Mohon tunggu...
Fathurohman
Fathurohman Mohon Tunggu... Editor - Peneliti Pusat Riset Kajian Ketahanan Nasional Universitas Indonesia

Gado-gado pemikiran | Penikmat film serial action

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Tawuran di Bulan Puasa: Perspektif Ketahanan Nasional

4 April 2023   02:10 Diperbarui: 4 April 2023   02:13 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Faktor Lain Penyebab Tawuran 

Tawuran terjadi bukan hanya karena keinginan, melainkan juga karena faktor lingkungan sekitar yang tidak memberikan pengertian serta edukasi pemahaman yang baik bahwa tindak kekerasan bukanlah jalan keluar menyelesaikan persoalan sehingga mereka lebih mengutamakan emosi dan faktor lingkungan yang menjadi alasannya adalah kecenderungan terhadap media sosial.

Di era digital ini, remaja memiliki ketergantungan terhadap gawai internet atau gadget sehingga ketika ada fenomena tawuran seringkali mereka membagikannya di media sosial bahkan tak jarang mereka dengan mudah untuk mengagungkan tawuran ini, sehingga banyak anak muda lain mempelajari dan meniru gerakan yang mereka lihat secara online. Sayangnya, tren ini mengarah pada peningkatan kekerasan karena semakin memperbanyak frekuensi orang yang terlibat dalam tawuran.

Bahkan berasal dari spektrum masyarakat yang tak biasanya terlibat tawuran malah ikut-ikutan aksi tawuran bisa saja karena faktor keingin tahuannya atau emang atas solidaritas. Nah, hal ini penting untuk dipahami bagaimana budaya populer memengaruhi fenomena ini. Termasuk menemukan cara untuk mengatasi masalah tersebut dan mengurangi kekerasan yang terkait dengan tawuran

Ketahanan Sosial Dalam Membangun Ketahanan Nasional

Sebagai bagian dari masyarakat, kita sepenuhnya menyadari bahwa tawuran adalah masalah yang kompleks dan untuk mengatasinya membutuhkan pendekatan multiaspek. Penyelesaiannya adalah melalui pendekatan aspek sosial. 

Kita memahami bahwa anak remaja saat ini masih mencari jati dirinya karena itu akan menjadi alasan mereka dalam mengembangkan potensi dirinya, entah positif atau negatif. Kenyataannya mereka lebih suka berkumpul dan berbagi dengan temannya, sehingga mereka merasa teman lebih dari keluarga.

Bisa dipahami bahwa teman merupakan pilihan yang dirasa paling dekat setelah keluarga yang kadang tidak mau mengerti dan terlalu menuntut. Itulah sebabnya, solidaritas dan rasa kekeluargaan antar remaja menjadi alasan untuk saling mendukung dan membela sesama.

Praktik Pendekatan sosial yang dimaksud adalah revitalisasi peran keluarga. Peran serta kontrol full orang tua dan pola asuh orang tua menjadi kunci utama dalam merubah perilaku anak, Pendidikan yang baik dan keharmonisan keluarga menjadi penentu arah perilaku anak karena bisa jadi Ketidakharmonisan dalam keluarga mungkin pemicu tawuran yang juga sebagai ajang pelampiasan emosi.

Ketika proses revitalisasi peran keluarga ini berjalan dengan baik. Artinya pendidikan, komunikasi dan harmonisasi dinilai berhasil maka akan membentuk ketahanan keluarga sebagai bagian kecil terbentuknya ketahanan sosial. Ujungnya terciptanya ketahanan nasional.

Karena ketahanan nasional adalah keuletan dan daya tahan kita dalam menghadapi segala kekuatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam yang langsung maupun tidak langsung membahayakan kelangsungan hidup dalam bernegara dan ini berlaku hingga scope yang paling kecil seperti dalam lingkungan keluarga.[fr]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun