Mohon tunggu...
Francis Xavier
Francis Xavier Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Menatap Pancaran Terang Sejati

Pewarta remah-remah inspirasi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Haruskah Mengampuni Tanpa Batas?

21 Maret 2022   19:08 Diperbarui: 21 Maret 2022   19:09 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Haruskah kita mengampuni orang yang selalu menyakiti kita dengan pengampunan tanpa batas? Rasanya berat!

Kecenderungan banyak orang lebih cepat menutup pintu pengampunan dari pada mengampuni tanpa batas. Apalagi ketika berhadapan dengan orang-orang yang di rasa terus menerus menyakiti hati. Adalah sulit mengalirkan pengampunan secara terus menerus.

Namun, bagi orang yang sungguh beriman pada Yesus Kristus, dituntut untuk terus berusaha membuka belas kasih dan pengampunan tanpa batas. Orang yang mengikuti Kristus harus memiliki sumber pengampunan yang tak terbatas!

Jika kita mengimani Yesus dengan sungguh-sungguh berarti kita belajar untuk menjadi manusia pengampun. Kita tidak akan pernah menutup pintu pengampunan bagi orang yang menyakiti. Kita akan terus belajar mengampuni tanpa batas. Walau kadang hal itu sangat sulit.

Injil hari ini menegaskan hal tersebut. Ketika Yesus ditanya tentang berapa kali harus mengampuni sesama yang bersalah, Dia menjawab, "Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." (Mat 18:22).

Pernyataan Yesus ini bukan pernyataan matematis! Tetapi lebih dari pada itu. Dia menegaskan bahwa pengampunan itu tak kenal batas. Kita harus selalu membuka pintu pengampunan kepada sesama yang bersalah. Sebab, pengampunan adalah tindakan kasih.

Pada saat kita berani mengampuni orang yang telah menyakiti hati kita, pada saat itu kita sesungguhnya sedang membuka kran rahmat bagi orang lain. Pada saat kita membuka pintu pengampunan, pada dasarnya, pada saat itu juga kita sedang mengalirkan rahmat belas kasih kepada kita sendiri.

Semoga kita pun terus belajar untuk membuka pintu pengampunan dan mengampuni tanpa batas.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun