Menguak Tabir Situs Kumitir, Kemegahan Istana Timur Majapahit
BRT | JOMBANG - Majapahit, kerajaan besar di masa lalu yang meninggalkan banyak jejak sejarah, terus mengundang perhatian para arkeolog dan sejarawan. Salah satu situs yang belakangan ini menjadi pusat perhatian adalah Situs Kumitir di Mojokerto. Penemuan ini diduga merupakan bagian dari ibu kota Majapahit, sebuah temuan yang mengubah pandangan tentang peradaban kerajaan ini.
Dari Kidung Wargasari, sebuah karya sastra kuno, muncul kecurigaan bahwa Kumitir merupakan bagian dari ibu kota Majapahit. Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan bahwa situs ini tidak hanya sebatas kisah dalam kidung, tetapi nyata adanya dan memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi.
Ekskavasi yang Penuh Tantangan
Ekskavasi situs Kumitir tidaklah mudah. Salah satu tantangan terbesar adalah keterbatasan pendanaan. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat para arkeolog yang bekerja keras untuk menggali dan menguak tabir sejarah. Berbagai bantuan pendanaan pun datang untuk mendukung ekskavasi ini.
Situs Kumitir mulai dikenal luas setelah penemuan tiga kerangka manusia. Dari tiga kerangka tersebut, salah satu ditemukan dalam kondisi utuh. Dr. Toeti Koesbardiati, seorang antropolog forensik dari Universitas Airlangga (Unair), terlibat dalam penelitian ini dan menyatakan bahwa kerangka tersebut berjenis kelamin perempuan, berusia sekitar 20 hingga 30 tahun dengan tinggi antara 141 sampai 153 cm. Saat ini, para ilmuwan masih menyelidiki apakah kerangka tersebut berasal dari era Majapahit atau periode yang lebih modern.
 Penemuan yang Menarik
Situs Kumitir diyakini sebagai istana Timur Majapahit yang dimiliki oleh Paman Raja Hayam Wuruk. Lokasi ini ditemukan oleh para arkeolog di area persawahan dan kawasan pembuatan bata merah di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo. Awalnya, benda purbakala yang ditemukan hanyalah tumpukan batu bata kuno. Namun, setelah dilakukan ekskavasi awal, terungkap adanya struktur talut atau tembok penahan yang kemudian dikenal sebagai Situs Kumitir.
Ekskavasi tahap pertama pada tahun 2019 menemukan struktur batas sepanjang 21 meter. Ekskavasi ini dilanjutkan dengan tahap kedua pada tahun 2020, tahap ketiga pada Maret 2021, dan tahap keempat yang diselesaikan pada September 2021. Setiap tahap ekskavasi menghasilkan berbagai temuan signifikan yang semakin memperkuat dugaan bahwa ini adalah bagian dari istana Majapahit.
Kemegahan Istana Timur Majapahit
Berdasarkan analisis para arkeolog dari Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Timur, struktur bangunan di situs Kumitir diduga merupakan istana Bre Wenkir, Paman sekaligus mertua Raja Hayam Wuruk. Bangunan ini menghadap ke barat, ditandai dengan temuan gerbang utama yang berada di tengah-tengah situs. Kemegahan bangunan ini juga ditandai dengan adanya pilar setinggi 2,95 meter dan bastion atau pojok benteng di sudut barat laut.
Penemuan ini memperkuat hipotesis bahwa bangunan tersebut adalah istana Timur Majapahit. Situs Kumitir terletak tidak jauh dari Candi Tikus dan Candi Bajang Ratu di Trowulan, hanya berjarak sekitar 3 km. Hal ini membuat situs ini berada di lokasi yang cukup strategis.
Nama dan Sejarah
Penamaan Kumitir diambil dari nama desa tempat situs ini ditemukan. Namun, yang menarik adalah bahwa dalam catatan sejarah, Kumitir telah disebutkan dalam berbagai sumber. Misalnya, dalam kitab Negarakertagama, Kumitir disebut sebagai istana ajaib Bre Wenker dan Ranidhaha. Sementara itu, kitab Pararaton menyebut Kumitir sebagai Kumeper, tempat pendharmaan Mahesa Cempaka, putra Raja Raden Wijaya yang juga Paman dari Bre Wenker. Dalam Kidung Wargasari, diceritakan seorang tokoh bernama Wargasari yang melewati Kumitir dalam perjalanan menuju Wilwatiktapura.
Masa Depan Situs Kumitir
Ekskavasi situs Kumitir masih terus berlanjut. Para arkeolog berharap bahwa penemuan ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang peradaban Majapahit. Situs ini memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu penemuan arkeologi terbesar di Indonesia, memberikan wawasan baru tentang sejarah dan budaya kerajaan Majapahit.
Dengan segala tantangan yang ada, semangat para arkeolog tidak surut. Mereka terus berusaha untuk mengungkap setiap lapisan sejarah yang terkubur di Situs Kumitir, membuka tabir masa lalu yang selama ini tersembunyi. (*)Â
Penulis : Baret Mega LanangÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H