Tulisanku kuawali dengan puisi Berjalan bersamamu, kali ini kutuliskan sedikit kisah tentang dia. Dia dalam cerita ini bernama Agrin.
Sore menghampiri malam, di sebuah tempat aku terdiam menatap sebuah foto seorang wanita asal Medan di akun Fb ku. Wanita yang begitu ceria, semangat namun dengan ekspresi yang cukup memberi diriku bertanya-tanya, dengan apa yang tersimpan di dalam raut wajahnya itu.
Aku lupa pesan apa yang pertama yang pernah aku kirim ke dia. Tapi mungkin ini, "salam kenal, teman fb". Kemungkinan ini pesan yang pertama yang pernah kukirim lewat pesan itu. Karna kebanyakan pesan pertamaku untuk teman-teman di media sosial adalah itu, sebagai sapaanku.
Entah berapa lama kami berkenalan, seorang wanita yang begitu memiliki aura pengikat jiwa. Ya, aku merasa seperti itu, aura positif dalam dirinya sangat kuat. Aku tertawan dengan raut wajahnya yang kerapkali hadir dalam bayanganku hanya dia. Nada suara yang khas, gaya berbicara dengan bahasa sederhana susunan kata semuanya menyentuh diriku.
Hari-hariku terisi olehnya, hingga suatu hari aku sungguh jatuh cinta. Mungkin ini menjadi satu masalah dalam pertemanan kami, karna aku terlalu jatuh cinta kepadanya. Memang cukup lama aku menyimpan rasa itu dalam diriku, dan belum kuungkapkan kepadanya. Hingga suatu hari aku menulis dalam snap ku tentang "dua pilihan jalan hidup yang tak bisa terbagi". Aku memulai kesalahan yang cukup besar dan mempengaruhi kedepannya.
Ya, aku sadar dengan hal itu. Aku yang terlalu polos akan hal cinta. Ya, mungkin karna efek sudah sekian lama tidak pernah jatuh cinta. Sehingga aku terbuai dengan cinta itu. Aku lupa dengan hal-hal lain, aku selalu ingat akan dia, disaat apapun, hanya dia. Hingga akhirnya aku menulis tentang "dua pilihan jalan hidup yang tak bisa terbagi" itu.Â
Setelah aku menulis tentang itu, aku hanya bisa membaca pesan balasannya dalam pesan masuk ku. Aku menjadi seperti orang yang membelah diri ku sendiri. Saat itu aku menjadi orang yang mencuekinya, mengabaikan pesan-pesan masuknya. Sebenarnya itu tidak lepas dari identitas kami berdua yang sangat berbeda jauh.
Hingga akhirnya kami berjumpa di suatu tempat di kota aku tinggal, ya memang agak jauh tempat itu, tetapi menjadi kenangan pertamaku saat itu. Kami bercerita banyak hal, melanjutkan perkenalan sampai pada tentang percintaan. Aku bingung harus berbuat apa pada saat itu, apakah mengajaknya jalan-jalan menelusuri kota itu atau atau ingin apa, masalahnya aku tak punya uang.
Seminggu sebelum kami berjumpa, dia pernah bilang akan dating ke kota itu, tanggal dan harinya di sampaikan, saat itu ada dua emosi yang terjadi, pertama dengan emosi bahagia, dan yang kedua emosi sedih. Dua emosi itulah yang menjadi tujuannya untuk datang di kota itu, karna suatu hal yang sangat penting dalam hidupnya, tidak lepas dari kisah percintaannya.
Sore itu aku mengisi hariku dengan dia dengan cukup canggung dan dari ku sendiri yang grogi saat berhadapan dengannya. Sore itu juga kami berpisah, berharap akan berjumpa lagi saat malam di dekat tempat ku tinggal agar dapat berjumpa dengan orang yang ingin di jumpainya. Ya tujuannya pertama-tama bukan ingin berjumpa dengan ku tetapi dengan temanku. Aku mengerti akan hal itu, karna bagaimana pun itulah tujuannya datang ke kota itu.
Sesampainya aku ke rumah, aku menjumpai temanku agar ia dapat ikut berjumpa dengan gadis yang tadi. Tapi sayang, dia sedang sakit, dan moodnya masih kurang baik. Sehingga kami tidak dapat berjumpa dengan gadis itu. Selain itu aku juga lagi ada pertemuan dengan teman-teman lainnya. Niat ku ingin menyusulnya di kota, tapi sayang sudah terlalu malam dan kendaraan pun tidak ada. Kami hanya bisa chatting-an dan video call-an di fb, saat itu dia sedang menangis di tempat penginapannya. Tak lama kemudian ia mematikan data, sehingga kami tidak dapat berkomunikasi.
Pagi-pagi aku menelphonnya, menanyakan kabar dan kapan ia akan kembali ke kota asalnya. Ternyata ia sudah di tempat bis dan akan pulang. Ternyata pertemuan kami di akhiri pada saat sore kemarin itu.
***
Â
Hari semakin jauh berlalu, tak terasa sudah 2 bulan berlalu, kini sudah masuk pada bulan Desember. Bagi kami (orang Katolik) bulan ini adalah bulan yang sangat istimewa karna akan ada hari raya Natal dan akan menyambut Tahun Baru. Hari begitu cepat berlalu, 13 Desember telah datang, hari ulang tahun gadis itu, aku tidak bisa berjumpanya untuk memberi kado ulang tahun. Syukurlah ada seorang teman yang juga teman dekatnya. Aku menitip kepada teman itu untuk membelikannya kado, tapi aku tidak tahu apakah dia akan menerima kado itu atau tidak, tetapi doa dan niat-niat baiknya dalam doaku semoga semua terkabulkan.
Aku terlalu egois dan terlalu tinggi ambisi untuk memilikinya. Sehingga banyak emosi yang datang kepadaku, emosi cemburu, iri, bahkan terlalu berlebihan menanggapinya. Sifat-sifat yang belum pernah terjadi pun terjadi dari bulan itu. Hingga satu kesalahan terbesarku terjadi pada bulan Januari. Di awal bulan itu kami masih baik-baikkan, tetapi sikapku yang terlalu berharap tinggi, membuat segala sesuatu di antara kami menjadi hancur.
Kejujuran dan kebohongan sangat berteman baik di dalam komunikasi, memang harus ada yang dijaga, baik kejujuran maupun kebohongan demi suatu hal agar komunikasi tetap baik. Mungkin komunikasiku sangat buruk, sehingga aku mengungkapkan apa yang terjadi sebenarnya, sehingga kekacauan terjadi dalam komunikasi.
 ***
Â
Suatu sore di awal tahun, setelah semua kekacauan yang kubuat, rasa penyesalan menyelimutiku begitu dingin, tak ada kehangatan. Dingin itu membawaku memutar lagu-lagu yang sesuai dengan suasana itu. Lagu berganti lagu, hingga sampai pada satu lagu yang membawaku dalam permenungan lebih dalam, yakni lagu "Karna kucinta kau" yang dirilis oleh BCL. Lewat lagu itu aku mengerti bagaimana kesetiaan seorang wanita terhadap pasangannya. Meskipun menghadapi banyak tantangan, ia tetap kuat. Meskipun banyak pria yang datang untuk mengisi hatinya, tapi ia tetap setia pada pilihannya, yang tak bisa digantikan oleh orang lain. Seandainya waktu dapat dikembalikan, mungkin aku tidak dapat belajar mengenal perasaan seorang wanita yang sangat setia. Gadis itu mengajarkanku hal penting, yang sangat berharga, tentang kesetiaan di zaman sekarang.
***
cerita ini masih panjang, dan akan berlanjut pada saatnya nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H