Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Upacara Adat Memasuki Rumah Baru dalam Suku Dayak Desa: Harta Paling Berharga adalah Keluarga

15 September 2020   20:13 Diperbarui: 24 September 2020   05:01 1358
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sedung yang di dalamnya terdapat tempayan berisi beras. (dokumentasi pribadi)

Juga yang tak boleh dilupakan ialah pegelak (sesajen). Pegelak ini terdiri atas nasi, daging, sayur-sayuran, dll. Pegelak ini akan disimpan di atas sebuah piring, dan harus dibuat menggunung. Tujuan dibuat demikian dengan harapan bahwa rejeki keluarga ini nanti kan menggunung, berlimpah ruah.

Prosesi pengelilingan rumah juga sarat dengan makna. Pertama, berkaitan dengan urut-urutan. Dikutsertakannya orang tua atau orang yang dituakan dalam prosesi bukan tanpa maksud.

Posisi mereka yang berada di bagian depan hendak mengingatkan, khususnya keluarga yang akan pindah rumah, untuk selalu mendengarkan petuah dan nasihat orang tua/mertua dalam membina hidup berumah tangga.

Begitu juga posisi kepala keluarga (suami) yang berada di depan istri dan anak-anaknya. Sebagai kepala kelaurga, dia menjadi nakhoda bagi biduk rumah tangga dalam mengarungi samudera kehidupan. Dengan segenap jiwa raganya, dia bertanggung jawab menjaga, melindungi, menuntun istri dan anak-anak yang Tuhan percayakan kepadanya.

Posisi istri yang berada di belakang suami tentu juga mengandung maksud tersendiri. Posisi ini tentu tidak hendak memandang rendah kaum perempuan. Seolah-olah perempuan hanyalah sebagai pembantu bagi suami. Hanya mengikut saja pada apa yang dikatakan oleh suami. 

Pandangan demikian tentu tidak sejalan dengan sistem kekerabatan bilateral yang dianut oleh suku Dayak. Berada di belakang suami hendak menempatkan istri sebagai teman sejalan yang akan selalu siap sedia mendukung serta melengkapi kekurangan suaminya.

Sedangkan posisi anak-anak yang berada di belakang orang tua mereka hendak mengingatkan anak-anak agar patuh dan taat pada kedua orang tua.

Kedua, berkaitan dengan pantangan. Prosesi pengelilingan rumah harus berjalan dengan lancar dan mulus. Bila ada terjadi sesuatu yang tidak beres selama prosesi berlangsung diyakini sebagai pertanda buruk bagi masa depan rumah tangga yang akan mendiami rumah baru tersebut. Karena itu, ada satu pantangan yang harus diperhatikan segenap anggota keluarga, yakni: TIDAK BOLEH JATUH!

Upacara pembasuhan kaki mengandung makna, yakni membuang segala hal yang tidak baik, aura-aura negatif agar tidak turut masuk bersama para penghuni ke dalam rumah baru mereka. Dengan begitu, rumah yang akan mereka diami selalu aman tentram, dan hidup mereka sehat dan sejahtera.

Puncak dari upacara adat ini ialah syukuran keluarga atas rumah yang baru saja mereka tempati. Syukuran ini akan dilangsungkan pada malam hari. Berdasarkan adat dan kepercayaan masyarakat Dayak Desa, pesta syukuran ini harus dilakukan semalam suntuk.

Kana adalah syarat utama yang harus ada untuk mengisi acara syukuran ini. Kana sendiri adalah tradisi lisan Dayak Desa yang berbentuk cerita lirik, semacam syair panjang yang dituturkan oleh orang-orang tertentu, yang telah memiliki syarat-syarat tertentu (misalnya usia, keturunan, dan tentu juga keahlian). Cara menceritakannya disebut bekana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun