Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Indahnya Hidup Bersama Berlandaskan Pancasila

1 Oktober 2020   21:58 Diperbarui: 1 Oktober 2020   22:28 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tanda Tangan Kardinal Stanisław Dziwisz. Sumber: Dokumen pribadi.

Pertanyaan 'bagaimana' menyiratkan sebuah panggilan kepada semua pihak untuk terlibat secara penuh dalam merawat perbedaan. Konflik terjadi karena masing-masing pihak mengklaim kebenaran sebagai milik pribadi atau golongannya sendiri. Kalaupun mereka mengakui adanya kebenaran di pihak lain, pengakuan tersebut hanya sebatas sebagai sebuah pengakuan tanpa ada niat memahami dan berdialog dengan mereka yang berbeda.

Perbedaan akan menjadi sumber kekuatan bila kita mau memahami kebenaran yang terdapat dalam kelompok atau golongan yang lain. Namun syarat untuk bisa memahami kebenaran tersebut, kita harus rela membuka diri berkomunikasi dengan sesama. Itu artinya kita diajak untuk berbicara dengan dan mendengarkan mereka yang sama sekali berbeda dengan kita.

Karena itu, dalam konteks bangsa kita yang plural ini tak ada jalan lain selain belajar memahami orang lain, berbicara dengan mereka serta mendengarkan pergulatan mereka dalam menjalani hidup. 

Segala hal baik yang kita dengar dari orang lain tidak hanya akan menambah wawasan kita, tapi juga sedikit banyak dapat mempertebal keimanan kita. Bila semua pihak sudah mampu sampai pada taraf ini, maka sekat-sekat yang ada tidak lagi akan menjadi penghalang dalam menciptakan kebaikan bersama serta dalam berbela rasa dengan sesama meskipun berbeda.

Kita merindukan hidup yang penuh damai. Hidup yang saling menerima dan menghargai satu sama lain tanpa membedakan suku dan warna kulit. Namun, hidup yang penuh damai itu hanya akan bisa tercipta bila kita memiliki pedoman dan landasan yang bisa menjadi pijakan kita bersama.

Menemukan pedoman dan landasan bersama menjadi penting sebab bila kita berbicara tentang Indonesia, kita berbicara tentang keragaman suku, bahasa dan agama yang menjadi ciri khas bangsa kita. Menjadikan seperangkat aturan atau dogma dari suku, agama atau golongan tertentu sebagai pedoman hidup bersama menjadi satu hal yang mustahil.

Jika itu yang terjadi, hidup rukun dan damai yang menjadi cita-cita kita bersama tidak akan tercapai. Sebab, masing-masing suku, agama atau golongan akan saling mengklaim bahwa norma atau ajaran merekalah yang paling benar dan patut dijadikan pedoman.

Menjadikan Pancasila sebagai pedoman dan landasan hidup bersama, dengan demikian, adalah sebuah keharusan agar hidup rukun dan damai serta kemajuan yang kita impikan bersama bisa terwujud.

***

Bila orang asing saja mengetahui dan  menghargai identitas bangsa kita, mengapa kita sesama anak bangsa begitu sulit untuk hidup rukun dan damai sebagai satu saudara?  

GN, Polandia, 1 Oktober 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun