Mohon tunggu...
Fransiskus Nong Budi
Fransiskus Nong Budi Mohon Tunggu... Penulis - Franceisco Nonk

Budi merupakan seorang penulis dan pencinta Filsafat. Saat ini tinggal di Melbourne, Australia. Ia melakukan sejumlah riset di bidang Filsafat dan Teologi.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Seberapa 'Seksi' Politik Itu?

6 Agustus 2024   10:18 Diperbarui: 6 Agustus 2024   10:25 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: https://www.lagrandeconversation.com/

Pertanyaan di atas dipilih dengan sengaja. Di dalamnya terkandung topik tentang politik yang diletakkan dalam tanda petik tunggal serta soal seksi. Hal-hal ini bertujuan membawa pembaca ke dalam makna kata dalam kehidupan sehari-hari.

Politik adalah sebuah kata. Oleh karena itu, ditulis sebagai 'politik'. Sebagai sebuah istilah, politik merupakan kata dalam cara kita berbahasa, sebuah kata dalam bahasa Indonesia. Kata ini termasuk dalam kategori kata benda. Secara leksikal, menurut kamus kebahasaan kita, politik memiliki tiga pengertian: 1) perihal ketatanegaraan; 2) urusan dan perbuatan terkait pemerintahan; dan 3) cara bertindak. Apakah hanya sebatas itu pengertian kata politik?

Ketika berhadapan dengan sebuah kata, kita akan memiliki pemahaman terhadap kata itu sendiri dalam kesadaran kita. Dalam linguistik, ini disebut konotasi, yaitu bagaimana kita berhubungan dengan sebuah kata, melalui indera dan pemahaman pikiran, antara kata dan realitas. Sensibilitas, atau dalam istilah asing disebut sense of the meaning, adalah bagaimana perasaan kita terhadap sebuah kata.

Ketika berhadapan dengan kata, bagaimana kita menilai atau melihat makna dari kata tersebut? Jangan lupakan bahwa sebuah kata memiliki asal-usul atau genealogi, yang dalam linguistik disebut terminologi. Kata juga memiliki historisitas (kesejarahan), temporalitas (kemewaktuan), lokusitas (tempat), dan kontekstualitas. Bahkan, kata itu memiliki pergumulannya dalam keseharian manusia, inilah eksistensialitas makna.

Dua penilaian yang umum dalam linguistik terkait makna sebuah kata adalah ameliorasi dan peyorasi. Ameliorasi adalah perubahan makna dengan konotasi yang semakin baik, sementara peyorasi adalah sebaliknya. Lalu, di manakah posisi 'politik'? Apakah 'politik' bersifat amelioratif atau peyoratif?

Di sinilah peran terminologi! Juga segala aspek yang menyertainya seperti historisitas dan konteks. Kata 'politik' memiliki tempat dan sejarah pada masa Yunani abad ke-6 SM, masa di mana kebijaksanaan dicintai dan mulai berkembang. Orang Yunani pada masa itu mengembangkan konsep Polis, yang dipahami sebagai negara-kota. Contoh Polis saat itu adalah Athena dan Sparta. Kota yang dimaksud adalah negara, bukan dalam pengertian kita sekarang sebagai kawasan perkotaan seperti Jakarta. Kota (Polis) dan warga (Polites) saling mengandaikan. Status warga adalah suatu kehormatan, karena tidak semua orang yang tinggal di kota (Polis) adalah warga (Polites).

Dalam praksis, makna Polis harus dihubungkan dengan bagaimana kehidupan di dalamnya. Ini termasuk seni (ars) tata kelola Polis. Gagasan-gagasan tersebut dapat disebut secara sederhana sebagai seni memimpin dan mengelola Polis atau dalam bentuk negara. Demokrasi adalah salah satu gagasan yang muncul kemudian dalam sejarah peradaban Yunani. 

Demokrasi berasal dari kata demos (rakyat) dan kratos (kekuasaan), artinya kekuasaan rakyat. Aristoteles menilai bahwa Politeia adalah yang paling ideal secara realistis, karena raja-filsuf adalah utopis dan sulit ditemukan dalam kenyataan. Sementara, demokrasi adalah penyimpangan dari Politeia, sebab di sana-sini kepentingan individu atau kelompok penguasa memainkan peranannya dengan berbagai trik.

Praktik seni tata kelola hidup bersama dalam suatu Polis terus berkembang hingga memasuki babak baru feodalisme. Piagam Besar (Magna Carta) tahun 1215 menjadi momen historis evaluasi tata kelola hidup bersama. Perjalanan sejarah melalui pertempuran, perang, perdamaian, dan ketentraman akhirnya tiba pada tata kelola kehidupan bersama dalam negara-negara modern. Beberapa pemikir yang terkenal dalam diskusi tata kelola hidup bersama adalah Machiavelli, Locke, dan Montesquieu.

Jika demikian perjalanan kata 'politik', apa konotasi 'politik' saat ini di sini? Melihat pemaknaan kata dalam kebahasaan kita sebagai tiga hal sebagaimana disebut di awal, apakah 'politik' itu sebatas itu? Kita tentu melihat kenyataan atau realitas ketatanegaraan kita, dari sebelum menjadi negara sampai saat ini. 

Politik memiliki kenyataan pada sistem (ketatanegaraan), orang (negarawan), serta aksi atau tindakan negarawan dalam tata negara. Apa itu negara? Terdiri dari apa saja negara itu? Bagaimana negara itu ada dan bertahan atau dengan kata lain bagaimana negara itu hidup? Semua itu adalah pertanyaan tentang 'politik'.

Kata seksi secara leksikal memiliki empat arti. Pertama, bagian dari suatu kepengurusan (dalam organisasi). Kedua, setengah peleton (dalam ketentaraan). Ketiga, pemotongan (dalam kedokteran). Keempat, merangsang berahi (soal tubuh dan pakaian). Kata seksi yang digunakan dalam judul tulisan ini mengacu pada arti leksikal terakhir. Jika demikian, apakah politik itu seksi?

Yves Michaud dalam bukunya berjudul Violence et Politique (Kekerasan dan Politik), 1978, mengemukakan istilah "politik porno". Ia menyebut bahwa prinsip dasar dari politik porno adalah menghalalkan segala cara. Menurut saya, diksinya sarkastis karena bisa menyinggung pihak tertentu. Terlepas dari itu, istilah politik porno menarik. Kesimpulannya adalah bahwa kejahatan dalam politik adalah porno. Kejahatan adalah penilaian etis atas tindakan manusia. Apakah politik kita porno?

Kata 'politik' dalam penggunaan sehari-hari di negara kita memiliki konotasi. Apakah 'politik' itu amelioratif atau peyoratif? Misalnya dalam kalimat "Jangan main politik." Mengapa dilarang bermain politik? Apakah politik itu seperti api? Misalnya, terdapat seorang anggota DPR yang membagikan sumbangan kepada masyarakat sambil berkampanye. Lalu ada komentar, "Ah... itu mah politik!" Apa artinya kata politik dalam seruan itu? Contoh lain, misalnya ada sebuah lembaga masyarakat yang mengeluarkan anggotanya karena dinilai tidak pantas. Kemudian muncul kalimat "Jangan main politik dong!"

Masih banyak contoh lain terkait kata 'politik' yang dapat dijumpai. Apa sesungguhnya 'politik' itu, dahulu dan sekarang? Apakah amelioratif atau peyoratif? Apakah 'politik' mendapat citra positif atau stigma? Sebagai seni tata hidup bersama atau sebagai identifikasi kejahatan dan keburukan? Sebagai seni atau porno? Dalam tata kelola hidup bersama, seni adalah jalan dan hidup. Dengan ini, 'politik' telah mengoreksi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun