Mohon tunggu...
Panji Hadisoemarto
Panji Hadisoemarto Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Nama saya Panji. Lahir di Bandung tahun 1979. Sedang belajar tentang kesehatan masyarakat global di Harvard University.\r\n\r\nhttp://panjifortuna.jimdo.com/

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Saya, Sang Warga Dunia!

17 November 2011   22:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:32 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya baru saja keluar dari kelas yang kebetulan menghadirkan Professor William Hsiao, seorang ahli ekonomi kesehatan di kampus saya. Sayangnya, hari ini saya keluar dari kelas dengan penuh kekecewaan. Kecewa bukan karena presentasinya jelek, tapi karena dia menyampaikan bahwa dia akan mengadakan diskusi kecil tentang proses politik di belakang sistem kesehatan di Cina. Semua boleh datang, katanya, tapi diskusi tersebut diadakan untuk mahasiswa Cina yang ada di kampus dan, oleh karenanya, akan dilangsungkan dalam bahasa Mandarin. Duh! Padahal, saya pikir, diskusi itu akan sangat menarik. Sayang saya tidak bisa berbahasa mandarin. [caption id="" align="aligncenter" width="217" caption="10=2"][/caption] Lalu saya teringat berbagai pengalaman saya yang memang punya tampang 'Asia'. Satu waktu di sekitar satu atau dua tahun yang lalu, saya punya jadwal satu hari yang cukup padat yang mengharuskan saya untuk datang ke kampus di pagi hari, lalu menghadiri presentasi di kampus Kennedy School yang tentunya mengharuskan saya menaiki subway. Di kampus, waktu saya sedang duduk sambil membereskan tas saya, mahasiswi yang duduk di sebelah saya tiba-tiba bertanya: '&!^(**#@((*@#)(_@#&&#?' Heh? Saya tidak mengerti, saya menebak itu bahasa Mandarin jadi saya bilang: 'I'm sorry I don't speak Chinese..' Sedikit kaget, dia bilang 'Oh, I'm sorry I thought you were one of the Taiwanese students. Where are you from?' No.. problem...begitu kata saya, I'm from Indonesia. Di dalam subway menuju kampus Kennedy School, saya duduk di sebelah seorang ibu setengah baya. Sebentar-sebentar dia menoleh ke saya sambil tersenyum. Saya tersenyum balik. Lalu dia bertanya: '*@&#&^(@#&**@(?' Duh! Saya yakin ini bahasa Vietnam karena logatnya yang khas sekali, seperti logat teman saya yang orang Vietnam dan logat pramusaji di Lee's, restoran Vietnam paling top di Cambridge. Saya bilang: 'I'm sorry I'm not Vietnamese..' Sambil sedikit kaget dia bilang: 'Oh, I'm sorry, where are you from?' Indonesia... jawab saya. Sesampainya di Kennedy School, saya sedang bergegas mencari ruangan tempat acara akan dilangsungkan waktu saya melihat seseorang yang saya yakin betul kalau dia adalah mahasiswa Indonesia. Saya sapa beliau dan dia menjawab: 'Hi! Are you going to the talk, too? Where are you from?' *Teplak jidat* Dari Indonesia, Mas..... Disangkakan berasal dari 3 negara berbeda dalam satu hari (Taiwan, Vietnam dan 'bukan dari Indonesia') memang pengalaman cukup istimewa buat saya. Sebelumnya, dan sesudahnya, saya memang sering diajak ngobrol dalam bahasa Mandarin. Sebelum saya meninggalkan kelas barusan, teman saya malah bertanya: 'Are you sure you don't have Chinese blood?' Well, I'm not sure but I know I can't speak Chinese. Mata saya memang agak sipit, tapi saya tidak tahu tentang siapa di keluarga saya yang berdarah Cina (penting ya?). Mungkin nenek moyang saya yang berasal dari Yunan Selatan. Tapi pengalaman teraneh malah saya rasakan di tanah air. Kalau tidak salah waktu itu saya sedang duduk di pesawat dalam suatu perjalanan entah dari mana ke mana dan kapan, saya tidak ingat. Di sebelah saya duduk seorang bapak yang lalu mulai mengajak saya berbicara dalam bahasa Mandarin (atau Hokian? Saya tidak tahu pasti). Lalu saya bilang, 'Maaf, saya tidak bisa bahasa Mandarin..' Eh, dahi Bapak itu malah berkerut. Lalu katanya: 'Kamu ini bagaimana. Itu kan bahasa kamu.' Hadooohhhh.... cepetan mendarat doong... Anyway, saya sebenarnya sangat ingin bisa berbicara di dalam berbagai bahasa. Saya pernah mencoba mengambil kursus bahasa Perancis di CCF, hanya tahan 1 level karena rasanya lidah saya kusut waktu latihan bicara. Otak saya juga serasa kusut waktu ujian listening. Waktu saya mengambil gelar Master di Atlanta, saya mengambil kuliah Bahasa Spanyol. Kali ini saya tahan 3 semester karena pengucapan bahasa Spanyol memang lebih mudah buat lidah Indonesia saya. Sayangnya saya tidak banyak menggunakannya dan kemampuan berbahasa Spanyol saya sedikit demi sedikit menghilang. Dan... sedari dulu saya ingin belajar bahasa Mandarin karena saya pikir bahasa Mandarin kan dipakai oleh lebih dari 1 miliar orang! (selain itu, saya berharap bisa dapat diskon kalau belanja di Chinatown) Entah kenapa, yang satu ini belum kesampaian. Kalau Yang Diatas memberi saya kesempatan dan kemampuan (serta kemauan) saya ingin bisa berbicara dalam semua bahasa dunia. Mandarin, Perancis, Tagalog, Belanda, Arab, Urdu, Swahili, Sunda, Jawa, Batak, semuanya! Lalu saya akan berteman dan bersaudara dengan setiap orang di muka bumi ini. Bukankah katanya kita ini diciptakan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal? Satu hari nanti saya akan memperkenalkan diri sebagai 'Saya, sang warga dunia!'

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun