Mohon tunggu...
Fransiskus Nong Budi
Fransiskus Nong Budi Mohon Tunggu... Penulis - Franceisco Nonk

Budi merupakan seorang penulis dan pencinta Filsafat. Saat ini tinggal di Melbourne, Australia. Ia melakukan sejumlah riset di bidang Filsafat dan Teologi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menunggu Kedatangannya

25 Januari 2019   23:34 Diperbarui: 25 Januari 2019   23:42 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini

Hari Sabtu

Hari terakhir dalam pekan

Segera masuk pekan ketiga

Tapi sebenarnya sudah di minggu ketiga

Berita sampai ke telingaku

Bahwa si dia 

Akan datang

Dia sekarang sedang dalam perjalanan

Masih di pulau lain

Di pulau tetangga

Berita itu terekam

Dalam ingatanku

Dengan baik

Beberapa kali saya memeriksa

Posisi si dia

Kupantau dia

Di hari-hari yang berbeda

Namun mendebarkan juga

Belum juga tiba

Berita yang kuterima

Ialah waktu keberangkatannya

Waktu tiba tak pasti

Saya hanya diminta menunggu

Dengan sabar

Di saat tertentu

Kupikirkannya

Kuprediksi waktu tempuhnya

Kuhitung-hitung hari

Mulai dari sehari

Dua hari

Tiga hari

Bahkan seminggu

Begitulah hatiku digelisahkannya

Energiku kadang diserap juga

Oleh si dia di sana

Di seberang sana

Nan jauh di sana

Tapi itu tak sampai membunuhku

Di hari yang indah

Menurut seorang temanku

Sebelum hari terakhir

Berakhir pekan

Bermalam minggu

Tepatnya di sore hari

Kala mata masih ngantuk

Terbangun karena rutinitas

Demi pengudusan hari

Kala sedang di Rumah Kebenaran

Tanpa bel

Seperti pengantar koran langganan

Yang datang tanpa memberi tanda

Datanglah ia

Kedatangannya

Tak kuduga

Tak kutebak

Sehingga kuabaikan

Tak kuhiraukau sama sekali

Sekalipun hati kecilku

Memintaku menoleh dan menengok

Bertanya dan mencari tahu

Tapi itu tak terjadi

Tak kulakukan

Hingga

Aku diberitahu

Kalau si dia sudah datang

Ketika itu

Aku keburu ke kamar kecil

Di paruh jalan

Kubalik arah

Tuk menyambutnya

Tuk menjemputnya

Biar kutahan rasa kencingku

Setelah mendekatinya

Dia berdiri di balik pintu

Kujemput segera

Dengan menyodorkan tangan

Tuk menggapai tangannya

Yang lembut

Meskipun sedikit kusut

Seperti tampak dari wajahnya

Karena menempuh jalan panjang

Melintas perairan

Menyeberangi lautan

Demi perjumpaan ini

Kegembiraan besar

Muncul di hati

Tak terkatakan

Meskipun tak juga dapat disembunyikan

Ia memberiku

Daya baru

Untuk terus melangkah

Menelusuri hidupku

Jalan hidup

Yang telah lama kumulai

Aneka kisah

Secara perlahan

Kukuliti darinya

Kulahap semua

Dari teraktual

Hingga yang terabaikan

Lalu kukembali dengan segera

Ke yang paling terbarukan

Kuteruskan

Hingga selesai

Lalu kami selesai

Di situ

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun