Mohon tunggu...
Baret Mega Lanang
Baret Mega Lanang Mohon Tunggu... Seniman - Penulis

Bagai Empu Prapanca yang menulis Negarakertagama

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pengaruh Negatif Politik Mahar di Indonesia (Part-2)

8 Juni 2024   21:31 Diperbarui: 9 Juni 2024   16:24 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar Hariansiber

Pengaruh Negatif Politik Mahar di Indonesia


Indonesia sebagai negara demokrasi menghadapi berbagai tantangan dalam proses politiknya. Salah satu tantangan terbesar adalah praktik politik mahar, yaitu transaksi pemberian sejumlah uang atau barang kepada partai politik untuk mendapatkan dukungan sebagai calon dalam pemilihan umum. Praktik ini tidak hanya merusak integritas demokrasi, tetapi juga membawa sejumlah dampak negatif yang signifikan bagi masyarakat dan sistem politik itu sendiri.

Menurunkan Kualitas Kepemimpinan

Politik mahar cenderung menurunkan kualitas kepemimpinan di Indonesia. Calon pemimpin yang terlibat dalam praktik ini lebih fokus pada pengembalian investasi mereka daripada melayani kepentingan publik. Mereka yang telah mengeluarkan dana besar untuk mendapatkan dukungan partai akan merasa perlu untuk "balik modal" setelah terpilih, yang mengakibatkan penurunan komitmen terhadap pelayanan publik.

Pemimpin yang terpilih melalui jalur mahar politik cenderung lebih memperhatikan kepentingan pribadi dan kelompoknya daripada kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan. Akibatnya, kebijakan yang dihasilkan sering kali tidak berpihak kepada rakyat, melainkan lebih menguntungkan para donatur atau kelompok tertentu yang mendukung kampanye mereka. Hal ini jelas mengurangi kualitas kepemimpinan, karena pemimpin yang seharusnya berfokus pada pembangunan dan kesejahteraan masyarakat malah sibuk dengan urusan pengembalian investasi politik.

Korupsi dan Penyalahgunaan Kekuasaan

Praktik politik mahar meningkatkan risiko korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan. Setelah mengeluarkan biaya besar untuk mendapatkan posisi, pemimpin merasa perlu mencari cara untuk mengembalikan modal yang telah dikeluarkan. Cara yang paling mudah dan sering kali dilakukan adalah dengan memanfaatkan kekuasaan yang dimiliki untuk melakukan korupsi dan kolusi.

Korupsi yang dilakukan oleh pejabat terpilih ini tidak hanya merugikan negara secara finansial, tetapi juga merusak integritas pemerintahan. Penyalahgunaan kekuasaan untuk keuntungan pribadi menurunkan kepercayaan publik terhadap institusi negara. Masyarakat menjadi semakin skeptis terhadap para pemimpin dan merasa tidak percaya bahwa mereka benar-benar bekerja untuk kepentingan publik. Ini menciptakan siklus negatif di mana korupsi semakin merajalela dan integritas pemerintah semakin tergerus.

Ketidakadilan dan Diskriminasi

Praktik politik mahar menciptakan ketidakadilan dalam kontestasi politik. Hanya mereka yang memiliki sumber daya finansial yang cukup yang dapat berpartisipasi dan mendapatkan dukungan dari partai politik. Hal ini mendiskriminasi calon-calon potensial yang sebenarnya kompeten dan memiliki visi yang baik untuk masyarakat, tetapi tidak memiliki akses ke sumber daya finansial yang besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun