Kenapa jenis pekerjaan ini masih bisa dijalankan dengan normal selama pandemi?
Hal yang utama adalah tentu saja karena pekerjaan ini sama sekali tidak memerlukan pertemuan fisik. Nol pertemuan fisik. Kegiatan belajar mengajar dilakukan secara virtual menggunakan video atau hanya dengan audio. Tidak ada tatap muka langsung secara fisik antara pengajar dan murid. Menurut saya, hal ini merupakan salah satu keunggulan dari pekerjaan ini, baik itu dalam keadaan sedang terjadi wabah ataupun tidak, dan ini sudah saya sadari jauh sebelum pandemi ini terjadi. Di mana tidak ada resiko tertular penyakit, apabila salah satu pihak apakah itu murid atau pengajar yang menghadiri kelas dalam keadaan sedang tidak sehat dan penyakitnya masuk dalam kategori menular.
Di luar itu, semua hal lain yang berkaitan dengan pekerjaan ini juga dilakukan dengan mengandalkan teknologi internet. Mulai dari pemesanan kelas, pengiriman materi belajar, pembayaran, penarikan pembayaran, serta komunikasi dengan mitra kerja.
Tahun yang lalu, memang ada saat di mana pekerjaan ini mengalami situasi yang tidak normal. Tapi ini bukan berarti sesuatu yang memberi efek negatif, sebaliknya keadaan yang tidak biasanya itu justru memberi efek peningkatan pendapatan. Ini karena jumlah permintaan kelas yang meningkat sangat tinggi selama berbulan-bulan, yaitu saat banyak negara di dunia menerapkan lockdown pertama kalinya dan banyak pekerja kantoran harus bekerja dari rumah.
Sebelumnya saya berpikir, bahwa orang-orang  tidak akan menggunakan uangnya untuk belajar bahasa pada situasi yang sulit dan tidak menentu ini. Tapi, ternyata malah sebaliknya. Mereka memanfaatkan waktu di rumah untuk belajar bahasa. Banyak dari mereka adalah orang-orang yang sudah memiliki jadwal atau rencana akan datang ke Indonesia untuk bekerja atau berwisata, namun karena tertunda oleh situasi pandemi, mereka mengunakan waktu tunggu ini dengan mengambil kelas bahasa Indonesia secara online. Pada waktu itu saya sampai merasa kewalahan dengan banyaknya permintaan kelas.
Ada satu hal yang saya ingat berkaitan dengan cara belajar mengajar dengan sistem virtual ini. Itu saat sebelum adanya WFH seperti sekarang ini. Ada orang-orang yang saya kenal yang dulu tidak bisa memahami cara kerja tersebut, dan menganggap bahwa pekerjaan ini bukanlah sebuah pekerjaan yang serius dan dapat dilakukan secara profesional. Terutama bagi orang-orang yang mempunyai pemikiran bahwa bekerja itu berarti harus melakukan aktivitas pekerjaannya di luar rumah, atau bertemu dengan klien secara langsung.
Bahkan hal ini juga terjadi dengan sebuah situs dan platform belajar mengajar yang berskala besar dan terkenal di negara ini, di mana saya bermitra dengannya saat itu. Saya juga membuka kelas untuk beberapa pelajaran lain di platform tersebut saat itu. Mereka tidak bisa menerima sistem mengajar yang saya gunakan ini. Awalnya mereka memperbolehkan, tapi setelah itu, kenyataanya setiap ada permintaan kelas, mereka akan meminta saya untuk mengikuti sistem mengajar mereka, yakni pengajar harus bertemu muka langsung dengan murid. Sepertinya bagi mereka sistem yang saya gunakan adalah sebuah cara yang tidak biasa dan tidak bisa diterapkan untuk mengajar seorang murid. Padahal pada saat yang sama, cara belajar mengajar ini sudah digunakan oleh banyak orang di banyak negara di luar sana. Sesuatu yang normal-normal saja, dan merupakan salah satu pilihan yang dapat diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
Jadilah kemudian saya hanya bermitra dengan website dan platform-platform di luar negara sendiri. Bekerjasama dengan orang-orang yang paham bagaimana teknologi internet dapat digunakan untuk mendukung pekerjaan mengajar yang dapat menembus batas ruang dan waktu dan menjangkau pasar global yang sangat luas.Â
Lalu apakah pekerjaan ini mudah untuk dijalankan? Saya akan menulis lebih lanjut tentang hal itu dalam artikel lain.
Oleh: Francisca S
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H