Mohon tunggu...
Foury Azizah
Foury Azizah Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Nature

Tiga Mahasiswa UMY Ciptakan Penyaring Asap Kebakaran dengan Media Plasma dan Karbon Aktif

18 Juli 2018   11:34 Diperbarui: 18 Juli 2018   11:36 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun-tahun belakangan ini Indonesia sering dilanda bencana kebakaran hutan khususnya daerah yang memiliki tanah gambut terutama di daerah Sumatera dan Kalimantan. 

Di Pekanbaru indeks standar pencemaran udara (ISPU) memperlihatkan konsentrasi PM10 berada pada taraf 142 mikrogram permeter kubik pada akhir Agustus 2016, sementara Palembang mencapai 223,27 mikrogram permeter kubik. Konsentrasi polusi udara diatas 150 mikrogram permeter kubik sudah dianggap tidak sehat dan bila mencapai 350 mikrogram permeter kubik sudah masuk dalam kategori berbahaya. 

Teknologi yang umum digunakan untuk mengurangi polusi dari asap kebakaran hutan adalah penggunaan masker. Akan tetapi, masker yang dijual dipasaran saat ini tidak efektif, karena hanya mampu mengurangi polusi partikulat besar sehingga 60-70% partikulat kecil hasil pembakaran masih bisa masuk dalam saluran pernapasan. 

Tiga mahasiswa UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) dari jurusan tekni mesin (Muhammad Isnan, Ainur Rofiq, Ibnu Awal H) yang dibimbing oleh Thoharudin, S.T., M.T. Meciptakan sebuah alat inovasi dalam rangka kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa 2018 di bidang karsa cipta yang berjudul PLACON ACAR "Alat Penjernih Kabut Asap Kebakaaran Hutan dengan Media Plasma Corona dan Karbon Aktif".

Dalam teknologi ini memanfaatkan perpaduan Plasma corona dengan karbon aktif untuk menyaring asap kebakaran hutan. Plasma pijar korona merupakan sebuah plasma non-thermal (non-tehremal equilibrium) yang terkarakterisasikan dengan temperature gas rendah dan temperatur elektron tinggi. 

Lucutan korona dimulai ketika medan listrik disekitar elektroda dengan bentuk geometri sangat lengkung (elektroda aktif) memiliki kemampuan untuk mengionisasi spesies gas. Karbon aktif mempunyai kemampuan daya serap (adsorbsi) yang baik. Karbon aktif digunakan sebagai bahan pemucat (penghilang zat warna), penyerapgas, penyerap logam, dan sebagainya. Dari bahan tersebut yang paling sering dipergunakan sebagai bahan adsorben adalah activate carbon.

Diharapkan alat ini dapat diproduksi secara masal dan dapat diterapgunakan untuk daerah - daerah yang berpotensi munculnya titik-titik api yang berulang setiap tahun seperti daerah Pekanbaru,Kalimantan. Sehingga dampak yang timbul akibat paparan asap kebakaran dapat di minimalisir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun