Tipe pembocor menanggapi kemarahan dengan dua cara, yakni membiarkannya keluar dalam cara yang subversif atau tidak langsung melalui perilaku, tetapi sedikit demi sedikit dengan kata-kata singgungan yang disamarkan.
Orang yang subversif akan mengungkapkan dengan lebih verbal kemarahannya entah diakui atau tidak. Mereka akan dengan lebih aktif melakukan pembalasan.
Sementara, tipe samaran akan menggosip, membuat komentar miring, dan menawarkan kritik yang seolah-olah konstruktif padahal tidak. Motif dasar adalah balas dendam.
Tipe ini akan menyebarkan virus kebohongan di sekitarnya dengan menghantam orang lain. Mereka menebarkan fitnah.
Orang yang pembocor akan mengambil langkah berbeda untuk membuat orang lain gusar dan jengkel. Mereka dapat menjadi tidak ramah, dingin, sulit ditemui, dan bingung. Mereka lihai membuat dalih dan justru bertindak seperti korban yang tak berdaya.
Jauh di lubuk hati, mereka ingin balas dendam dan akan membalas dengan sepenuhnya. Mereka menggunakan topeng persahabatan. Karena, dengan itu modus mereka tidak akan mudah diketahui oleh orang lain.
Harga yang dibayar
Harga emosional. Para pembocor berpotensi menjadi orang-orang getir, dengki, dan penuh dendam. Sikap kritis dan negatif dengan mudah berakar dan bertumbuh dalam diri mereka.
Para pembocor akan membalas dengan tidak adil, tetapi tampil seolah-olah sebagai korban yang tak berdaya. Perasaan berkuasa yang palsu tersebut menumbuhkan pola yang amat mencelakakan orang lain.Â
Emosi-emosi yang tak diinginkan akan lebih mudah muncul.Â
Harga untuk hubungan. Para pembocor cenderung menyakiti orang di sekitarnya. Mereka akan mengatakan dan melakukan hal yang membingungkan dan membuat orang lain menjadi frustrasi. Sehingga, muncul ketegangan yang melemahkan hubungan.
Mereka menggunakan gosip untuk menyebarluaskan kebencian. Gosip menjadi gunting yang dapat memutus relasi dengan orang lain.