Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Membawa Kembali Pulang Pakaian Adat Dayak ke Tujuan dan Makna Kodratinya

25 Mei 2022   18:06 Diperbarui: 25 Mei 2022   18:12 1926
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pakaian adat Dayak digunakan oleh para penari saat Pekan Gawai Dayak 2018 di Rumah Radakng Pontianak. Sumber: kompas.com

Sekarang kita kembali kepada topik tulisan ini. Apa sesungguhnya yang menjadi kegelisahan saya? Sebuah kegelisahan yang sebelumnya tak pernah terbayangkan akan masuk ke dalam lingkaran topik yang saya ketengahkan dalam upaya memperkenalkan etnis Dayak. Tak terbayangkan karena saya yakin teguh kalau warisan budaya yang menjadi identitas suku Dayak ini akan selalu digunakan dalam batas-batas yang sudah diatur dan ditetapkan oleh adat.

Namun pesatnya perkembangan teknologi perlahan-lahan membuat batas-batas yang sudah ditetapkan itu menjadi goyah. Warisan budaya yang sejatinya digunakan untuk acara-acara atau perayaan tertentu yang berhubungan dengan adat, kini sudah bergeser ke hal-hal yang sama sekali tidak ada nilai budayanya. Selain dari hanya untuk mengikuti tren semata.

Warisan budaya yang saya maksudkan ialah pakaian adat Dayak. Dan kemunculan aplikasi TikTok menjadi salah satu penyebab terjadinya pergeseran atau penyalahgunaan pakaian adat Dayak dari tujuan dan makna kodratinya.

Dan dari sinilah kegelisahan saya bermula. Dari video di TikTok yang menampilkan gadis-gadis Dayak, sambil mengenakan pakaian adat Dayak, menirukan ragam gaya dan gerakan yang sedang ngetren.

Kenapa fenomena itu menggelisahkan saya? Bukankah itu adalah bentuk dari kebebasan berkreasi dan berekspresi? Dan bukankah dengan hadirnya aplikasi Tiktok generasi muda Dayak menemukan sarana yang tepat untuk mengekspresikan dirinya?

Semua itu tentu ada benarnya. Namun poin utama yang mau saya garis bawahi ialah: sambil mengenakan pakaian adat Dayak. Sebuah pertanyaan langsung mengemuka: pantas dan layakkah pakaian adat Dayak digunakan untuk berjoget Tiktok?

Untuk menilai atau memutuskan pantas atau tidaknya, kita mau tidak mau mesti mengkaji terlebih dahulu persoalan paling mendasar berikut ini: Apakah yang menjadi tujuan dan makna kodrati diciptakannya pakaian adat Dayak oleh nenek moyang kita?

Dari nama yang disematkan kepadanya, yakni "pakaian adat", rasanya kita sudah langsung mafhum kalau dari semula ia dibuat untuk digunakan dalam momen-momen yang berkaitan dengan adat.

Adat apa saja? Kita bisa menyebut beberapa di antaranya: membawa anak mandi ke sungai, gawai adat, memasuki rumah baru, upacara adat menjemput pengantin, ritual adat tolak bala.

Saat ada tamu kehormatan datang berkunjung, pakaian adat Dayak juga sering kita jumpai penggunaannya. Dia digunakan bukan sebagai hiasan semata, melainkan mau menunjukkan bahwa kita masyarakat Dayak memiliki adat basa tersendiri dalam menghormati dan menyambut tamu yang datang.

Kehadiran pakaian adat juga sering dijumpai dalam acara-acara besar gerejawi. Saat ada perayaan misa tahbisan, pemberkatan pernikahan, hari raya Natal dan Paskah, adalah beberapa momen di mana Gereja Katolik memberi ruang bagi hadirnya unsur-unsur budaya Dayak dalam liturginya. Gereja Katolik, dalam hal ini, sungguh menyadari bahwa Warta Gembira tentang Yesus Kristus dan kebudayaan manusia itu mempunyai hubungan yang sangat erat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun