Maka, saya mengonsumsi vitamin C setiap hari, mengonsumsi sayur-mayur dan buah-buahan, olahraga ringan setiap sore, mengatur porsi istirahat, teratur minum air hangat, mengurangi kerja lembur, dan tentunya berserah kepada Yang Mahakuasa (Tuhan).
Dua hari sebelum hari ini, saya menghubungi teman agar nama saya didaftarkan di puskesmas dekat rumah.
Menjelang hingga saat proses vaksinasi
Menjelang vaksinasi, saya berusaha agar tetap tenang dan tidak overthinking. Jangan sampai karena itu, tensi saya naik tidak karuan. Bisa jadi, vaksinasi untuk saya ditunda. Ngak, bagus juga toh.
Pukul 10.00 WIB, saya engkol mesin sepeda motor dan dengan relaks bergegas berangkat ke puskesmas.Â
Saya sudah merasa tenang dan nyaman; tidak lagi merasa paranoid akan isu-isu tentang vaksin III.
Setibanya di Puskesmas, saya merasa heran. Mengapa? Sebab, hanya ada 3 orang yang menerima vaksin III. "Wah, mana yang lain yah?" Begitu tanya saya dalam hati.
Ketika sudah tiba di depan pintu puskesmas, saya sapa dua orang petugas yang telah standby,"Pagi, Bu. Sehat? Sepi yah?".
Mereka senyum dan menjawab, "Pagi, Pak. Begitulah. Tapi, kemarin lumayan juga yang datang untuk vaksinasi. Mari, Pak. Silakan didaftar dahulu di sini!".
Lalu, saya keluarkan kartu vaksin dan nama saya didaftar. Tak pakai lama. Lalu, saya diarahkan ke meja berikutnya.
Di meja itu, tensi dan suhu tubuh saya diukur oleh petugas. Tensi normal dan suhu tubuh tidak sampai membara, alias cukup standar: 36 derajat Celcius. He he he.
Di meja yang sama, tetapi di kursi yang berbeda, saya ditanyai oleh seorang dokter terkait beberapa hal penting sebelum menerima vaksin III. Tampaknya, saya lulus ujian dan berhak mendapat vaksin III. Dokter mengatakan bahwa saya akan diberi vaksin Moderna.