Empat puluh lima menit saya menunggu. Sudah mulai bosan. Kemudian saya telepon lagi voorhanger. Tiba-tiba beliau datang bersama keluarganya.Â
Kemudian kami berdialog, mengapa bisa perayaan iman menjadi sangat molor untuk dimulai. Dengan sedikit malu dan enggan, beliau menjelaskan bahwa beberapa hari ke depan, umat menanam padi di sawah. Bisa sawah sendiri dan bisa juga sawah orang lain ketika dimintai tolong atau balas jasa tenaga tetangga.
Ya, sempat saya tidak bisa menerima alasan itu, karena sudah diatur dari paroki bahwa masuk pada pukul 18.00 WIB. Selain itu, jauh-jauh hari kami telah berdiskusi.
Akan tetapi, saya tetap berpikir jernih dan berperasaan netral. Ya, ini adalah bagian dari pengolahan diri sebagai gembala, terutama bentuk askese di masa prapaska.
Akhirnya, kami menunggu cukup lama. Lalu, saat perayaan saya menyampaikan katekese (pengajaran iman) singkat kepada umat di samping menyampaikan informasi-informasi terkait perayaan saat Trihari Suci Paska.
Penyampaian yang lembut
Saya menyampaikan satu fenomena yang sangat kontras antara menghadiri perayaan iman di Gereja dengan menghadiri perayaan pesta.
Ketika jadwal untuk ibadat atau Misa di gereja bertabrakan dengan jadwal kerja, cenderung umat akan pilih bekerja di ladang atau sawah. Entah mengapa demikian, sehingga umat yang datang sangat sedikit.
Ketika jadwal pesta bertabrakan dengan jadwal kerja, cenderung umat akan pilih ikut pesta. Entah jauh, turun hujan deras, sakit, dan sebagainya umat akan berusaha mengatasi hambatan itu supaya dapat ikut pesta.
Lalu, saya ajak mereka untuk memberikan porsi yang seimbang antara hadir di gereja dengan bekerja dengan pesta. Saya mengerti bahwa mereka butuh kerja untuk biaya hidup dan makan sehari-hari.Â
Namun, tidakkah tabrakan di atas bisa diatasi dengan mengurangi untuk tiga hari jadwal kerja di ladang. Ini bisa dipikirkan sebagai aksi puasa dan pantang. Bukan hanya tidak makan daging, tidak merokok, tidak jajan, dan mengurangi porsi makan.
Berpuasa dan menahan diri untuk meninggalkan sejenak pekerjaan juga bisa. Mengapa kalau ada pesta selama lima atau tujuh hari, umat tidak merasa rugi meninggalkan pekerjaan lalu ikut pesta?