Minggu lalu sebelum berangkat, Marlene memberitahuku lewat pesan singkatnya bahwa dia sudah menyiapkan kamarnya untukku. Dia sekaligus berpamitan denganku kala itu. "Aku telah menyiapkan kamarku untukmu. Santai saja ya, walau nanti aku tidak berada di rumah saat kamu tiba. Anggap saja seperti di rumahmu sendiri." katanya menjelaskan. Tak lupa ia memberitahuku bahwa Eduardo yang akan menjemputku di terminal bus.
Kota Roma sebenarnya bukanlah sesuatu yang asing bagiku, hanya saja karena kali ini aku harus membawa begitu banyak barang setelah masa studiku selesai, aku membutuhkan bantuan seorang teman untuk hal ini. Membawa banyak barang dan koper yang berat seorang diri tentu bukanlah hal yang mudah, apalagi bagi wanita bertubuh mungil sepertiku. Jadi jauh-jauh hari aku sudah minta tolong pada sahabat Paraguay-ku itu.
________
 4Saya sudah sampai
***
Bus telah berhenti di bagian anjungan kedatangan terminal. Dari balik kaca jendelanya, aku melihat Mauro yang sudah berdiri menunggu di tepi selasar yang dipenuhi oleh pengunjung. Dia adalah seorang teman lamaku juga, bersama dengan Marlene kami bertiga belajar di sebuah universitas yang sama di Perugia sebelum mereka berdua pindah ke Roma. Hanya saja aku lebih akrab dengan Marlene.
Kulambaikan tangan pada Mauro, dan dia segera berjalan mendekat ke arah bus.
"Come va? Tutto bene..?"5) sapanya begitu aku menjejakkan kaki turun dari anak tangga terakhir bus.
Kami saling memberikan ciuman di pipi.
"Bene, grazie. Tutto a posto!"6) jawabku.
"Di mana barang-barangmu?" tanyanya segera.