Mohon tunggu...
Fransiskus Nong Budi
Fransiskus Nong Budi Mohon Tunggu... Penulis - Franceisco Nonk

Budi merupakan seorang penulis dan pencinta Filsafat. Saat ini tinggal di Melbourne, Australia. Ia melakukan sejumlah riset di bidang Filsafat dan Teologi.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Terbanglah Garudaku

7 September 2019   08:34 Diperbarui: 7 September 2019   09:15 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
bola.com/M. Iqbal Ichsan

Tim Nasional (Timnas) Indonesia, begitu kita menyebut kesebelasan sepak bola kebanggaan Indonesia, kalah dari kesebelasan Malaysia. Timnas kalah dengan skor 2-3 dari tim negara tetangga.

Permainan seru tersaji di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) Jakarta pada malam Sabtu kemarin (6/9/2019).

Para pencinta sepak bola Tanah Air telah menyaksikan bersama permainan itu. Dukungan besar terbukti lewat kehadiran di sekeliling lapangan dan rating tontonan di televisi. Hasil akhir, setelah delapan menit waktu normal, membuktikan perjuangan Timnas kita. Hasil akhir adalah bukti. Aneka komentar segera bertaburan di media sosial perihal takluknya tim kebanggaan Indonesia. Media pun sudah menilainya.

Mimpi besar para penyuka sepak bola nusantara bagi tim kesayangannya ialah bahwa Timnas Indonesia dapat tampil di perhelatan terakbar sepak bola sejagat, Football World Cup Championship.

Mimpi ini sejatinya tak terlalu besar amat. Nyatanya, dalam sejarah kejuaraan piala dunia, tim sepak bola tanah air, pernah tampil sekali di sana. Meski kala itu kita belum tampil sebagai Indonesia, tetapi masih sebagai Hindia Belanda. Meski begitu, sejumlah pemain dari negri ini telah bermain di perhelatan tertinggi itu. Mengulangi sejarah itu adalah mimpi kita sekarang.

Mimpi tersebut mulai diperjuangkan terus lewat aneka seleksi dan kualifikasi. Untuk dapat ke sana, ke Piala Dunia, kita (Timnas) butuh proses. Kita harus menjadi jawara di Asia Tenggara. Kita perlu membuktikan diri di lingkup kita terlebih dahulu. Semua yang ke sana tentu berada di trek itu, yakni jawara di lingkupnya.

Jalan itulah yang telah Timnas tempuh. Satu dari sekian pertandingan sudah dimulai. Kalah dari Malaysia bukan soal. Kalah-menang adalah pertandingan. Selalu ada pemenang dalam sebuah pertandingan. Satu dari sekian laga akan Timnas lalui. Hari ini kalah, belum tentu besok kalah. Demikian juga, hari ini menang, belum tentu demikian di hari selanjutnya.

Sepak bola itu seni. Taktik diutamakan di sana. Tujuan tertinggi adalah kemenangan. Untuk sampai pada kemenangan, butuh banyak hal. Tak terlupakan tentunya ialah keindahan. Maksudnya seni yang berhasil. 

Stamina, kecerdasan menerapkan strategi, kemampuan penguasaan diri, memaksimalkan peluang secara efektif dan efisien, kejujuran bermain secara taktis, kerja sama secara solid, kepercayaan diri, totalitas dan kebebasan bermain, serta kecakapan mengolah bola, merupakan hal-hal yang diperlukan dalam memainkan sepak bola.

Semua hal di atas bukan tanpa sistem dan proses. Evaluasi dan perbaikan senantiasa dituntut tanpa henti. Bila sistem kita masih korup, tentu mimpi kita tetap jauh. 

Contoh kecil dari hasil pertandingan Timnas melawan Malaysia ialah stamina. Ini tentu satu dari hal-hal lain. Pemain Timnas kehabisan daya pada babak kedua pertandingan. Apa yang membuat stamina seseorang kuat? Kondisi fisik tentunya yang utama. Kondisi fisik didapat dari kesehatan dan kebugaran pemain, termasuk mental dan spiritual. Manusia itu bukan robot, ia punya pikiran dan perasaan. Makanan menentukan kesehatan. Ungkapan ini menggambarkanya, "kamu adalah apa yang kamu makan." Tentu manusia butuh bukan hanya gizi ragawi, tetapi dimensi lain dari dirinya. Ia butuh bermain dengan tenang dan penuh keyakinan. Sudah diperhatikankah hal kecil ini?

Contoh lain lagi, Timnas menghasilkan gol-golnya yang strategis. Gol-gol itu sejatinya kekuatan dan senjata Timnas. Hal ini "terkubur" di babak kedua. Gol bukan perkara siapa yang memasukkan bola ke dalam gawang lawan semata, tetapi lebih dari itu ialah hasil olah kecerdasan, kematangan diri, teknik bermain, kecakapan, kerja sama, dan seni memainkan bola hingga membuahkan gol. Seni sepak bola ada di situ.

"Terbanglah Garudaku!" 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun