Dengan menyajikan pemahaman tentang kompleksitas dan kekayaan realitas manusia dari perspektif personalisme, para filsuf itu ingin agar martabat manusia sebagai nilai absolut yang patut dihormati selalu dijunjung tinggi.
Dalam lingkup Gereja Katolik, Karol Wojtya yang kemudian dikenal sebagai Paus Yohanes Paulus II merupakan salah satu nama yang patut ditempatkan di urutan teratas ketika berbicara tentang martabat luhur pribadi manusia.
Pemikirannya tentang manusia bukan berangkat dari ruang kosong, melainkan dari pengalaman personal serta sesama saudaranya warga Polandia.
Dalam hidupnya ia telah banyak menyaksikan dan mengalami sendiri kepahitan dan kesengsaraan hidup anak manusia akibat konflik, kekerasan dan peperangan. Bahkan nyawanya sendiri hampir hilang saat ditembak oleh Mehmet Ali Agca di lapangan Basilika Santo Petrus pada 13 Mei 1981.
Pengalaman-pengalaman mengerikan itu menjadi dasar bagi Bapa Suci dalam meletakkan pengajarannya tentang martabat luhur manusia, laki-laki dan perempuan, secara mendalam dan holistik.
Ensiklik Evangelium Vitae (Injil Kehidupan) adalah salah satunya. Di situ ia mengajarkan bahwa hidup manusia menampilkan Allah di dunia, menandakan kehadiran-Nya dan mencerminkan kemuliaan-Nya. Manusia dikaruniai martabat yang amat luhur (art. 34).
Apa yang dituangkan dalam pengajaran, beliau ejawantahkan dalam kehidupan nyata. Lihatlah ketika ia datang berkunjung ke berbagai belahan dunia (ke Indonesia pada tahun 1989), ia akan selalu menyambut dan memeluk dengan penuh kasih siapa saja yang datang kepadanya.
Tindakannya selalu mencium bumi ketika tiba di tempat yang ia kunjungi, juga menjadi ungkapan rasa cinta dan hormatnya terhadap manusia.
***
Filsafat personalisme, jika mau diringkas, sesungguhnya berbicara tentang kedua hal mendasar yang saling terkait erat, tak terpisahkan. Pertama, tentang kodrat manusia. Kedua, yang mengalir dari yang pertama, kodrat sosial manusia.
Meski merupakan hal yang mendasar, dalam praktiknya kita masih sering menjumpai terjadinya pelecehan dan penindasan terhadapnya. Khususnya terhadap kodrat manusia yang diyakini baik, kudus dan bernilai.