Tahun-tahun belakangan ini Indonesia sering dilanda bencana kebakaran hutan khususnya daerah yang memiliki tanah gambut terutama di daerah Sumatera dan Kalimantan.Â
Di Pekanbaru indeks standar pencemaran udara (ISPU) memperlihatkan konsentrasi PM10 berada pada taraf 142 mikrogram permeter kubik pada akhir Agustus 2016, sementara Palembang mencapai 223,27 mikrogram permeter kubik. Konsentrasi polusi udara diatas 150 mikrogram permeter kubik sudah dianggap tidak sehat dan bila mencapai 350 mikrogram permeter kubik sudah masuk dalam kategori berbahaya.Â
Teknologi yang umum digunakan untuk mengurangi polusi dari asap kebakaran hutan adalah penggunaan masker. Akan tetapi, masker yang dijual dipasaran saat ini tidak efektif, karena hanya mampu mengurangi polusi partikulat besar sehingga 60-70% partikulat kecil hasil pembakaran masih bisa masuk dalam saluran pernapasan.Â
Tiga mahasiswa UMY (Universitas Muhammadiyah Yogyakarta) dari jurusan tekni mesin (Muhammad Isnan, Ainur Rofiq, Ibnu Awal H) yang dibimbing oleh Thoharudin, S.T., M.T. Meciptakan sebuah alat inovasi dalam rangka kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa 2018 di bidang karsa cipta yang berjudul PLACON ACAR "Alat Penjernih Kabut Asap Kebakaaran Hutan dengan Media Plasma Corona dan Karbon Aktif".
Dalam teknologi ini memanfaatkan perpaduan Plasma corona dengan karbon aktif untuk menyaring asap kebakaran hutan. Plasma pijar korona merupakan sebuah plasma non-thermal (non-tehremal equilibrium) yang terkarakterisasikan dengan temperature gas rendah dan temperatur elektron tinggi.Â
Lucutan korona dimulai ketika medan listrik disekitar elektroda dengan bentuk geometri sangat lengkung (elektroda aktif) memiliki kemampuan untuk mengionisasi spesies gas. Karbon aktif mempunyai kemampuan daya serap (adsorbsi) yang baik. Karbon aktif digunakan sebagai bahan pemucat (penghilang zat warna), penyerapgas, penyerap logam, dan sebagainya. Dari bahan tersebut yang paling sering dipergunakan sebagai bahan adsorben adalah activate carbon.
Diharapkan alat ini dapat diproduksi secara masal dan dapat diterapgunakan untuk daerah - daerah yang berpotensi munculnya titik-titik api yang berulang setiap tahun seperti daerah Pekanbaru,Kalimantan. Sehingga dampak yang timbul akibat paparan asap kebakaran dapat di minimalisir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H