Mochtar Lubis sendiri memang sebenarnya menyukai menulis mengenai kritik-kritik sosial seperti ini, sehingga bagi saya, jika dibandingkan dengan karya-karyanya yang lain, saya rasa ini merupakan bacaan yang lebih ringan daripada novelnya yang lain, karena kalau dalam buku “Senja di Jakarta”
Mochtar membawa sisi filosofis, pada buku ini ia hanya menceritakan bagaimana jalan hidup dan lika-liku para tokoh-tokohnya tanpa terlalu membawa sudut pandang filosofi seberat “Senja di Jakarta”.
Dibandingkan dengan buku novel satunya “Senja di Jakarta” yang menarik fokus ke orang-orang tua dari berbagai jenjang sosial, kali ini cerita hanya berfokus ke sikap-sikap orang yang lebih muda namun tetap atas-bawah dalam jenjang sosial.
”Tanah Gersang” mengandung unsur-unsur sosial yang sampai pada jaman sekarang masih dipraktikkan. Mulai dari perempuan seks bayaran, dari cara gaya hidup kelas atas, keluarga dari seorang koruptor, semuanya masih dengan akrab saya jumpai, sehingga buku ini, saya cukup kagum, tidak terlekang waktu dan menjadi salah satu buku yang saya anggap sebagai “wajib baca”.
Diksi dan pemilihan kata cukup sulit, terutama bagi mereka yang tidak biasa menghadapi gaya penulisan Angkatan 60-an yang bersifat sedikit berputar-putar menjelaskan sesuatu namun detail.
Untuk kaum awam, butuh sedikit pembiasaan lalu sekitar tengah jalan cerita seharusnya sang pembaca sudah mulai terbiasa dengan gaya penulisannya.
Selain penulisan, memang karena Mochtar Lubis datang dari Angkatan 60-an yang banyak mengangkat topik mengenai masalah sosial, maka tidak kaget jika “Tanah Gersang” yang sebenarnya ditulis tahun 1966 juga membahas mengenai masalah sosial.
Buku ini tidak cocok bagi masyarakat dibawah umur 13 tahun, mengingat banyak adegan dewasa yang diimplikasikan dan kekerasan, mana lagi format tulisan yang cukup rapat antar baris dan padat tiap halaman. Melainkan, buku ini sangat cocok bagi pencinta sastra ataupun drama, pembaca kelas berat yang ingin mencari bacaan ringan, pelajar sosial yang ingin mempelajari fenomena kehidupan (karena yang saya lihat sebenarnya cerita ini memegang realita yang cukup untuk bisa dibandingkan dengan dunia kenyataannya), ataupun pelajar-pelajar sastra yang ingin mempelajari gaya penulisan dan cara penceritaan cerita yang baik.
Kelebihan
Buku yang berukuran kecil, sehingga mudah disimpan dan tidak memerlukan tempat yang besar untuk menyimpannya. Untuk cerita, banyak adegan drama kehidupan beserta penggambaran realita dengan kata-kata dan penggambaran yang detail,cocok bagi mereka pencinta drama realis ataupun pencinta sastra. Cerita cukup singkat (hanya 211 halaman, novel “ringan”), bisa diselesaikan dalam waktu 3-4 hari jika kecepatan membaca rata-rata, sehingga bagi yang ingin cerita berkualitas namun singkat, buku ini sangat direkomendasikan.
Kekurangan