Ini yang membuat saya salut. Kadang, ketika saya meminta waktu untuk berbicara dari hati ke hati tentang banyak hal, mereka menerima dan mempersiapkan bahan pembicaraan yang penuh motivasi.
Di lapangan sepak bola juga demikian. Apalagi saya sangat senang dengan sepak bola. Biasanya, para pastor akan nimbrung bersama mahasiswanya untuk berolah raga ria. Kalau soal skill, mereka jangan diragukan. Soalnya para pastor sudah terlatih bermain sepak bola sejak muda.
Di lapangan pun ada tawa dan motivasi. Mereka mengajari kami untuk bisa bersatu sebagai tim dan bekerja sama mengalahkan lawan.Â
Kadang, karena asyiknya bermain, kami tidak sadar menendang kaki pastor. Si pastor terjatuh, kakinya luka, dan berjalan dengan pincang. Dia tidak marah, karena mengerti bahwa di lapangan segala hal bisa terjadi.
Di luar lapangan pun demikian. Mereka cenderung mengerti dunia kaum muda yang milenial. Tapi, mereka tetap memberikan rambu-rambu yang normatif bagi kami untuk dilaksanakan sebagai kaum religius.
Kira-kira, ini satu kenangan indah dengan dosen yang sekaligus sahabat di rumah. Saya yakin bahwa di luar sana juga banyak kok figur seperti ini dapat ditemukan. Dan saya juga berharap agar semakin banyak guru/dosen yang dapat tegas, displin, dan kreatif di dalam kelas, namun bisa menjadi sahabat bagi para murid/mahasiswanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H