"Di bagasi."
"Kalau begitu, ayo segera kita ambil! Itu bagasi sudah dibuka," katanya. Â
Aku menoleh dan melihat supir sudah membuka dan mengangkat tinggi pintu bagasi bus. Beberapa penumpang lain sudah lebih dulu bergegas menurunkan koper dan tas mereka. Cepat aku beringsut ke tempat penyimpanan barang yang berada di bagian samping bawah badan kendaraan itu. Â
"Itu.. yang biru tua!" kataku memberitahu Mauro, sambil menunjuk ke arah sebuah koper padat menggelembung menyerupai perut buncit, yang terletak tepat di tengah-tengah ruang bagasi.
Mauro membungkuk dan menjulurkan badannya untuk meraih koper yang kutunjuk.
"Yang besar ini?" tanyanya memastikan lebih dahulu sebelum mengambilnya.
"Ya," jawabku, sambil aku sendiri menarik sebuah koperku yang lain.Â
Seperti yang sudah kuduga, dibutuhkan tenaga ekstra untuk mengangkat koper gemuk itu dari dalam bagasi. Mauro yang berbadan cukup besar pun terlihat kepayahan melakukannya seorang diri.
"Apa yang ada di dalam kopermu ini? Berat sekali!" tanyanya dengan nafas terengah, setelah berhasil  menurunkannya.
 "Kamu pasti tahu apa yang dibawa oleh pelajar saat kembali ke negaranya setelah selesai studi. Semuanya buku, tentu saja!" jawabku dibarengi tawa. Mauro hanya menyeringai menanggapi jawabanku.
"Berapa kilo berat kopermu ini?" tanyanya lagi.