Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kembali ke Basengat Ka' Jubata: Refleksi Masa Prapaskah dalam Konteks Gereja di Kalimantan

1 Maret 2023   18:04 Diperbarui: 1 Maret 2023   18:08 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: parokisragen.or.id

Mengatakan manusia Dayak sebagai makhluk religius, hemat saya, memiliki tiga konsekuensi langsung berikut. Pertama-tama, pengakuan akan Tuhan sebagai pencipta dan penguasa alam semesta. Kedua, hormat terhadap harkat dan martabat setiap individu sebagai citra ilahi. Ketiga, hormat terhadap alam.

Gambaran tentang manusia sebagaimana ditulis oleh Tjilik Riwut dalam bukunya Menyelami Kekayaan Leluhur dapat membantu kita memahami esensi orang Dayak sebagai makhluk religius. Berangkat dari mitos penciptaan Kaharingan, dia meyakini kalau manusia merupakan ciptaan yang paling mulia dan sempurna. Sebagai ciptaan yang paling mulia dan sempurna manusia diharapkan menjadi contoh dan teladan bagi sesama, bersikap hormat, adil, jujur dan benar kepada sesama, serta selalu mengupayakan perdamaian.

Dan dengan menyandang predikat sebagai makhluk yang paling mulia dan sempurna, manusia diingatkan untuk tidak menjadi pribadi yang sombong dengan memandang rendah orang lain. Justru sebaliknya ia mesti menjadi pribadi yang rendah hati. Dalam semangat kerendahan hati itu pula, ia diingatkan untuk selalu bertobat dengan membersikan dan menyucikan diri dan jiwanya.

Sikap Hormat dan Rasa Takut terhadap Alam

Bagaimana dengan hormat terhadap alam? Dalam religiositas suku Dayak, ungkapan ambil bagian dalam napas hidup ilahi (basengat) dinyatakan dalam semengat (semongat).  Salah satu poin penting yang hendak digarisbawahi dari pemahaman suku Dayak tentang manusia yang memiliki kodrat ilahi (semengat) ialah manusia dimampukan untuk menangkap dan membaca tanda-tanda kehadiran Yang Transenden dalam peristiwa atau gejala alam. Berkat semengat, mereka mampu membaca fenomena alam yang bisa mendatangkan berkat ataupun kutuk.

Dalam tradisi berladang, misalnya, kemampuan itu memainkan peran yang sangat penting.  Mendapatkan hasil panen yang baik dan berlimpah tentu saja menjadi keinginan setiap warga. Akan tetapi, keinginan tersebut tidak pernah boleh mengabaikan pesan dari Yang Ilahi atau para leluhur yang hadir lewat tanda-tanda atau fenomena alam. Pesan itu biasanya hadir lewat suara burung atau pun mimpi. Pengabaian terhadap pesan tersebut dapat mendatangkan bencana bagi diri sendiri, keluarga dan seluruh anggota komunitas.

Bahwa Yang Ilahi hadir dalam dan lewat tanda-tanda dan fenomena alam sesungguhnya mau mengatakan keyakinan kita orang Dayak akan alam yang memiliki kekuatan mistis. Sebuah keyakinan yang tidak hanya menimbulkan rasa hormat dalam diri manusia, tapi juga ketakutan. Orang Dayak meyakini bahwa alam itu memiliki roh, jiwa tertentu yang memberikan kehidupan kepada manusia. Maka dari itu harus dihormati. Pun juga perilaku manusia harus baik dan sopan dalam memanfaatkan alam atau ketika harus bersentuhan dengan alam.

Alam tidak hanya bisa mendatangkan bahagia, tetapi juga celaka. Wujud-wujud yang tak nampak itu bisa mendatangkan sakit, luka dan celaka bila diabaikan dalam gerak hidup sehari-hari. Sebaliknya, mereka bisa mendukung pekerjaan, mendatangkan selamat bila keberadaan mereka sungguh dihormati.

Bukan hanya sikap hormat yang penting. Tapi juga rasa takut terhadap alam. Dengan adanya rasa takut itu, maka manusia akan memperlakukan alam dengan bijaksana, penuh hormat dan beradat. Mereka akan mendengarkan dan mematuhi apa yang dipesankan oleh leluhur agar hidup mereka selamat dan jerih payah dalam bekerja atau pun berladang mendatangkan hasil yang baik.

Saya kemudian berpikir terjadinya kerusakan hutan di bumi Kalimantan sepertinya mau memperlihatkan sudah memudarnya atau bahkan mungkin sama sekali sudah hilangnya rasa takut kita manusia terhadap Yang Ilahi yang kita yakini juga hadir dalam alam.

Mendudukkan Basengat Ka' Jubata pada Tempat Pertama

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun