[caption id="attachment_334951" align="alignnone" width="284" caption="source : kaskus.co.id"][/caption]
Saya sesekali tertawa geli jika melihat petikan wawancara Jokowi. Dalam pikiran saya ada dua hal,
” iki capres kok cara ngomong nya ndeso dan sederhana sekali, bahkan lebih sering mengundang tawa geli dengan suara khas nya yang cempreng dan medok “
atau
” iki bapak udah jadi capres kok ngomong nya ngga secanggih atau semanis orang politik lainnya ya ? “
Melihat petikan wawancara Jokowi ketika safari politiknya yang terkini bersama para dubes negara negara di timur tengah, ketika ditanya mengenai kawin nya Prabowo dan ARB, hanya dijawab
“Saya percaya masyarakat sudah ngerti, sudah cerdas. Itu saja yang kita peganglah,” lanjut Jokowi.
Entah ini bentuk pencitraan dari seorang Jokowi, atau memang bentuk asli kesederhanaannya berbicara. Saya kemudian membayangkan jika orang politik lain yang menjawab nya, pasti akan berbeda gaya dan *tertawa geli* berhiaskan kata kata politis yang memuakkan, seperti
“pertemuan kedua tokoh tersebut untuk membicarakan masalah bangsa dan mencari solusi untuk permasalahan bangsa yang semakin pelik, serta membentuk pemerintahan dengan kesamaan platfoam, bla bla bla dan bla bla bla bla”
Biasanya jika bicaranya mulai memble dan manis seperti ini, saya langsung ber-huff ria dan mengganti channel berita. Haha..
Mendekati Pilpres yang kemungkinan hanya Merah vs Putih, banyak tokoh, baik itu yang digadang sebagai capres atau cawapres, berlomba lomba tampil secanggih mungkin, berbicara semanis mungkin, dan berjanji dengan semunafik mungkin, ada yang kemana mana naik helikopter pribadi, jet pribadi, hihi..atau bermain kuda layaknya bangsawan kerajaan, berpakaian serapi mungkin, dan kalau bisa mungkin mereka akan memakai kostum bangsawan lengkap dengan jubah dan panji panji kebesarannya yang memberikan kesan eksklusif, agung dan tinggi derajat nya. Seperti calon calon raja yang siap menerkam dan memangsa pesaing nya, mengintimidasi dan menghipnotis calon calon pemilihnya dengan polesan make-up janji dan kata yang semanis madu yang mentereng tersebut.
Di tengah semua itu, di tengah semua pencitraan luar biasa bling bling dan unjuk kekuatan dan adu janji tersebut, kok Jokowi masih saja se-ndeso itu ya ? kata nya media darling, katanya pencitraan, Jokowi jangan mau kalah sama yang lainnya, kan katanya wartawan ngikut terus jalan kemana mana. Mbok ya pakai pakaian yang rapi lah, jangan kemeja putih lecek terus, sesekali pakai baju safari yang lengkap, atau berdasi dan at least, pakai jaket biar kerenan dikit. Terus sepatu nya udah boleh diganti itu pak, kok kemana mana dilihat pake sepatu butut yang mulai mirip sepatu di filmnya Sepatu Dahlan iku loh.
Kalo bepergian, bapak itu kok kalah mentereng dengan yang lain ya ? pakai saja pak iring iringan mobil PJR dan bodyguard bapak, biar kita tau kalau ada pejabat aduhai pentingnya yang lagi lewat, walau cuma mampir ngisi pulsa atau mbeli nasi rawon ( tapi kudu bayar loh pak !! ), biar macet pun rapopo, asal kita tau yang di mobil itu orang penting, terus kenapa bapak enggak naik pesawat mahal aja sih kalo bolak balik Solo ? kan kalo kita kita kebetulan lihat bapak naik kelas ekonomi itu tengsin banget loh pak, moso capres duduk nya di samping rakyat jelata ? kalo naik kelas eksekutip kan at least, lebih ekslusip gitu looohhh..
Cara ngomong bapak juga janganlah se-ndeso itu, kalo ditanyak wartawan, pakai istilah canggih dong, selipkan bahasa inggris atau bahasa tamil sesekali *eh. Biar kita yang lihat dari tipi tau kalau bapak juga gak kalah canggih nya dengan yang lainnya. Tapi jangan pakai bahasa Vickinisasi pak, bisa puyeng iki kepala, ora ngerti iku maksudnya. Hahahaha..
Saya membayangkan, jika kritik soal gaya ini saya omongkan ke pak Jokowi sambil sesekali mencubit pipi kurus nya dengan gemes, mungkin akan dijawab pak Jokowi
” aku rapopo la, mbak. Mau nunggang kuda silahkan, mau pake helikopter silahkan, mau peluk boneka silahkan, mau janji janji silahkan, mau puisi puisi an silahkan, aku yang penting kerja kerja dan kerja “
Oalah pak…
***
Ketika banyak pemimpin yang begitu sibuk di puncak kekuasaan, dan merasa akan menjadi kotor baju nya jika disentuh oleh banyak tangan tangan rakyat jelata, saya merindukan seorang sosok pemimpin yang berasal dari bawah, yang mempunyai senyum yang menular, yang bisa menularkan kebaikannya kepada orang lain, yang bekerja sampai tangan nya kotor, baju nya lecek, sepatu nya basah, atau badan nya bau karena turun ke selokan, dan di penghujung hari, Ia tetap menjadi rakyat walau sudah mendapat label “Presiden Negara Republik Indonesia “
[caption id="attachment_334953" align="alignnone" width="630" caption="source : kompas.com"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H