan masa lalu dari berbagai tempat ke dalam kehidupan masa kini untuk menjadi proses sebuah pemaknaan budaya baru.
Eksplorasi yang dilakukan masyarakat merupakan bentuk ekspresi yang ditimbulkan dan ditinggalkan oleh masa lampau untuk menggerakan eksistensi budaya pada masa sekarang Hal ini membuktikan bahwa pencak silat hadir di Indonesia bukan hanya sekedar menjadi alat bela diri masa lalu, tetapi hadir atas ekspresi kebudayaan yang datang dan hadir di wilayah Nusantara saat itu sesuai dengan bentuk alam serta kondisi sosial saat itu.
Daftar Pustaka
Draeger, F. Doon. (1972). Weapons and Fighting Arts of Indonesia. Charles E. Tuttle Publishing Co,. Inc
Green, A. Thomas (2001). Martial Arts of the World: An Encyclopedia of History and Innovation Martial Arts of the World: An Encyclopedia of History and Innovation, California: 130 Cremona Drive, P.O
Arybowo. S. 2010. Kajdian Budaya Dalam Prespektif Filosofi. Jurnal Masayarakat dan Budaya, Volume 12 No.2 Tahun 2010. h. 210
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H