Sehingga, terbentuk pribadi yang ingin segala sesuatunya instan. Tidak perlu kerja keras, apa yang diharapkan sudah tersaji dengan cepat dan banyak.
5. Terjadi ketidakadilan.
Sudah pasti hal ini terjadi. Orang yang menyontek berlaku tidak adil terhadap orang yang jujur.
Orang jujur akan berusaha semaksimal dan seoptimal mungkin memberikan yang terbaik. Sementara, orang yang menyontek akan berusaha memberikan apa yang sebenarnya tidak ada dalam dirinya.Â
Hingga, pada akhirnya bisa saja orang yang jujur dan menyontek akan mendapatkan nilai yang tinggi. Di sinilah letak ketidakadilan tersebut.
6. Merusak moral generasi bangsa.
Hal yang paling ditakutkan dari menyontek adalah moral/akhlak generasi bangsa menjadi tumpul. Apalagi, jika menyontek menjadi habitus dalam pendidikan. Generasi bangsa yang tercipta adalah generasi yang palsu, utopis, dan berada dalam bayang-bayang kegagalan besar.
Orang yang terbiasa dengan menyontek akan terbiasa dengan korupsi. Orang yang korupsi akan berusaha untuk memanipulasi banyak hal. Ia juga akan menyepelekan hukum, karena hukum dan penegak hukum bisa jadi dapat dibeli dengan uang.
Sehingga, moral dari koruptor sendiri sudah tumpul. Apa yang tidak menjadi haknya telah disedot. Kekayaan yang dimiliki bersifat tipuan belaka.
Maka, mari kita membina diri untuk tidak terbiasa dengan menyontek. Mari juga kita membina generasi bangsa untuk tidak dipengaruhi oleh budaya instan, tetapi punya karakter berjuang, bertarung, dan siap menantang ketidakadilan terutama dalam korupsi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H