Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyibak Makna Keberadaan Bekal Nasi dalam Kehidupan Agraris Suku Dayak Desa

20 November 2021   06:00 Diperbarui: 20 November 2021   22:06 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi masyarakat suku Dayang berladang.| Sumber: TRIBUN KALTIM/ GEAFRY NECOLSEN

Ilustrasi petani sedang menikmati bekal yang mereka bawa dari rumah. Sumber: Kaskus.co.id
Ilustrasi petani sedang menikmati bekal yang mereka bawa dari rumah. Sumber: Kaskus.co.id

Bahwa bekal nasi turut berperan dalam menentukan hidup dan mati manusia berkaitan erat dengan fenomena kempunan yang hingga hari ini masih hidup di tengah suku Dayak.

Kempunan dimengerti sebagai kondisi di mana seseorang mengalami nasib sial karena lupa menyantap makanan/minuman yang sudah terhidang. Atau saat di mana seseorang menolak untuk mencicipi makanan/minuman yang ditawarkan orang lain kepadanya.

Dalam masyarakat Dayak Desa, di samping kopi, tuak dan nasi ketan (pulut), nasi putih merupakan jenis makanan/minuman yang disakralkan.  Karena itu, kita harus mencicipi bila ada orang yang menawarkan makanan/minuman itu kepada kita.

Atau kalau tidak dengan mencicipi, cukup menyentuh dengan tangan piring nasi/cangkir kopi yang ditawarkan kepada kita. Dalam suku Dayak Desa tindakan ini dinamakan dengan palit. Dalam subsuku Dayak lain mereka menyebutnya dengan istilah ngomomalek, pelopas, posek, pusam, dll.

Sadar akan fatalnya akibat yang disebabkan oleh kempunan, nenek moyang kami pun mewariskan petuah bahwa ketika hendak pergi bekerja di ladang, yang harus pertama kali disimpan di dalam renyung/takin (tas tradisional terbuat dari rotan) ialah bekal nasi.

Lalu, bagaimana apabila seseorang lupa menyimpannya dan baru menyadarinya saat sedang di tengah perjalanan menuju ke ladang? Orang tersebut harus kembali ke rumah untuk mengambilnya.

Demikian juga apabila seseorang sudah tiba di ladang dan menyadari bahwa di dalam renyung/takinnya tidak ada bekal. Dia tidak akan mulai bekerja, tapi langsung kembali ke rumah.

Ketika sudah tiba di rumah, orang itu harus makan terlebih dahulu walaupun sebelum berangkat dia sudah melakukannya. Baru setelah itu dia boleh melangkahkan kembali kakinya menuju uma, ladang untuk melanjutkan pekerjaan.

Apa yang terjadi bila perkara lupa membawa bekal tersebut tidak diindahkan? Masyarakat Dayak Desa meyakini kalau nasib sial dapat menimpa orang tersebut.

Meski tentu saja tidak mengharapkan hal yang buruk menimpa sesamanya, di mata orang suku Dayak Desa tetap ada sesuatu yang kurang baik yang dapat menimpa mereka yang lupa membawa bekal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun