Mohon tunggu...
francesco anargya
francesco anargya Mohon Tunggu... Penulis - Membuka pikiran lewat tulisan

Secercah tulisan dari hasil pemikiran kaum milenial

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Egoisme Manusia: Covid-19 Berkah atau Musibah?

29 September 2020   22:33 Diperbarui: 29 September 2020   22:53 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di era pandemi ini banyak sekali kejadian yang menunjukkan bahwa keberadaan alam tanpa manusia jauh lebih baik dibandingkan ketika manusia aktif bekerja. Hal ini bisa dilihat dari keadaan langit yang cerah dan biru ketika terjadi PSBB dan hampir tidak ada kendaraan yang melintas. 

Selain itu beberapa hari lalu, muncul pula bahwa di lautan sekitar Hongkong muncul spesies lumba-lumba yang sudah snagat langka, yaitu lumba-lumba Tiongkok yang berwarna merah muda. 

Melihat foto lumba-lumba yang berenang dekat pelabuhan yang dulu sangat terpolusi namun sekarang bersih akibta berkurangnya transportasi kapal membuat saya terpikir, mungkinkah selama ini kita semua bersikap egois? Mungkinkah selama ini kita mengeksklusifkan diri kita sendiri diatas segalanya?

Sebuah pemikiran terngiang dalam kepala saya, selama ini kita selalu menganggap bahwa kita, manusia, adalah makhluk kesayangan Allah. Tanpa bermaksud menafikan penlajaran agama dan kepercayaan lain, namun apakah hal ini benar? Apakah kehendak Allah memang seperti yang selama ini sudah terjadi? 

Dimana manusia mengutamakan keselamatan dan kehidupan kita sendiri tanpa memperhatikan kerusakan yang kita timbulkan demi mencapai hal tersebut, kenyamanan hidup tersebut. 

Lihat saja lumba-lumba langka ini, apa kiranya yang terpikirkan olehnya ketika melihat manusia berhenti beraktifitas sembari merusak alam entah kita sadari atau tidak. Apakah ia merasa gembira karena mengira kita sudah meninggalkan dunia ini dan pada akhirnya ia bisa hidup bahagia?

Kesadaran bahwa berhentinya manusia beraktifitas membangkitkan kembali bagian-bagian alam yang sudah rusak membuat saya merasa sedih. Karena saya sadar akan apa yang bisa hilang sebentar lagi bila kita tidak segera membuat perubahan. Yang saya ungkapkan ini bukan hanya sekadar omong kosong yang biasa diucapkan orang-orang, yang mengajak untuk menjaga alam. 

Namun saya hendak mengajak Anda semua untuk berpikir, apakah Anda sadar bahwa ketika PSBB ini berakhir alam yang sedang berusaha memperbaiki dirinya sendiri ini akan kembali rusak bahkan akan semakin parah? Sadarkah Anda bahwa suatu saat nanti, mungkin tidak lama lagi, semua ini akan lenyap bila terus dimanfaatkan tanpa dilestarikan?

Kesedihan menerpa sesaat setelah rasa bersyukur melihat semua berita tentang alam yang tampak telah menunjukkan bentuk-bentuk perlawanan dan eksistensi terakhirnya terhadap kerusakan alam, eksploitasi, dan polusi. 

Satu hal yang saya sadari bahwa mungkin COVID-19 ini adalah sebuah peringatan dari Tuhan. Tuhan mungkin telah menanggapi seruan minta tolong dari alam yang memohon agar diselamatkan. 

Kemunculan satwa liar dan alam yang asri mungkin merupakan sebuah pengingat dari alam bahwa ia masih ingin untuk bertahan, dan inilah usaha nya (semoga bukan yang terakhir) untuk mempertahankan diri. 

Seluruh kematian yang terjadi mungkin adalah ultimatum dari alam, bahasa kasarnya mungkin "seleksi alam", yang semoga berhasil menyentuh hati kita dan menyadarkan diri dari segala buaian kenyamanan yang selama ini kita nikmati dengan merusak alam.

Pandemi ini mungkin adalah sebuah sarana dari Allah untuk mengingatkan kita manusia agar sadar akan apa yang telah kita perbuat selama ini, sekaligus memberi alam kesempatan memperbaiki diri. Ide dari Thanos dalam film Avenger mungkin bukanlah ide yang buruk, namun bukan berarti kita harus membunuh separuh populasi manusia. 

Yang hendak saya sampaikan adalah mungkin ada baiknya untuk membagi rata seluruh sumber daya alam sehingga seluruh umat manusia mendapat bagian yang rata tanpa ada kekurangan dan kelebihan. 

Dengan begitu tidak akan terjadi yang namanya eksploitasi alam. Pandemi ini seharusnya menyadarkan kita bahwa perusakan ini hal yang serius dan tidak bisa dianggap remeh, sebab pandemi ini bukanlah bencana terakhir yang akan kita hadapi bila alam terus dirusak. Alam tentu tidak akan tinggal diam, sebab kitalah yang membutuhkan alam, bukan sebalikanya. 

Maka tentu alam tidak akan terima bila kita justru merugikan dirinya. Anggap saja Anda menumpang tinggal di rumah seseorang namun Anda justru mengotori rumahnya, begitulah perasaan alam terhadap kita. But it's up to you to decide, which side will you be at? Apakah Anda akan mendukung alam, ataukah akan terus merusak ciptaan Allah ini hingga pada akhirnya ia akan habis tak bersisa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun