Semua orang tahu, semakin tinggi sekolah seseorang, tentu akan semakin baik tutur kata dan kalimat berkomunikasinya, apalagi dia sudah menjadi master Theo dan logos katanya, tentu harusnya semakin baik isi tulisannya, semakin santun olah kata kalimatnya jika ia menulis dimedia umum. Ada Kompasianer duo Master Botol (bodoh-tolol) yang sangat merasa dirinya paling hebat dan paling paripurna (kompensasi gangguan psikologis?) di Media Kompasiana ini menjawab tulisan dengan tulisan dalam cara gaya yang sangat provokatif dan sangat tidak santun yang memperlihatkan dan sesungguhnya vulgar telah menelanjangi sempurna dirinya sendiri, sesungguhnya dirinya sebagai orang pasaran beraroma tengik bertopeng dua master kesarjanaan summa cum-laude dari pengakuannya (???). Sungguh sangat menyedihkan apakah lembaga pendidikannya yang memang tidak mendidik etika budi-pekerti atau memang karakter dirinya dan historis pengaruh buruk kekeluargaan dikampungnya NTT yang bermasalah dimasa lalu. Sehingga mereflleksikan keangkuhan dan kesombongan diri yang memalukan.
Pantaskah seorang ber titel dua master (summa cum laude??? katanya) bernama Nararyanggadas (Pdt. Nararya) gembira ria dan senang menuliskan kalimat mabok-kata si Nararya (N) bahkan dia sendiri sebenarnya melakukan fallacy of bifurcation dan appeal to motive fallacy (sesat pikir = Logical Fallacy) layaknya orang sakit jiwa seperti kalimat :
1.     Menanggapi tulisan saya kemarin, Francius Matu entah disadari atau tidak, kemungkinan besar tidak disadari (tipikal orang bodoh), .......
2.     Ya, apalagi yang bisa dilakukan seseorang yang tidak bisa berargumen selain menyerang motif lawan diskusinya? Itu yang paling gampang, bukan? Hahahaha.
3.     Dalam konteks yang lebih khusus, saya memang yakin Francius Matu itu bukan hanya bodoh tetapi lebih dari itu bebal.
4.     Bukti kebodohan Francius adalah tulisan-tulisannya tidak pernah di HL/TA (setahu saya begitu; atau mungkin pernah, tapi...hahahaha).
5.     Hati-hati dengan penipu bernama Francius Matu dan provokasi-provokasi SARA-nya dalam tulisan-tulisan terdahulunya dan sekarang ia menayangkan tulisan yang berpotensi memprovokasi para Kompasianers untuk mendukung kebebalannya.
Tidakkah seharusnya kalimat 1 sampai 5 diatas sebenarnya adalah kalimat yang paling sepantasnya ditujukan dan dilekat-eratkan kepada dirinya sendiri Nararyanggadas (Pdt. Nararya).
Saya akan menjawab butir 1 s/d 5 :
Jawab 1. Semua yang si Pdt.Nararya katakan pada butir 1., Nararya mengarang, serta hanya menduga-duga (dengan kemungkinan besar) bahwa Francius Matu orang bodoh. Ini adalah sesat pikir yang ada didalam otaknya Pdt. Nararya.
Jawab 2. Bagaimana si Nararya mengetahui saya tidak bisa berargumen, buktinya tulisan sanggahan saya dijawab olehnya walaupun dengan kalimat jurus mabok, yang sebenarnya Nararya-lah yang tidak bisa berargumen. Perhatikan kalimat tulisan Nararya yang penuh dengan luapan emosi tingkat iblis lalu menilai dengan asumsi yang salah, serta memutar-balikkan motif seteru diskusinya.