Mohon tunggu...
Fourdes Halawa
Fourdes Halawa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa di Universitas Airlangga

Mahasiswa Universitas Airlangga, Fakultas Sains & Teknologi, Program studi Teknik Biomedis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meningkatnya Angka Pengangguran yang Disebabkan oleh Minimnya Lapangan Pekerjaan di Era Bonus Demografi

22 Agustus 2023   23:53 Diperbarui: 23 Agustus 2023   00:04 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Negara Indonesia digadang-gadang akan mencapai jumlah usia produktif (15-64 tahun) terbanyak sepanjang sejarah Indonesia. Dilansir dari indonesiabaik.id, 70% dari penduduk Indonesia adalah usia produktif pada tahun 2045 nanti. Meskipun begitu, topik ini menuai pro-kontra di berbagai kalangan. Beberapa orang berpendapat bahwa Indonesia akan mencapai titik tertingginya pada tahun 2045 tersebut dikarenakan banyaknya jumlah penduduk yang diharapkan dapat mendorong Indonesia dalam berbagai faktor seperti perekonomian, pembangunan, pemberdayagunaan sumber daya alam, dan lain-lain. Beberapa orang lain berpendapat bahwa justru era bonus demografi ini akan menjadi "perang besar" bagi penduduk usia produktif dalam mendapat pekerjaan yang berujung pada tingginya tingkat pengangguran.

 Kedua konsep yang bertolak belakang tersebut tidak berarti bahwa salah satunya adalah salah. Pada realitasnya, pendapat tingginya pengangguran itu benar karena pastinya dengan semakin banyak pesaing usia produktif, maka peluang untuk mendapatkan suatu pekerjaan akan menjadi lebih sulit. Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi yang berkembang sangat pesat. Kemunculan robot dan artificial intelligence (kecerdasan buatan) yang mulai memasuki lapangan pekerjaan manusia. Di era digitalisasi sekarang ini, pesaing dalam dunia kerja manusia tidak hanya manusia lain saja, tetapi juga robot dan kecerdasan buatan. Beberapa contoh pekerjaan yang mulai tergantikan seperti pelayan restoran, pelayan hotel, asisten rumah sakit, penerima call-center dan banyak lagi pekerjaan lainnya.

 Fakta tersebut mengakibatkan banyaknya orang-orang yang mulai pesimis akan masa depan mereka di dunia pekerjaan. Namun ternyata, fenomena pergeseran era ini merupakan hal yang normal dan umat manusia terbukti pernah berhasil melewatinya. Contoh sederhana adalah bagaimana dulunya semua orang mengendarai kuda dan beberapa membuka lahan pekerjaan transportasi menggunakan kuda. Ketika kendaraan bermotor mulai dikembangkan oleh manusia, pekerjaan delman (penunggang kuda) ini perlahan terancam dan lambat laun mulai menghilang. Meskipun begitu, manusia adalah makhluk yang cepat untuk beradaptasi dengan lingkungannya, beberapa orang mulai beralih menggunakan kendaraan bermotor sebagai sumber penghasilan mereka. Ini membuktikkan bahwa meskipun lapangan pekerjaan lama itu hilang, manusia akan selalu menciptakan pekerjaan baru dengan memanfaatkan teknologi terbaru di masa itu. Setiap teknologi yang diciptakan oleh manusia pasti akan selalu menimbulkan masalah baru yang membutuhkan kecerdasan serta kreativitas manusia untuk menyelesaikannya, disitulah akan tercipta suatu lapangan pekerjaan baru bagi para pekerja usia produktif.

 Dengan banyaknya usia produktif penduduk Indonesia di tahun 2045 nanti, kemungkinan munculnya lapangan pekerjaan baru akan semakin besar. Walaupun memang pada realitanya, standar yang diterapkan dalam lapangan pekerjaan baru akan berbeda dengan standar di masa sekarang. Oleh karena itu, membangun pendidikan yang bermutu serta mampu menghasilkan insan-insan berkualitas menjadi salah satu tugas besar Indonesia di masa sekarang ini. Pembenahan pendidikan ini bertujuan agar fenomena bonus demografi Indonesia ini tidak menjadi sia-sia dan berujung pada tingginya angka pengangguran. Setiap insan-insan muda harus dapat dipersiapkan agar mampu memenuhi standar dunia pekerjaan yang baru nantinya. Pendidikan harus berubah dan mulai mengajarkan soft-skill kepada para insan muda didikan mereka. Pembekalan dasar tentang teknologi maju juga perlu diterapkan dalam dunia pendidikan agar usia produktif Indonesia di masa depan tidak dikendalikan oleh teknologi melainkan mereka lah yang mengendalikan teknologi.

 Ada beberapa kesimpulan yang dapat ditarik dari kedua sisi pro-kontra isu ini. Pertama, persaingan di dunia kerja nantinya pasti akan menambah kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan yang berdampak pada kemungkinan tingginya angka pengangguran. Meskipun begitu, lapangan pekerjaan baru pasti akan muncul dan penduduk usia produktif harus bisa beradaptasi memanfaatkan hal tersebut. Kedua, bidang pendidikan harus mampu mempersiapkan insani muda agar dapat beradaptasi dengan dunia kerja baru di masa mendatang. Pemanfaatan era bonus demografi di Indonesia dapat menjadi semakin efektif apabila setiap orang mampu memenuhi kualifikasi pekerjaan di masa depan yang menjadi semakin lebih rumit dan baru. Secara sederhana, jika Indonesia ingin agar usia produktifnya tidak menjadi pengangguran di tahun 2045 nanti, maka bidang pendidikan di Indonesia harus dibenahi agar dapat meluluskan insan-insan muda yang cerdas, tanggap, berdaya saing, serta berkarakter

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun