Beberapa tahun yang lalu, mungkin ada di antara Anda yang juga masih ingat, muncul sebuah tren di media sosial Instagram dengan nama "Best Nine", yakni 9 pilihan unggahan foto yang paling disukai dari semua foto yang telah diunggah sebuah akun sepanjang satu tahun, yang kemudian diunggah kembali dalam bentuk sebuah kolase foto. Banyak selebritas yang kala itu juga mengikuti tren ini, mem-posting foto-foto "Best Nine" mereka atau yang juga disebut "Top Nine".
Tertarik dan terinspirasi dengan tren ini, saya kemudian juga membuat hal serupa walau tidak persis sama. Saya memilih beberapa unggahan foto di akun Instagram saya, lalu membuat sendiri kolase foto yang waktu itu hanya terdiri dari sekitar 7 foto saja.Â
Namun, foto-foto itu bukanlah dari foto-foto yang paling banyak disukai, melainkan foto-foto yang bagi saya memiliki kenangan terbaik, terindah, kenangan akan hal-hal yang mengena di hati dalam tahun itu. Dan saya tidak menamainya dengan "Best Nine", melainkan Momen-momen Terbaik atau Momen-momen Terindah, sepanjang tahun itu.
Beberapa kali saya membuatnya karena ada kesenangan tersendiri saat melihat kumpulan foto-foto itu sekaligus dalam satu bingkai yang menarik. Ada senyum dan rasa bahagia yang kembali muncul saat mengingat momen-momen tersebut. Itu bukanlah momen-momen yang sangat besar, seperti misalnya, momen saat baru saja memenangkan satu kompetisi musik.Â
Di antaranya adalah hal-hal yang terlihat sederhana tapi ada usaha besar di baliknya untuk mencapainya. Salah satu contohnya adalah sebuah foto saat saya mencoba sepeda yang baru saja saya beli. Sebuah kenangan manis bagi saya, karena saat itu memang sudah lama sekali saya ingin memiliki sepeda lagi untuk bisa keliling bersepeda di pagi hari.
Lalu hal yang semula hanya bersifat iseng dan fun ini, ternyata kemudian mampu menggiring saya untuk melakukan hal yang lebih berarti bagi diri saya. Kumpulan foto itu kemudian menjadi permenungan saya. Foto-foto itu seakan berbicara, bukan hanya sebagai foto yang terpampang indah di akun medsos saja. Momen-momen  itu mengajak saya untuk tidak hanya mengingat peristiwa-peristiwa indah itu tapi memaknainya lebih jauh.
Sekarang ini, karena kesibukan kerja kita dan rutinitas sehari-hari, serta banyaknya hal yang igin kita capai, seringkali kita merasa waktu berlalu dengan cepat. Selain merasakannya sendiri, saya juga sering mendengar hal yang sama saat bertemu dengan orang lain, teman-teman, atau anggota keluarga.Â
Sering terdengar ucapan, "Eh, ngga kerasa ya udah mau tahun baru lagi," atau "Kayaknya kemarin baru aja liburan pertengahan tahun, tahu-tahu sekarang udah akhir tahun, cepet banget!". Â Begitu juga saat saya sedang mengajar murid-murid asing saya yang mengambil kursus yang panjang dan teratur, tanpa terasa mereka sudah belajar selama hampir satu tahun. "Il tempo vola" atau "Time flies" kata mereka.
Dan karena berjalannya waktu yang dirasakan sangat cepat itu, mungkin ada di antara Anda yang merasakan hal yang sama seperti yang saya rasakan, yakni merasa bahwa kita belum berbuat apa-apa, belum memperoleh sesuatu yang berarti dalam waktu setahun, sementara kita sudah berada hampir di penghujung tahun lagi. Saat itu rasanya seperti ingin waktu bisa berjalan sedikit lebih lambat supaya masih ada banyak hal yang bisa dikerjakan.
Lalu benarkah tidak ada sesuatu pun yang baik yang sudah saya lakukan? Benarkah tidak ada pencapaian atau kemajuan-kemajuan yang didapatkan? Benarkah tidak ada hal-hal baik yang saya terima sepanjang tahun ini?
Kolase foto yang saya buat itulah yang kemudian menggerakkan saya untuk melihat lebih banyak lagi ke belakang, mengambil waktu khusus untuk mundur sejenak, mengingat apa saja yang sudah saya kerjakan di tahun ini, memeriksa ulang hasil pekerjaan dan usaha saya hingga saat ini.Â
Ternyata jawabannya adalah banyak hal-hal baik yang saya terima dan  pekerjaan yang mampu saya lakukan dengan baik sepanjang tahun ini. Ada keinginan yang bisa berhasil saya gapai. Saya lalu membuat catatan-catatan kecil untuk hal ini agar tidak melupakannya begitu saja.
Apa gunanya melakukan hal ini? Yang pertama, tentu saja untuk bersyukur kepada Yang Maha Kuasa atas berkat-berkat yang telah saya terima sepanjang tahun ini.Â
Tanpa berkat-Nya tentu hal-hal baik itu tak mampu terwujud. Dan selanjutnya, ini adalah untuk diri sendiri, bukan untuk menyombongkan diri melainkan untuk menghargai diri kita sendiri, usaha-usaha yang sudah dilakukan untuk mencapai keinginan yang ingin digapai, kerja keras yang sudah dijalankan, kemajuan-kemajuan yang dialami dalam diri dan pekerjaan. Walau mungkin belum seratus persen berhasil, tapi setidaknya sudah ada usaha untuk mencobanya. Tidak hanya berdiam diri tanpa melakukan apapun. Tidak hanya melihat hal-hal yang belum mampu kita gapai dan kemudian memberi efek negatif pada diri sendiri.
Sikap bersyukur dan menghargai pencapaian-pencapaian ini akan memberi energi bagi diri sendiri untuk berjuang di tahun yang akan datang, menyemangati diri untuk lanjut membuat usaha-usaha yang lebih baik lagi. Setidaknya itulah hal yang saya rasakan setelah sejenak melakukan permenungan ini, memaknai apa saja yang sudah saya kerjakan dan alami sepanjang tahun.
Catatan-catatan kecil saya itu berisi beberapa poin yang menurut saya penting untuk saya tanyakan kepada diri saya. Apa yang sudah saya lakukan untuk poin-poin ini? Apa yang saya alami dalam poin-poin ini. Berikut poin-poin tersebut:
1. Pekerjaan
 Â
Apa saja yang sudah saya buat dalam pekerjaan saya? Apakah ada kemajuan dibandingkan tahun lalu? Usaha-usaha apa yang saya buat untuk lebih memajukan pekerjaan saya?
Tahun lalu, saya bersyukur karena berhasil menerbitkan sebuah novel. Akhirnya setelah sekian lama, keinginan saya itu tercapai dengan kesabaran dan usaha keras seorang diri. Dan satu lagi yang berarti bagi saya adalah kesempatan belajar satu  bahasa asing baru lagi di mana saya berhasil lulus dari kursus itu dengan nilai yang sangat baik.
Untuk tahun ini, saya bersyukur bisa mulai menjalankan sebuah bisnis skala kecil yang baru. Sesuatu yang sudah dirancang lama dan terus diusahakan. Akhirnya hal ini bisa terealisasi dan bukan lagi hanya angan-angan semata meskipun masih baru mulai berjalan.Â
Sebagai kompasioner, saya masih belum punya kesempatan menulis lebih banyak tahun ini karena kesibukan pekerjaan yang lain. Namun, saya bersyukur karena masih bisa menghasilkan beberapa  tulisan, masih lanjut menulis.Â
Ada artikel saya yang dinilai layak menjadi artikel utama dan artikel pilihan oleh editor, sementara tulisan lainnya walau tidak mendapatkan penilaian baik oleh editor tapi ada banyak orang yang membacanya dan mendapat jumlah disukai oleh pembaca, yang kurang lebih sama dengan tulisan pilihan editor. Karena memang tujuan dari menulis adalah tulisan itu dibaca oleh orang lain.Â
Saya berharap ada hal-hal yang bermanfaat dari tulisan-tulisan saya bagi pembacanya. Selanjutnya, saya masih perlu berusaha untuk bisa menghasilkan lebih banyak lagi tulisan.
Bagi Anda mungkin ada pencapaian-pencapaian yang lebih banyak atau hal-hal baik yang didapatkan dalam pekerjaan atau di tempat kerja, yang layak disyukuri. Seperti misalnya, mendapatkan pekerjaan baru yang lebih Anda sukai. Untuk Anda yang bekerja di kantor mungkin tahun ini Anda sudah bisa kembali bekerja secara penuh di kantor, tidak lagi WFH yang bagi sebagian orang tidak mudah untuk dilakukan.Â
Di antara sesama kompasioner, mungkin ada yang berhasil mencetak rekor jumlah tulisan terbanyak yang pernah diunggah dalam tahun ini atau mendapatkan penghargaan khusus dari Kompasiana. Â
2. Pertemuan dengan orang lain
Apakah saya mengalami pertemuan-pertemuan yang bermakna dengan orang lain pada tahun ini?
Sepintas perjumpaan-perjumpaan kita dengan orang lain, teman atau anggota keluarga dalam kehidupan sehari-hari adalah hal yang biasa saja. Namun, tahun ini saya belajar suatu hal yang berbeda.Â
Adanya pandemi Covid-19, yang hingga kini belum dinyatakan berakhir walau sudah terus melandai, dan adanya pembatasan-pembatasan dan protokol kesehatan yang dijalankan dengan ketat, membuat saya tidak dapat bertemu dengan beberapa anggota keluarga besar saya dalam jangka waktu yang lama. Lebih dari dua tahun saya tidak bisa bertemu dengan mereka meskipun kami tinggal di kota yang sama.Â
Pertemuan kembali dengan mereka pada tahun ini adalah sesuatu yang berarti bagi saya, sesuatu yang saya syukuri. Saya menyadari bahwa pertemuan-pertemuan yang sebelumnya terasa sebagai sesuatu yang simpel, kini menjadi sesuatu yang bermakna. Ada hal-hal di luar kemampuan manusia yang membuat kita tidak bisa bertemu dengan orang lain atau keluarga begitu saja dengan mudah saat kita menginginkannya walau kita berada dalam jarak yang dekat. Â
Mungkin di antara Anda juga mengalami pertemuan-pertemuan yang bermakna pada tahun ini? Sesuatu yang patut disyukuri. Bertemu dengan teman yang sudah lama tidak berjumpa, bertemu dengan orang lain yang membantu Anda untuk menjadi diri yang lebih baik lagi, atau yang memberi pencerahan.Â
3. Menolong orang lain
Apakah saya sudah memberi pertolongan yang berarti bagi orang lain? Kita tidak hidup sendirian. Ada saatnya kita mendapat pertolongan dari orang lain, ada saatnya kita harus menolong orang lain. Saling peduli pada sesama.
Aksi memberikan bantuan kepada orang lain bukan sesuatu untuk dipamerkan kepada orang lain atau di hadapan publik. Namun, karena catatan ini untuk diri kita pribadi, tentu tidak masalah bila kita menuliskannya sebagai pengingat.
Memberikan bantuan juga tidak melulu harus dalam bentuk uang, tapi juga bisa berupa tenaga dan waktu. Seperti, menjadi sukarelawan, mendonasikan buku, membantu di shelter hewan terlantar, menyempatkan diri untuk memberi support yang berarti bagi teman yang sedang mengalami kesulitan. Â
4. Merawat bumi
Apa saja yang sudah saya lakukan sebagai bentuk kepedulian saya terhadap bumi kita?
Untuk hal ini saya sudah menjalankan kebiasaan memilah sampah sejak beberapa tahun yang lalu. Diawali dari kegiatan peduli lingkungan di wilayah perumahan tempat tinggal saya. Kegiatan ini masih terus saya lakukan sampai saat ini, memilah sampah plastik, kertas, dan sampah basah, seperti kulit buah, sisa sayur-sayuran.
Tahun ini saya berusaha lebih sering lagi untuk menolak penggunaan kantong plastik saat berbelanja, sebagai gantinya saya membawa tas belanja sendiri atau meminta penggunaan kotak kardus. Â
Untuk ikut merawat bumi, tidak harus dengan kegiatan yang sulit yang mungkin belum sanggup kita lakukan. Dengan hal-hal sederhana, seperti memilah sampah dan mengurangi penggunaan kantong platik juga sudah membantu lingkungan hidup kita asalkan dilakukan dengan konsisten.
Masih ada dua hari lagi menjelang pergantian tahun. Mungkin Anda mau mencoba menyempatkan diri untuk melihat kembali momen-momen terbaik Anda sepanjang tahun ini, memaknainya, mencatatnya, dengan poin-poin lain yang lebih penting bagi Anda. Yang kemudian akan menjadi penyemangat dan energi untuk berusaha menjadi lebih baik lagi di tahun yang baru, dan menjadi pijakan sebelum membuat resolusi-resolusi baru. Â
Oleh:Â
Francisca S
     Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H