Mohon tunggu...
Suaviter
Suaviter Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang dalam proses latihan menulis

Akun yang memuat refleksi, ide, dan opini sederhana. Terbiasa dengan ungkapan "sic fiat!"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Memanfaatkan Internet dan Buku untuk Mendapatkan (Sedikit) Rezeki

15 Maret 2022   12:15 Diperbarui: 23 Maret 2022   23:08 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk memperoleh rezeki demi kebutuhan hidup, pada zaman super canggih ini, kita tidak perlu terlalu kewalahan. Asal setia, serius, dan konsisten memanfaatkan internet dan buku, kita pasti akan mendapatkan (sedikit) rezeki.

Tak seorang pun akan mampu menyangkal bahwa abad XXI ini merupakan abad yang menawarkan banyak kemajuan dan kemudahan bagi manusia untuk hidup dan bekerja.

Kemajuan teknologi dan informasi yang dapat dilihat lewat akselerasi jaringan internet semakin memudahkan manusia untuk mendapatkan penghasilan demi kebutuhan hidup. Sekali klik, misalnya, jutaan rupiah masuk ke rekening. Tak perlu repot dan direpotkan oleh berbagai hal.

Manusia zaman sekarang sudah dapat bekerja dari mana saja, tidak hanya di kantor. Bisa dari kantin, perpustakaan, dalam bus, atau bisa saat nyantai, rekreasi, piknik, bahkan dalam situasi serius. Pokoknya, internet sungguh sangat membantu. 

Bahkan, saat ini, internet sungguh dicari oleh setiap orang. Baru bangun tidur, yang dicari adalah android (smartphone) untuk akses internet melihat berita atau perkembangan bisnis. 

Saat sarapan, yang dipegang, bukan hanya sendok atau pisau, tetapi smartphone untuk melihat isu seputar kalangan selebritis, mana yang sedang hangat untuk di-sharing-kan kepada teman alias gosip. He he he.

Begitulah hingga mau tidur, internet tidak bisa lepas dari jemari manusia. Karena, setiap orang memiliki tujuan tersendiri mengakses internet, apakah untuk hal positif atau negatif (halal atau haram) demi mendapatkan rezeki.

Pengalaman 

Saya sendiri merasa bersyukur sebab lahir pada zaman yang sungguh maju ini. Akses internet kencang bahkan sedang menuju pada 5.0. 

Kemajuan teknologi juga sangat mendukung kehidupan saya, sehingga tidak perlu repot akan banyak hal. Saya juga tidak perlu menunggu lama untuk akses atau korespondensi dengan pihak luar.

Saya bukan seorang yang cerdas dan pintar atau mahir dalam satu bidang tertentu. Tetapi saya memiliki satu semangat kerja, yakni memanfaatkan apa yang ada untuk memajukan diri dan menikmati hasil atasnya. Saya punya semangat kerja keras. Tentu dalam arah yang benar, halal, dan tidak melanggar hukum negara/agama/masyarakat.

Pengalaman yang ingin saya bagikan adalah perhatian saya terjun dalam dunia literasi baik online maupun offline. 

Awalnya, saya hanya iseng dan ingin uji kompetisi dengan orang lain, menakar kualifikasi diri berhadapan dengan orang lain.

Ilustrasi mendapat cuan dari internet | Gambar diambil dari telset.id.
Ilustrasi mendapat cuan dari internet | Gambar diambil dari telset.id.

Saya ingat bahwa pertama kali saya mencintai dunia literasi saat mengerjakan skripsi. Saya harus membaca banyak buku, mulai dari yang ringan hingga berat (konten). Saya harus bisa mengikuti alur dan isi pikiran penulis.

Saya juga kagum pada para penulis buku yang memiliki gelar akademik menakjubkan. Mereka juga memiliki curriculum vitae yang gemilang. Yang amat membuat saya tertarik adalah bagaimana mereka yang menulis buku masih harus membutuhkan orang lain sebagai editor isi.

Maka, saya tanamkan satu komitmen bahwa saya harus bisa seperti mereka, bisa menulis dengan baik (terlebih bisa dimengerti oleh pembaca) dan bisa mengedit tulisan orang lain.

Mulai dari hal sederhana

Hal pertama yang saya lakukan adalah menuntaskan skripsi dengan baik dan minim error. Ini adalah tulisan akademik pertama saya dan harus bagus, agar bisa menjadi referensi bagi penulis skripsi lainnya. Bahkan, saya senang karena skripsi saya diringkas untuk dimuat dalam majalah ilmiah di kampus.

Semangat saya bertumbuh dan bertambah. Lalu, saya mencoba meringkas isi buku, membuat tulisan-tulisan yang sederhana dan ringan berupa tips dan ilmu pengetahuan umum. 

Tulisan yang saya buat kemudian saya bagikan kepada banyak orang baik lewat blog pribadi, majalah, bunga rampai, dan buku kenangan. Cukuplah untuk sekadar latihan dan berbagi.

Di sinilah, saya melihat titik start dalam menulis, memanfaatkan internet, dan buku-buku untuk mencari sedikit rezeki yang bisa dinikmati atau dibagikan kepada orang lain yang membutuhkan.

Menulis opini

Satu cita-cita yang bagi saya awalnya mustahil, kini menjadi kenyataan yakni menulis opini di surat kabar harian. Dan, surat kabar pilihan saya adalah Kompas.

 Saya sungguh sadar bahwa menembus kolom opini di Kompas tidak mudah, sebab para penulis di kolom ini adalah para pakar dan ahli dalam satu bidang (spesialis).

Saya selalu kecil hati atau kikuk ketika melihat para penulis di halaman (6-7) opini Kompas dengan gelar dan jabatan yang ngeri. 

"Sanggup ngak ya?!" cetus saya dengan pesimis.

"Kalau tidak dicoba, pasti tidak akan tahu hasilnya gimana!" Pekik saya dalam hati. 

Maka, saya mencoba mempelajari gaya menulis di Harian Kompas. Saya mencoba menulis dan membangun opini dengan sajian fakta yang aktual hangat dan terpercaya.

Satu demi satu tulisan saya kirimkan. Berulang kali desk opini menolak dengan pelbagai alasan. Saya tak putus asa. Saya kembali belajar dan membaca. Saya mendalami satu demi satu buku yang ada di perpustakaan, rumah, dan kantor.

Saya tak mau gagal terus. Saya harus cerdas dan kreatif menggagas ide. Tak peduli berapa kali ditolak. Hingga, akhirnya beberapa tulisan saya masuk dalam kolom opini. Saya sungguh senang dan bersyukur atasnya.

Setidaknya ada beberapa hal yang saya dapat dari kegiatan menulis opini di harian bergengsi tersebut.

Pertama, kemampuan menulis saya berkembang. Saya menjadi lebih terlatih mengolah kalimat, memperhatikan data dan fakta akurat, dan terlatih membaca tulisan orang lain. 

Saya banyak belajar dari para penulis ahli dan senior. Walau kadang ada tulisan yang tidak saya mengerti dengan sempurna.

Kedua, (asas manusiawi) nama saya tercantum setidaknya di kertas surat kabar yang dapat terurai pada waktunya. 

Pembaca tentu banyak bukan hanya orang Indonesia, barangkali ada juga orang luar negeri yang berlangganan.

Ketiga, (asas ekonomi) saya mendapat sedikit rezeki dan cuan dari kegiatan menulis dan mengisi kolom opini.

Rajin membaca

Tak mungkin bisa menulis tanpa banyak dan rajin membaca. Hal tersebut sungguh saya amini. Orang yang terlatih menulis adalah orang yang terlatih membaca.

Sekarang, efek dari semangat menulis adalah saya senang membaca, apa pun buku dan kontennya. 

Orang lain memiliki kekayaan ide yang dapat dijadikan referensi. Maka, humbly saya belajar dari situ. Ide-ide di dunia ini akan selalu diperbarui dan berkembang.

Tak salah jika saya membaca tulisan ringan, humor, dan sederhana. Tak salah juga jika saya membaca tulisan berat dan ilmiah. 

Kedua jenis tulisan tersebut akan menjadi sumber saya mengolah tulisan saya. Untuk itu, terima kasih untuk buku-buku dan penulis-penulisnya.

Setia, serius, dan konsisten

Dalam mengembangkan bakat dan mencari rezeki ketiga hal di atas harus menjadi soko guru. Kesetiaan amat dibutuhkan agar seseorang tidak cepat bosan dan malas.

Kegagalan terbesar dari seorang pekerja adalah memandang bidangnya sebagai hal rendah. Maka, setiap kali ada hal yang menarik hati, setiap kali pula ia berpaling hati. 

Maka, kesetiaan harus diasah dengan keseriusan. Setia dan serius akan sangat membantu seseorang mengasah diri tiap waktu demi mencapai kematangan diri dan keuntungan yang bisa saja tidak melimpah.

Satu kata kunci terakhir adalah konsisten. Seseorang harus konsisten terhadap program, kegiatan, dan komitmen. Jangan sampai kesetiaan dan keseriusan cepat pudar jika tidak ada konsistensi.

Konsistensi itu harus menjadi roh penggerak. Sebab, akan mudah seseorang terjerumus pada hal-hal instan jika tidak konsisten. Sebentar-sebentar pindah, sebentar-sebentar ganti, sebentar-sebentar merasa ogah.

Ketiga kata tersebut juga menjadi pendukung saya untuk mencoba hal-hal baru dalam dunia tulis-menulis. Saya menulis buku. Saya menjadi editor untuk tulisan orang lain. 

Selain itu, saya berani mencoba mengirim tulisan ke media lain. Syukurlah pada Tuhan, beberapa tulisan saya juga dimuat di media berita lainnya. Saya kembali mendapatkan rezeki tambahan.

Saya pun berani ikut serta dalam kompetisi menulis. Beberapa kali menang dan mendapat kesempatan menikmati hadiah berupa uang tunai.

Mengolah rezeki

Saya sungguh bersyukur atas apresiasi yang saya terima berupa uang (cuan). Ketika tulisan saya dibayar, saya akan menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari, terlebih membeli paket internet dan buku-buku baru yang menarik dan bisa menambah stok ilmu.

Selain itu, rezeki yang saya terima juga saya gunakan untuk berbagi kasih dengan orang lain yang membutuhkannya. Banyak orang yang harus dibantu, tetapi apa daya tenaga tak mencukupi.

Yah, kalau ada rezeki saya akan membaginya dengan pelbagai cara. Sebab, setiap orang memiliki kebutuhannya yang sungguh mendesak. 

Ada orang yang butuh uang, sementara ada yang butuh makanan. Ada yang butuh makanan, sementara ada yang butuh pakaian. Begitulah maksud saya.

---

Akhir kata, bukan karena saya hebat dan ahli. Tapi, saya mau, setia, serius, dan konsisten. Sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui. Dengan menulis dua tiga keuntungan saya dapatkan.

Kisah di atas menjadi satu pengalaman saya dengan memanfaatkan internet dan buku untuk mendapat tambahan rezeki. 

Namanya tambahan, tentu tidak lebih utama dari yang pokok. Tapi, selalu ada rasa syukur ketika memperolehnya.

Salam.

Suaviter.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun