Hal ini dulu pernah ditanyakan kepada Ibu Kami. Karena dulu Kami berpikir kok Ibu bisa punya anak 14 orang (seharusnya 15 tapi 1 orang meninggal saat Balita), jadi umur berapa Ibu dan Ayah menikah? Ketika merapihkan dokumen keluarga di lemari ditemukan fotokopi surat nikah beliau. Disana tertulis umur Ayah 26 tahun dan Ibu 18 tahun, namun sebenarnya beliau menikah umur 16 tahun. Kemudian pertanyaan berikutnya muncul adalah kenapa Ibu Kami mau menikah muda? Padahal beliau salah satu murid pintar di sekolahnya dan menjadi kesayangan para Guru dan bercita-cita menjadi Bidan.
Ibu Kami bercerita bahwa beliau adalah ada Kedua dari 7 bersaudara dan merupakan anak perempuan yang pertama. Pada saat beliau remaja kehidupan beliau miskin jadi orang tuanya tidak punya biaya untuk melanjutkan sekolah kebidanan. Jadi Ibu dijodohkan dong sama Kakek? Ternyata tidak….
Ternyata Ibu bertemu Ayah di acara pernikahan kerabat Ibu dan Ayah sebagai tamu. Istilahnya cinta pandangan pertama. Ibu Kami tertarik karena Ayah berpakai rapi dengan gaya kopiah miring (mirip cara pakai kopiah Soekarno) dan pakai Jas serta terlihat ganteng dengan kulit putihnya alias terawat. Penampilan Ayah cukup parlente karena beliau sudah punya penghasilan sendiri dan memiliki 1 toko furniture. Berhubung belum kenal mereka dikenalkan oleh kerabat. Setelah beberapa bulan kenal Ayah langsung mengajak Ibu menikah dan melamarnya ke Kakek. Kenapa beliau menerima lamarannya? Alasan klasik biar bisa membantu keluarga beliau. Itulah kisah klasik percintaan orang tuaKami.
Hikmahnya adalah salah satu alasan terjadinya pernikahan Dini adalah masalah ekonomi walaupun ada rasa cinta juga. Pihak perempuan cenderung pasrah ketika dinikahkan diusia muda hanya untuk membantu meringankan beban orangtua dan setelah menikah juga bisa membantu keluarga jika penghasilannya cukup baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H