Mohon tunggu...
Francisca Romana Dian Purwati
Francisca Romana Dian Purwati Mohon Tunggu... -

Ketika isi otak tertuang. - Jurnalisme FISIPUAJY2014

Selanjutnya

Tutup

Politik

Transformasi Menuju Keterlibatan Publik dalam Menghadapi Isu Lingkungan

9 Mei 2016   16:16 Diperbarui: 16 Mei 2016   15:35 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dialog Publik demi Keselamatan Bumi (Sumber gambar : http://wargustinititinn.blogspot.co.id/2013/04/pertanyaan-dan-jawaban-nilai-dan-etika_6080.html)

Fenomena pemanasan Global menjadi topik yang tidak henti-hentinya dibahas para ilmuwan saat ini. Pasalnya sejumlah argumen dan penelitian telah membuktikan bahwa fenomena ini dapat membawa dampak buruk bagi banyak aspek kehidupan manusia. Krisis ketidakteraturan pergantian iklim menjadi salah satu pertanda bahwa dampak pemanasan global semakin terasa. Situasi ini menuntut manusia untuk menentukan tindakan nyata, terutama praktik politik yang mampu mendorong perubahan sosial untuk mengatasi problematika pemanasan global. Dalam hal ini, Komunikasi Lingkungan menjadi salah satu aspek penting yang ikut andil dalam mendorong perubahan sosial.

Sebelumnya, ecoAmerika dan Lakoff telah mengusulkan sebuah alternatif komunikasi yaitu dalam bentuk Kampanye Identitas. Kampanye ini didasarkan pada ide bahwa pesan komunikasi lebih efektif jika dikembangkan melalui penerapan ilmu kognitif oleh ahli komunikasi yang profesional sehingga dapat memengaruhi opini publik dan mendukung tindakan legislatif dalam penanganan isu ini (Brulle, 2010, hal. 1). Sayangnya, pendekatan komunikasi ini cenderung berdasar pada ilmu sosial, retorika, dan psikologi sehingga kekurangan dasar kontekstual. Kampanye ini memang memberi keuntungan jangka pendek namun belum mampu menciptakan perubahan sosial dalam skala besar.

Dinamika Perubahan Sosial

Komunikasi memerlukan aktor dan media untuk menyampaikan pengaruhnya terhadap publik. Teori Sosiologi melihat bahwa lembaga masyarakat sipil memiliki potensi untuk menciptakan perubahan sosial dalam skala besar. Kebebasan dalam berorganisasi ini menciptakan perluasan ide dalam mencari alternatif cara menghadapi situasi pemanasan global saat ini. Alternatif ini dapat diwujudnyatakan dalam bentuk dialog publik yang terbuka dan diterapkan dalam ruang publik. Ruang publik adalah tempat di mana organisasi gerakan sosial dapat mengidentifikasi masalah, mengembangkan solusi yang mungkin, dan membuat cukup tekanan politik untuk ditangani oleh pemerintah konstitusional (Habermas, 1962; Habermas, 1998, dalam Brulle, 2010, hal. 1).

Salah satu kata kunci yang bisa diambil dari alternatif ini adalah partisipasi aktif masyarakat untuk berkontribusi dalam melahirkan ide dan tindakan nyata dalam menghadapi permasalahan lingkungan. Aktivitas-aktivitas yang produktif dari masyarakat perlu diwadahi dan dikoordinasi dengan mekanisme keuangan dan kekuatan demi membentuk institusi negara yang peduli lingkungan. Daripada mengubah institusi ekonomi dan politik untuk mendapat titik temu dengan pembatasan ekologi, langkah dinamis ini justru memaksakan kebijakan lingkungan untuk masuk ke dalam pemeliharaan lembaga yang telah ada (Torgerson, 1995, Bernstein, 2001; Blühdorn, 2000 Brulle, 2000 dalam Brulle, 2010, hal. 2). Selain pengusulan ide dalam pembuatan kebijakan, masyarakat dapat berperan sebagai pengawas terhadap kebijakan pemerintah terhadap lingkungan.

Strategi Pesan ecoAmerica dan Lakof

Mengingat adanya kelemahan dalam kampanye identitas yang diusulkan oleh ecoAmerika dan Lakoff, tentu perlu adanya evaluasi terhadap strategi tersebut. Melupakan sejenak kekurangan pada strategi mereka yang cenderung menggunakan pendekatan teoritis, sejatinya terdapat empat isu problematis utama dari strategi yang disampaikan oleh ecoAmerika dan Lakoff (Brulle, 2010, hal. 4-6), yaitu :

  1. Keterkaitan antara Environmentalisme dengan Nilai-nilai Progresif inti yang diragukan. Strategi pesan yang diungkapkan oleh Lakoff didasarkan pada kesatuan yang disangka benar dari nilai-nilai progresif inti. Ia mengklaim bahwa Environmentalisme merupakan bagian dari inti progresif yang mengembangkan kampanye komunikasi inklusif. Namun perlu diperhatikan bahwa ada perdebatan panjang dan kontroversial dalam komunitas ilmu kognitif mengenai validitas ilmiah dari pendekatan Lakoff. Selain itu, pendekatan Lakoff yang adalah sebuah perluasan dari apa yang didukung oleh ilmu pengetahuan kognitif sangat problematis karena beberapa klaim seputar Environmentalisme disampaikannya tanpa bukti.
  2. Modernisasi Ekologi dan Kooptasi Environmentalisme. Lakoff dan ecoAmerika menganjurkan adopsi/pemakaian strategi pengurangan CO2 berdasarkan gagasan modernisasi ekologi. Pendekatan modernisasi ekologi didasarkan pada gagasan bahwa "degradasi lingkungan dapat ditangani melalui pandangan ke depan, perencanaan dan regulasi ekonomi; khususnya, teknologi baru dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekaligus membatasi limbah "(Schlosberg dan Rinfret, 2008 dalam Brulle, 2010, hal. 4). Namun kesimpulan dari studi empiris membuktikan bahwa pendekatan ini tidak bekerja untuk paling polutan, terutama gas rumah kaca yang sangat berpengaruh dalam isu pemanasan global.
  3. Kaum Elite diarahkan perubahan sosial dan ketidakberdayaan masyarakat. Baik EcoAmerika dan Lakoff melibatkan ahli dalam ilmu kognitif dan psikologi. Para ahli mengidentifikasi nilai-nilai inti yang progresif dan kemudian mengembangkan pesan kampanye berdasarkan temuan ini. Mereka berkoordinasi dalam menciptakan opini publik. Dalam hal ini, strategi kampanye yang ditawarkan bersifat satu arah dan tidak membuka kesempatan bagi masyarakat untuk berdialog. Kampanye ini lebih bersifat memengaruhi opini publik semata, sehingga masyarakat sekadar dianggap objek penerima arahan dari kampanye yang dilakukan.
  4. Pembingkaian (Framing) tanpa Mobilisasi. Strategi komunikasi yang ditawarkan ecoAmerika dan Lakoff cenderung ingin mengubah kepercayaan budaya, yang seolah terpisah dari faktor politik dan ekonomi. Opini publik kerapkali tidak didapatkan dari hasil perdebatan publik, tetapi teknik iklan massal. Opini publik yang didapatkan dari hasil jajak pendapat digunakan semata-mata untuk membingkai pertentangan oleh kaum elit untuk memperoleh keuntungan politis. Meskipun telah ada kepercayaan terhadap pengorganisasian komunitas dan partisipasi masyarakat akar rumput, namun mayoritas organisasi lingkungan lebih mengandalkan pendapat staf profesional daripada memobilisasi masyarakat.

Komunikasi untuk Keterlibatan Masyarakat Sipil

Masyarakat menjadi pihak yang perlu dilibatkan dalam pembuatan kebijakan, bukan semata-mata sebagai massa yang pendapatnya dapat dimanipulasi bagi kepentingan pihak tertentu. Partisipasi bukan sekadar wacana tanpa fakta, melainkan menuntut adanya tindakan nyata dalam keterlibatan dalam dialog publik. Strategi pesan harus mampu melakukan mobilisasi politik yang mendukung perubahan sosial. Tiga dimensi orientasi perubahan dari kampanye identitas kepada keterlibatan masyarakat sipil (Brulle, 2010, hal. 7-9) :

  1. Dari kampanye identitas menuju kampanye tantangan. Dalam hal ini, individu telah mengembangkan dan menguji sebuah proses pembuatan keputusan mengintegrasi analisis saintifik dan pertimbangan komunitas dalam sebuah strategi komprehensif untuk pembuatan keputusan lingkungan.
  2. Mengubah proses komunikasi satu arah menuju keterlibatan masyarakat. Hal yang dibutuhkan dalam proses komunikasi adalah keterlibatan masyarakat. Jika individu mendapat informasi secara penuh, termasuk risiko atau dampak-dampak, ia akan lebih terlibat dalam pengambilan tindakan dibandingkan yang hanya mendapat informasi yang terbatas.
  3. Menciptakan masyarakat berkeberlanjutan secara ekologis. Hal yang dibutuhkan adalah sebuah visi sosial baru yang melibatkan warga dan membantu pengembangan dari pencerahan kepentingan pribadi dan kesadaran kepentingan komunitas jangka panjang.

Lembaga yang dapat menampung aspirasi publik dan mendukung tindakan nyata terhadap isu lingkungan menjadi hal yang diperlukan dalam situasi saat ini. Aspirasi dan ide tidak sekadar berhenti dalam individu, melainkan menjadi kombinasi dalam perwujudan masyarakat peduli lingkungan.

Daftar Pustaka :

Brulle, R. J. (2010). From environmental campaigns to advancing the public dialogue: environmental communication for civic engagement. Environmental Communications, 1-12.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun