Mohon tunggu...
fourika is 4ika
fourika is 4ika Mohon Tunggu... -

ummi-nya Farras & Athayya.. simple woman, 'n yg terpikir saat ini hanya >> ~ Live so that when my children think of fairness, caring and integrity, they think of me... *i hope*~

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berhentilah Menjadi Gelas

17 Maret 2010   22:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:21 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.

“Kenapa kamu selalu murung, nak?, bukankah banyak hal yang Indah di dunia ini?, kemana perginya wajah bersyukurmu?”, tanya sang Guru.

“Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah, sulit bagi saya untuk tersenyum, masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” jawab sang murid.

Sang guru tertawa terkekeh mendengar keluh muridnya tersebut. “Nak, ambilah segelas air, dan dua genggam garam..akan kuperbaiki suasana hatimu itu “

Si murid pun beranjak pelan tak semangat melaksanakan perintah guru itu, tak lama kemudian ia kembali sambil membawa segelas air dan 2 genggam garam. “Coba kau ambil segenggam garam dan masukkan kedalam gelas itu, kemudian kau minum airnya sedikit”..perintah guru tersebut.

Si murid pun melaksanakannya, dan wajahnya kini meringis karena meminum air asin itu…

“Bagaimana rasanya?”.. Tanya sang guru “Asin dan perutku mual rasanya”..jawab sang murid sambil meringis. Sang guru pun terkekeh melihat wajah muridnya tersebut.

“Sekarang kau ikut aku”. Sang guru membawa muridnya ke pinggir danau dan menyuruh muridnya menebarkan garam yang tersisa ke danau tersebut.

Si murid langsung menebarkan garam yang tersisa sambil menahan rasa asin dimulutnya yang belum hilang, Rasanya ingin meludah , tapi sungguh tidak sopan jika dilakukan di depan guru, pikirnya…

“Sekarang kau coba minum air danau itu”..pinta guru itu sambil mencari batu yang datar untuk di duduki nya di samping danau itu.

Sang murid menangkupkan kedua tangannya untuk mengambil air danau itu, dan langsung meminumnya. Begitu air danau yang segar itu mengalir di tenggorokan, sang guru bertanya kepada murid nya.. “

Bagaimana rasa air danau itu ? “Segar, segar sekali guru ! “ jawab murid tersebut..Tentu saja, karena air danau itu berasal dari mata air diatas gunung dan mengalir ke danau ini..dan sudah pasti air danau ini menghilangkan rasa asin dimulut si murid.

“Terasakah garam yang kau tebar tadi”, Tanya guru itu kepada muridnya “Tidak sama sekali”, jawab sang murid sambil terus meminum air danau tersebut. Sang guru hanya tersenyum melihat muridnya itu dan membiarkan muridnya minum air danau sampai puas.

Setelah murid itu selesai meminum air danau, sang guru berkata “ nak, Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam, tidak kurang , tidak lebih, hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang kau alami di dalam hidup mu itu sudah dikadar oleh Tuhan , tidak berkurang dan tidak bertambah, sesuai untuk mu, seperti segenggam garam itu. Setiap manusia yang lahir di dunia ini , bahkan nabi sekalipun, tidak lepas dari masalah “..

Si murid terdiam mendengarkan… “Tapi nak, rasa ‘ASIN’ yang dialami dari penderitaan itu sangat bergantung dari HATI yang menampungnya. Jadi, supaya tidak merasa menderita , BERHENTILAH JADI GELAS, jadikan hati di dalam dada mu menjadi sebesar DANAU.

“hidup memang butuh keberanian, tapi terlebih lagi ketelitian. Cermatilah langkahmu dan waspadai tindakanmu. Hati- hati saat mencelupkan jari di dalam toples kehidupan, kalau tidak, rasa “PAHIT” yang akan kita dapatkan…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun