"Saya itu cuma meladeni, mengarahkan, jangan sampai salah bus, jangan salah jurusan, jangan salah, pintu masuk, dan tempat duduk. Pokoknya jangan sampai tertukar, jadi saya nganter dari depan sampai ke duduk kursi, sampai nyaman, karena kita juga takut salah," ujarnya.
Kendati tak memiliki penghasilan yang tak menentu, pendapatan yang hari ini tetap ia syukuri. Pasalnya, ia membandingkan saat Covid-19 melanda. Profesi porter pun, kata dia, sangat terimbas atas kejadian tersebut. Ia mengaku sangat terganggu, bahkan, sempat tak memiliki penghasilan selama empat bulan. "Saya stres, terdampak banget, kadang hanya dapet buat rokok saja. Masa saya harus minta ke orang tua, jadi para porter itu kena imbasnya,
Pak karsiwan juga juga mengungkapkan suka duka menjadi seorang porter. Sukanya, kata, para penumpang kerap memberikan makanan yang enak dan uang tip Sedangkan dukanya akan terasa ketika sedang mengalami sakit tapi para penumpang meminta dibawakan barangnya. "Ada, dukanya kalau sedang sakit belum ada pelanggan yang meminta di bawakan barangnya, jadi uang pas-pasan, ada sedikit dukanya, tapi gimana lagi," terang dia.
"Mudah-mudahan alat transportasi bus itu ramai penumpangnya jadi ada dampak ke kitanya juga kalau penumpang ramai," pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H