Dalam subsuku Dayak Desa terdapat beberapa seni, budaya dan  adat-istiadat yang masih lestari hingga hari ini. Beberapa di antaranya ialah:
Ada dua jenis alat musik yang biasa digunakan oleh warga dalam acara adat atau kesempatan-kesempatan tertentu, yakni:
Gong (tawak): biasanya berukuran kecil, sedang dan besar. Setiap ukuran memiliki warna suara yang berbeda. Dalam suku Dayak Desa, tawak selalu dipakai dalam pesta perkawinan, yakni untuk "ngamik bini (menjemput mempelai perempuan) atau laki (mempelai laki-laki).
Selain itu, tawak juga selalu dibunyikan ketika ada anggota masyarakat yang meninggal dunia. Tujuannya ialah untuk menginformasikan kepada semua penduduk. Kalau ada mendengar gong berbunyi, maka semua warga yang sedang berada di kebun, ladang dan sebagainya harus segera kembali ke rumah. Karena itu, gong tidak boleh dibunyikan secara sembarangan.
Gendang (ketebung): Ketebung selalu digunakan bersamaan dengan tawak. Keduanya digunakan dalam beberapa upacara adat.
Keduanya juga selalu dipakai untuk mengiringi para penari saat ada tamu khusus yang datang berkunjung ke kampung. Selain itu, keduanya sering juga digunakan untuk mengiringi tarian-tarian dalam setiap pesta gerejawi.
Dalam suku Dayak Desa ada satu jenis seni tari yang biasa ditampilkan dalam beberapa kesempatan khusus, yaitu Ngajat.
Dalam suku Iban, pada zaman dulu tarian ini ditampilkan selepas mereka kembali dari berperang. Tarian Ngajat yang biasa dijumpai ialah Ngajat Menyambut Tamu.