Mohon tunggu...
Suaviter
Suaviter Mohon Tunggu... Lainnya - Sedang dalam proses latihan menulis

Akun yang memuat refleksi, ide, dan opini sederhana. Terbiasa dengan ungkapan "sic fiat!"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Indahnya Masa Lansia, Bagai Indahnya Kemilau Mentari Senja

12 Januari 2022   22:58 Diperbarui: 14 Januari 2022   10:50 3793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"[Jika Dia menghendaki] Semua orang akan sampai pada masa lanjut usia dan ingin merasakan hal-hal yang indah di masa tersebut"

Ada waktunya seseorang dikandung. Ada waktunya ia lahir, berkembang, berkarya, produktif, dan merasa energik untuk mewujudkan segudang angan, cita, dan program hidupnya (di masa muda).

Namun, harus diakui, akan tiba saatnya, seseorang sampai pada masa dimana ia harus pensiun. Tidak lagi melakukan aktivitas (seberat) ketika masih muda dan kuat.

Karena, otot-otot makin lemah, tulang-tulang sudah ngilu, tenaga tak mencukupi, dan daya ingatan makin melemah. Ini adalah masa dimana seseorang dikatakan sudah lanjut usia (lansia).

Itulah siklus kehidupan yang berlaku bagi siapa saja, tanpa membedakan orang. 

Rahmat yang disyukuri

Semua yang berlangsung dalam hidup harus dipandang sebagai rahmat dari Sang Pencipta. Walau terkadang yang terjadi tidak sesuai dengan apa yang tersimpan di dalam pikiran, hati, dan khayalan kita.

Setiap rahmat atau anugerah itu (sudah seharusnya!) disyukuri. Termasuk, ketika seseorang menjadi tua, alias lansia.

Menjadi tua tidak akan pernah dapat ditolak. Karena, waktu dan zaman akan mengantarkannya ke sana dan sistem perkembangan tubuh pun akan memainkan hukum siklus kehidupan manusia (lahir -- muda -- dewasa -- tua -- meninggal).

Sampai di usia tua atau lansia sudah cukup menjadi tanda kebesaran Sang Pencipta yang berkarya atas diri seseorang. Sang Pencipta membuktikan bahwa Ia sedang menunjukkan ke-mahakuasaan-Nya lewat orang lansia tadi.

Ilustrasi sepasang orang yang telah lanjut usia merasa bahagia. Gambar diambil dari klikdokter.com
Ilustrasi sepasang orang yang telah lanjut usia merasa bahagia. Gambar diambil dari klikdokter.com

Jangan mengeluh

Maka, dari itu, sungguh amat keliru jika seorang lansia seperti menyesal/tidak terima/menggerutu/mengeluh karena menjadi tua. Kulit tubuh keriput, gigi sudah ompong, rambut menjadi putih (uban), jalan bungkuk dan gemetar, dan keadaan lainnya dipandang sebagai tanda ia tak berguna lagi.

Itu salah! Orang lansia itu amat berguna. Dunia pernah mengenalnya. Dunia pernah menjadi perekam sejarah eksistensinya. Dunia pernah menjadi tempat persinggahannya. Maka, tak ada alasan untuk berkata, "Aku sudah tak berguna lagi saat aku sudah lansia!".

Mengapa saya berkata demikian? Sebab, beberapa orang yang sudah lansia amat sering mengeluh, menangis, dan duduk terdiam di masa lansianya. Seakan-akan, Sang Pencipta memberikan hukuman atas dirinya yang tak bisa berbuat banyak lagi.

Malahan, saya sendiri yang merasa sedih karena melihat kesedihan orang tua demikian. Barangkali (menurut hipotesis pribadi), mereka tidak terlalu memaksimalkan dan mengoptimalkan seluruh daya, pikiran, tenaga, dan bakat-bakatnya sewaktu muda. Akhirnya, muncullah sungut-sungut dan kesedihan di masa tua.

Menerima keadaan

Untuk itu, kepada orang tua yang sudah lansia (menurut UU No. 13 tahun 1998: batas usia seseorang dikatakan lansia 60 tahun), terimalah keadaan demikian.

Kalian sudah harus perlahan-lahan meninggalkan segala hasrat duniawi yang barangkali tak dapat dipenuhi lagi. Sudah saatnya kalian menerima dengan penuh rasa syukur, rahmat Tuhan karena usia yang lanjut dengan kesehatan dan kesempatan menikmati jerih payah anak atau cucu di keluarga.

Banyak orang yang berharap bisa menikmati usia yang panjang di dunia ini. Tapi, harapan itu tidak terwujud sebab Sang Pemilik kehidupan berkata lain. Mereka harus menghadap-Nya dengan segera.

Akan tetapi, kepada kalian yang masih bisa melihat, mendengar, merasa, dan menikmati dunia ini dan kebahagiaan dalam keluarga, Sang Pemilik kehidupan sedang memberikan kesempatan emas yang begitu indah dan mahal.

Masih bisa produktif

Di samping itu, saya tetap mengharapkan agar orang tua yang sudah lansia tidak (di)berhenti(kan) secara total. Kalian masih bisa berkarya, walau dengan porsi yang harus dibatasi. Dengan tujuan, agar stamina tubuh tetap terjaga, stabil, dan bugar. 

Orang tua yang lansia masih dapat menghabiskan masa emasnya dengan berkebun, melukis, bercerita, menyulam, berdebat, atau aktivitas ringan lainnya.

Hal ini akan membantu orang lansia terhindar dari pikun dini. Hal ini akan memotivasi mereka bahwa mereka masih tetap berguna di masa lansianya. Hal demikian akan menjaga tubuh mereka tetap sehat.

Untuk itu, bagi keluarga yang masih memiliki orang tua yang sudah lansia, sediakanlah sarana bagi ia/mereka untuk tetap berkreativitas di rumah. Jangan langsung ingin memasukkan mereka ke tempat jompo. Mereka ingin menghabiskan sisa hidupnya bersama dengan keluarga dan penuh makna, bukan dengan orang lain yang tidak dikenalnya.

Bahwa mereka terkadang mengomel, menangis, manja, marah-marah, dan membuat jengkel adalah sesuatu yang wajar. Mereka pun sudah merasakannya ketika kita masih kecil. Saat itu mereka melakukan apa saja agar kita aman dan nyaman hidup di dunia ini.

Justru, keluarga bertanggung jawab membantu orang tua lansia untuk lebih berpikir dan berperasaan secara positif: tidak menyimpan dendam dan amarah, tidak cepat bersungut-sungut, dan tidak dominan marah-marah karena akan berpengaruh pada kesehatan.

Saatnya kita, keturunan orang tua yang lansia mengerti fase ini. Fase dimana orang tua bersikap kekanak-kanakan. Toh, akan tiba giliran kita menjadi lansia (jika Tuhan menghendakinya). Anak-cucu kita yang kelak akan mengurus kita.

Seindah mentari senja

Yah, dengan jujur kita berkata bahwa masa lansia itu ibarat mentari di senja hari yang akan tenggelam di sisi Barat bumi ini. Namun, sebelum terbenam, sang mentari membagikan kemilau cahaya yang amat indah. 

Apalagi, jika pemandangan tersebut dinikmati di sekitaran laut. Sungguh amat indah dan mempesona.

Cahaya-cahaya yang dibagikan itu adalah doa-doa yang terarah agar keluarga dan keturunannya dapat menikmati rahmat berlimpah yang tak berkesudahan dari Sang Pencipta.

Cahaya-cahaya itu juga adalah curahan hati mereka yang berkisar tentang kemunduran fisik yang mengakibatkan mereka tidak mampu melakukan banyak hal. 

Cahaya-cahaya itu juga adalah senyum tulus mereka dari kulit wajah yang keriput dan kasar, berbintik, dan aroma tubuh orang tua. Namun, mereka tetap sehat.

Indah sekali. Sebelum terbenam, orang lansia masih bisa membagikan sisa-sisa tenaga dan suka cita kepada keluarga yang dicintainya.

Untuk itu, mari kita menjaga agar keindahan cahaya mentari para lansia di keluarga kita tidak cepat hilang. Kita perlu mendukung, bukan mengabaikan mereka yang lebih dahulu mencintai kita.

Kehadiran orang tua lansia hanya satu kali untuk satu proses kehidupan ini. Jika mereka tidak pernah terbit untuk pertama kali, kita pun tidak akan pernah terbit/lahir ke dunia ini.

Mereka pun akan berkata, "Indahnya masa lansia, seperti indahnya kemilau mentari senja!".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun