Mohon tunggu...
Gregorius Nyaming
Gregorius Nyaming Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Hanya seorang anak peladang

Seorang Pastor Katolik yang mengabdikan hidupnya untuk Keuskupan Sintang. Sedang menempuh studi di Universitas Katolik St. Yohanes Paulus II Lublin, Polandia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Penggantian Nama Anak dan Pengangkatan Anak

4 September 2020   05:38 Diperbarui: 6 September 2020   20:11 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Effendi Buhing, tokoh masyarakat adat Kinipan, menyelipkan daun sabang merah di topi adatnya ketika hadir di Mata Najwa. Sumber: screenshot

Kedua adat tersebut tentu memiliki tata caranya masing-masing. Dalam upacara adat penggantian nama anak, setelah semua proses upacara berlangsung, si anak akan menanam sebatang pohon sabang merah di tempat yang telah ditentukan.

Pohon sabang merah (sawang; andong merah) sudah menjadi ciri khas suku Dayak. Bahkan setiap acara adat sering kali tokoh adat dan masyarakat adat memasangkan daunnya di atas ikat kepalnya. 

Daun ini digunakan sebagai media untuk membuang segala macam hal buruk, kesialan dan sesuatu yang bersifat tidak baik di dalam kehidupan manusia (www.borneonews.co.id).

Effendi Buhing, tokoh masyarakat adat Kinipan, menyelipkan daun sabang merah di topi adatnya ketika hadir di Mata Najwa. Sumber: screenshot
Effendi Buhing, tokoh masyarakat adat Kinipan, menyelipkan daun sabang merah di topi adatnya ketika hadir di Mata Najwa. Sumber: screenshot

Sedangkan, dalam upacara adat pengangkatan anak, proses pengangkatan anak dilakukan di hadapan tua-tua adat. Akan diadakan pemotongan hewan ternak dan penyerahan secara simbolik barang-barang yang memiliki tujuan tertentu yang berkaitan dengan upacara tersebut.

Berkaitan dengan pengangkatan anak, di sini kembali kita diingatkan akan arti penting peran mimpi dalam kehidupan orang Dayak. Mimpi, sebagaimana sudah pernah saya tulis, menjadi sarana bagi leluhur untuk menyampaikan pesan-pesan penting kepada mereka yang masih hidup.

Pesan-pesan tersebut biasanya berkaitan erat dengan keselamatan hidup perorangan maupun warga sekampung. Oleh karena itu, siapa pun warga yang mendapat mimpi tersebut harus disampaikan kepada orang-orang tua atau pengurus adat agar bisa ditindaklanjuti sesegera dan secermat mungkin.

Apakah kedua cara tradisional ini mujarab? Saya memiliki seorang sahabat karib di kampung. Namanya adalah Liguk (nama belah pinang). 

Sejauh yang saya ingat sahabat saya ini jarang sakit. Hanya memang pernah suatu kali pahanya terluka cukup parah akibat terkena kayu, ketika kami sedang asyik mandi sambil main perang-perangan menggunakan senjata air yang terbuat dari bambu.

Karena alasan melanjutkan pendidikan, saya pun harus meninggalkan kampung halaman. Lama tidak jumpa, ketika suatu kali saya ada kesempatan liburan ke kampung, ternyata teman saya tersebut sudah berganti nama menjadi Vincen.

Saya tidak bertanya lebih jauh kepadanya kenapa sampai bisa berganti nama. Berbekal pengetahuan tentang adat penggantian nama yang masih dipraktekkan di kampung kami, saya hanya menerka-menerka kalau sahabat saya ini pernah mengalami gangguan kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun